C18. Ini Bukan Saatnya Untuk Berburu Diskon Celana Dalam

24 9 2
                                    

Semakin dekat dengan akhir, kau akan segera mengetahuinya. Ya, mengetahui siapa saja pemeran utama dalam kisah ini. Akan aku berikan sedikit rumus yaitu, "Dia yang bertahan".

•••

Beberapa sekon, gerombolan anak ini telah menyusun rencana. Walau belum tentu rencana tersebut dapat membawa mereka pada kemenangan, setidaknya telah berusaha. Namun, tatkala Hades datang dengan jemawa, ia begitu menarik atensi. Dengan baju hitam kelam, ia tersenyum cerah pada seantero Delusion. Tidak lupa ia membawa cerberus, anjing berkepala tiga. Tugas anjing tersebut adalah menjaga pintu masuk dunia bawah. Menurut kabar, makhluk itu gemar sekali menyantap daging manusia yang masih hidup. Lalu jika Hades tengah bosan, ia akan meminta izin Zeus untuk melepaskan anjingnya agar bertarung di dalam lapangan. Setelah mendaratkan bokong di deretan bangku para dewa, ia menatap sekumpulan anak 1A yang juga tengah menatapnya dari dalam gelanggang.

Perasaan tak nyaman menggelora begitu hebat, tidak ada yang bicara, hanya diam mematung di tempat. "Sepertinya dia melihat kita," bisik Ela mengejutkan sekitar.

Arai melirik temannya, ia kembali mendongak ke atas untuk melihat sendiri kebenarannya. "Benar, apa Tuan Hades ingin mengatakan sesuatu pada kita?"

Mendengar suara berisik, Claude membalikkan tubuh untuk menatap seluruh temannya. Pemuda ini menghitung berapa anak yang tersisa, dan yang sudah tewas. Melihat tingkah Claude membuat yang lain terdiam kembali. Setidaknya tidak bicara, namun badan mereka masih tetap bergoyang-goyang. "Yang tewas ada dua, yang akan dikorbankan ada tujuh, itu tandanya sisa dari kelas kita masih cukup banyak." Pemuda ini tersenyum lega. Bersyukur masih banyak yang selamat. "Baiklah teman-teman, mari lancarkan misi ini sebelum malam tiba. Kalian ingat apa yang akan terjadi jika kita bertarung sampai malam, bukan?"

Da melambaikan tangan. "Aku tau!" Gadis ini maju satu langkah. "Para dewa akan mengeluarkan makhluk yang sangat mengerikan, makhluk yang tidak bisa kita binasakan kecuali para dewa dan keturunannya yang melakukannya."

Jawaban yang sangat memuaskan hingga membuat Claude tersenyum. "Bagus sekali, Da." Pujian dari Claude membuat Da tersenyum lebar. "Benar, maka dari itu kita harus melakukan tindakan sesuai rencana. Mainkan alat musik yang kalian pilih, buat harmoni yang menyakitkan telinga agar ketiga naga itu melemah dan kita bisa melancarkan rencana selanjutnya. Kalian ingat rencananya, bukan?"

Tidak ada yang menggeleng. Tidak ada, sebelum akhirnya Kaka menarik perhatian karena ia menggelengkan kepala. Rasa geram mulai bermunculan. Ingin melemparkan sendal pada gadis itu, namun tidak ada yang memakai sendal jepit saat ini.

Shi-chan yang berdiri di sebelah Kaka langsung saja bertanya, "Apa kau lupa, Ka?"

Serta-merta Kaka menggeleng. "Bu-bukan lupa. Tapi, itu ...."

Seluruhnya berbalik, mengikuti jari telunjuk Kaka. Betapa terkejutnya mereka saat melihat ketiga naga yang jaraknya semakin mendekat, mengeluarkan api, menyembur si jago merah tersebut ke sembarang arah, termasuk ke tempat perlindungan yang telah mereka buat. Sungguh, sepertinya naga-naga itu sudah bosan hidup, deh.

Odite melangkah maju ke depan, mendorong dinding transparan pelindung untuk menambah kekuatan. "Baiklah, teman-teman, aku akan mengatakan rencana kita lagi. Setelah kita memainkan alat musik dan membuat harmoni yang kemudian membuat ketiga naga itu melemah, aku akan memberikan kode pada Jean dan Tara untuk menjatuhkan batu besar tepat di atas ketiga naga tersebut. Lalu, dengan bantuan Aster, Jesi akan menyiramkan racun untuk membuat ketiganya langsung binasa tanpa bisa menyemburkan api lagi. Namun, jika mereka tetap bersikeras menyemburkan api, maka Aksan, Arsya, Yaya, Fira dan Arai akan turun tangan dengan kekuatan air kalian."

The Tale of CynoenixWhere stories live. Discover now