06. Eh Copot

93 29 24
                                    

Setelah tragedi makan bekicot minggu lalu. Jesi mendapatkan hukuman dari teman-temannya. Hukuman sepele, sih. Yaitu berubah menjadi bekicot selama seharian. Oh Jesi yang malang. Untungnya dia hanya diam dan tidur saja di dalam tempurung, tidak melakukan apa pun karena dikurung dalam kotak kecil.

Oh kasian. Oh kasian. Sungguh kasian.

Pada hari Senin yang gelap gulita akibat cuaca yang tidak mendukung, kumpulan pemuda kelas 1A yang menghuni kamar 2326 memilih untuk menonton film bersama. Mereka bereksperimen untuk mencoba film horor yang 'katanya' sangat menyeramkan di dunia manusia. Setelah bel pulang berbunyi, ke delapan bocah tengik ini bergegas kembali ke kamar untuk bersiap.

Tatkala tengah berjalan bersama dengan sesekali tebar pesona, Claude menemukan secuil ide dan berkata, "Hey, bagaimana jika kita membeli makanan lebih dahulu? Kudengar popcorn sangat cocok untuk menonton film."

Karena ingin tahu, Gibran menoleh dengan wajah bingungnya. "Popcorn? Makanan apa itu?"

Boulad yang merasa tahu akan jawabannya akhirnya berkata, "Itu makanan asin."

"Asin?" Gibran menceletuk.

Boulad mengangguk-angguk sok pintar, dengan wajah songongnya ia kembali berkata, "Iya, yang bulat, terbuat dari padi."

"Dari jagung, Boulad." Gibran membenarkan.

Merasa dipermalukan, Boulad mendengus sebal. "Terserah aku, dong. Mau dari padi atau jagung, namanya tetap popcorn, 'kan?"

Mendengar sedikit keributan, Aksan ikut berkata, "Hey, kalau dari padi namanya nasi, atau rice bahasa inggrisnya." Bergaya sedikit seperti bule tidak apa, 'kan?

Saat Aksan berkata demikian, Bams memiringkan kepalanya untuk menengok sang teman. Masa sih aku salah? "Rice? Bukannya rich itu artinya kaya?"

"Rice itu nasi." Aksan tidak mau kalah. Ingin aku bekukan saja deh bocah tengik ini, Aksan menggerutu.

"Rich itu kaya!"

"Nasi!"

"Kaya!"

Tatkala teman-temannya sibuk bergulat akan argumen bodoh mereka, Claude mengusap kasar wajahnya, pemuda ini memalingkan wajah guna menatap Zean yang tetap berjalan santai tanpa terusik sama sekali oleh ocehan tidak bermutu teman mereka. "Zean, bisa kau luruskan masalah mereka? Aku kesal."

Pria ini terkekeh. "Baiklah." Zean berjalan mengubah posisi disamping Aksan. "Boys! Rice, r-i-c-e adalah nasi. Berbeda dengan rich, r-i-c-h adalah kaya. Right? Understand?"

Semua menatap Zean tidak suka. Sudah ikut-ikutan, sok tau lagi. Sok gaya sekali. Aksan yang paham hanya mengangguk kecil. Karena otak dia yang lumayan benar jika disandingkan dengan Bams dan Heidan. "Benarkah? Terdengar sama."

Zean sabar, ia kembali berkata, "Beda. Coba kau katakan lagi. Rice, rich."

"Rice, rich. Ah ya, beda, hehe." Setelah merasa salah, Aksan menggaruk belakang lehernya.

Oh, memalukan.

Namun, berbeda dengan Bams, pemuda ini tetap bersikeras. Ia berkata jika rich dan rice itu sama, hanya Aksan saja yang salah. Oh, Zean hampir saja membanting tubuh Bams jika Claude tidak menyerukan kalimat bahwa mereka telah sampai di depan kamar.

"Aku dan Zean akan pergi ke dunia manusia untuk membeli popcorn. Kalian siapkan filmnya dan tempat duduk kita, bagaimana?" ujar Claude disetujui oleh semua. Kata mereka untuk mempercepat waktu.

The Tale of CynoenixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang