C22. Kenapa Harus Kepala? Bukan Bola Saja?!

24 6 2
                                    

"Semuanya, berbalik arah," bisik Claude, sangat pelan sekali. Seperti hampir tidak terdengar apa pun. Bahkan ia sama sekali tidak melirik seluruh lawan bicaranya. Hanya membalik tubuh perlahan, memberi contoh. Mereka akhirnya membalikkan daksa agar tidak melihat wujud Dullahan secara langsung. Menyeramkan jika diperhatikan lebih mendetail. Namun tetap saja, rasa takut dan gejolak tak nyaman sudah menjalar ke seluruh bagian tubuh, tanpa terkecuali.

Bagaimana mereka bisa melemparkan setetes bubuk jika melihat makhluk itu saja enggan?

Haduh, mati sudah.

Tidak ada harapan lebih.

Entahlah.

Mungkin ini akhirnya?

"Yang ada di tangannya itu bola, ya? Dia ingin mengajak kita bermain bola?" tanya Lita tiba-tiba. Ia mengingat kembali beberapa detik yang lalu sebelum mereka membalikkan tubuh, ada sesuatu yang aneh di tangan Dullahan itu. "Tapi seperti bola berwujud aneh."

Sekon itu Aster menggeleng, tidak setuju. Gadis ini menghela napas, perlahan berkata, "Itu bukan bola."

Jawaban Aster membuat Boulad terkejut, pikirannya sejalan dengan Lita. Ia pun berpikir bahwa yang ada di tangan Dullahan itu adalah bola. Bulat dan padat, apalagi jika bukan bola. Namun---salah pengertian? Aneh. "Lalu apa? Aku pikir dia ingin mengajak kita bermain bola. Sudah lama kakiku tidak menendang bola. Jika benar demikian, aku yakin kita pasti menang. Aku 'kan pemain bola yang handal."

Kebisingan teman-temannya terdengar cukup keras. Walau berbisik, suara mereka tetap nyaring seperti tidak membisik. Dasar anak banyak ucap. Membisik atau tidak, sama saja. "Hey, tenang. Jangan berisik. Makhluk itu tidak melakukan apa pun, jadi kita harus diam. Siapa tahu dia tidak melihat kita," ujar Agha.

"Tidak melihat? Dia punya mata, Agha." Odite menyilangkan tangan di bawah dada. Berusaha berpikir jernih untuk mengambil jawaban sederhana bagi para temannya ini. Jika ia menjelaskan secara panjang dan tertele-tele, pastinya tidak akan ada yang mengerti. Si gadis berusaha mengatupkan rahang, menahan rasa jengkel dalam dirinya. "Yang ada di tangannya adalah kepala mil--"

"Kepala siapa?! Astaga?! Kenapa harus kepala, bukan bola saja?!" pekik Sona sedikit keras. Lantas Olivia buru-buru menutup mulut temannya ini agar tidak berisik berlebihan. Kedua gadis itu bertatapan, netra mereka melebar menampilkan ketakutan menggunung. Mereka tertegun dalam sunyi.

Jemarinya mengepal, sepersekian sekon kemudian Odite menghela napas. Sabar, Odite. Sabar. Tatapan berbinar teman-temannya seolah berkata, 'ayo beri tahu kami, Odite, cepat!' melihatnya membuat gemas.

Duh, menyebalkan.

"Itu adalah kepala miliknya. Ia merupakan monster yang mengendarai kuda hitam. Yang paling menakutkan adalah, kepalanya tidak ada di leher seperti pada umumnya. Dullahan menggenggam kepala di tangan. Seperti membawa sebuah tas. Konon tujuannya agar tangan dapat mengangkat kepala itu tinggi-tinggi, sehingga ia dapat melihat lebih jauh daerah sekitarnya. Dari buku yang aku baca, wajah Dullahan diwujudkan sangat putih, pucat, ada yang berkata warnanya seperti keju, mulutnya terobek lebar dari satu telinga ke telinga lain. Matanya kecil berwarna hitam dan menatap dengan sangat tajam; saking tajamnya sampai membuat siapapun yang melihat akan mematung seketika. Kepala Dullahan juga diliputi aura kehijauan. Dikatakan bahwa kepalanya berfungsi sebagai lentera penerang baginya."

Oh sial, penjelasan mendetail dari Odite---si tukang buku---memang membuat diri sulit untuk berkomentar. Bahkan mereka sulit menelan saliva masing-masing yang tersangkut di kerongkongan. Ingin jatuh, terduduk sebab lutut lemas pun tak mampu. Membayangkan makhluk ini bergerak satu senti saja membuat kantung kemih penuh seketika. Ingin berteriak tidak mampu. Menangis, air mata sudah mengering mendadak. Sial, apa ini nyata? Bukan mimpi, ya? Dullahan, pernah dengar monster ini sebelumnya? Selain ucapan yang Odite sampaikan. Dikatakan bahwa mata pada wajah yang ia bawa dikelilingi oleh lalat. Lalu senyum manis di wajahnya (yang tidak manis, justru menyeramkan) mencapai telinga. Ada yang mengatakan bahwa daging pada kepalanya berwarna seperti keju basi. Entah seperti apa warnanya, sulit mendeskripsikan warna tersebut.

The Tale of CynoenixOnde histórias criam vida. Descubra agora