Part 14 : Athena Datang!

40 20 4
                                    

Delusion mulanya berasal dari satu manusia yang tidak sengaja tersesat di dalam hutan tephritidie. Dari sanalah manusia itu akhirnya dinikahkan oleh demigod wanita dan memiliki banyak anak hingga akhirnya berkembang sampai sebanyak sekarang. Berkembang biak adalah kepentingan nomer satu untuk kesejahteraan hidup!

Dalam satu tahun, upacara pengorbanan pasti akan dilangsungkan, tidak pernah libur. Sungguh. Zeus telah menetapkan hal tersebut secara turun menurun sejak kali pertama ia membuat Delusion dengan Hades dan Poseidon. Selain itu, mereka juga dibantu oleh para dewa lain serta beberapa demigod untuk menyempurnakan Delusion. Permainan pedang disarankan oleh Athena, putri kesayangan Zeus. Ibunya bernama Metis, dewi pemikiran dan kepandaian. Ya, Metis merupakan istri Zeus yang lain. Tidak perlu terkejut, para dewa memang terkenal dengan istri banyak. Suka poligami sepertinya.

Kehidupan yang mulanya bahagia dan tenang di dalam Delusion berubah secepat kilat. Secepat kedipan mata. Perubahan itu terjadi tatkala mereka menyadari bahwa rasi bintang Perseus sudah mulai terlihat. Rasi bintang Perseus merupakan pertanda bahwa upacara pengorbanan akan segera berlangsung. Melatih kemampuan pedang, juga kekuatan masing-masing adalah hal utama yang harus dilakukan sebelum upacara pengorbanan berlangsung.

Athena akan datang saat hari terakhir latihan pedang dilangsungkan. Tepatnya minggu ini. Dewi cantik itu akan mengajarkan beberapa hal untuk para murid Academy Mi Casa World dan juga orang tua di Parent Delusion. Tentunya secara terpisah, sebab sudah dijadwalkan. Hari Kamis ini kegiatan belajar diliburkan, agar para murid dapat bersiap untuk kegiatan sore nanti. Mereka semua akan diletakkan dalam lapangan utama, bertemu dengan Athena dan belajar bersama.

Di dalam kamar 3719 yang berada di lantai 38, tampak seluruh gadis penghuni kamar tersebut tengah duduk melingkar dengan pakaian rapi. Kesebelas gadis itu tengah bergosip ria sebelum pukul lima sore datang menyapa. Wajah semua gadis ini tampak sangat serius mendengarkan celotehan yang keluar dari bibir Aster. "Oke, terakhir! Aku tidak tahu ini sungguhan atau palsu. Namun, yang aku tahu, upacara pengorbanan tahun ini akan mengambil sedikit korban."

Zenelova mengernyit tidak percaya dengan ucapan Aster yang terdengar seperti bualan. "Kata siapa? Siapa yang memberitahumu?"

Lawan yang tidak diam membuat Aster tidak menyerah untuk membuktikan bahwa ucapan yang ia lontarkan tidak salah. "Dari Odite, tadi malam ia mendapatkan ramalan lewat mimpinya."

Semua menatap Odite dengan gelisah. Pasalnya setiap ramalan yang Odite dapatkan pasti tidak pernah meleset. Benar terjadi dan sangat mengejutkan ketika kebenarannya terkuak. Seperti kasus di mana saat upacara pengorbanan tahun lalu, Odite berkata bahwa tidak ada nyawa yang harus melayang di kelas mereka, 1A. Lalu benar saja, tidak ada satu murid pun dari kelas tersebut yang mati, hanya terluka saja. Semua selamat seperti ramalan yang gadis itu sampaikan beberapa hari atau bulan sebelumnya. Walau sudah biasa mendengar ramalan yang Odite sampaikan, mereka tetap terkagum-kagum dengan kemampuan gadis itu.

"Sungguh? Kau yakin, Odite?" tanya Sherira dengan wajah ambisi. Ia berpikir bahwa ini adalah sebuah kesempatan besar bagi dirinya, dan juga teman yang lain jika korban dalam upacara tahun ini sedikit. Tentu saja hal tersebut menjadi celah besar, kesempatan untuk hidup lebih besar. Semoga saja.

Namun, Odite tidak langsung menjawab pertanyaan Sherira atau menatap tatapan teman-temannya yang menuntun jawaban. Gadis ini justru memejamkan kedua netra, mencoba fokus pada satu hal yang tiba-tiba menyapa otak. Sedikit bingung dengan pikirannya sendiri, bibirnya bergerak memacu sesuatu hingga akhirnya ia berkata, "Kehancuran."

Terdiam, bisu. Sunyi dan gelisah menggerogoti. Tidak ada yang bicara saat Odite tiba-tiba membuka mata dengan satu kata mengerikan. Apa maksud kehancuran? Siapa yang hancur? Ingin bertanya banyak, tetapi gadis-gadis ini paham bahwa Odite belum selesai bicara. Wajah rupawan itu berubah menjadi gelisah. "Akan ada kehancuran. Aku melihat Zeus marah besar. Namun ... tidak, tidak sedikit seb–"

The Tale of CynoenixWhere stories live. Discover now