Part 15 : Siapa Yang Kesurupan?

43 19 10
                                    

Saat yang lain memilih untuk mengistirahatkan diri mereka, seluruh murid 1A justru memilih untuk berdiskusi bersama di asrama Odite. Mereka berdiskusi akan ramalan yang Odite sampaikan. Ada beberapa anak kelas lain juga yang ikut mendengarkan ramalan tersebut. Sudah ada satu jam berlalu sejak mereka semua bergosip ria. Berbicara tentang ramalan, akan tetapi berujung pada nasi koreng terenak yang ada di dunia manusia. Duh, dasar gosip liar. Beberapa anak sudah kembali ke asrama masing-masing untuk beristirahat. Namun, beberapa anak kelas 1A masih betah untuk mengobrol di sini. Entah betah karena ada camilan atau karena malas bergerak menuju asramanya.

"Apa kau yakin semua itu benar, Odite?" tanya Arsya secara tiba-tiba. Tentu saja pertanyaan itu membuat seluruhnya terdiam. Netra mereka menatap tatapan aneh ke arah Arsya. Apa-apa gadis itu, apa dia sedang kerasukan? Terlihat dari wajahnya, Ekspres Arsya terlihat sangat berbeda dari biasa. Apakah dia sedang dilanda ketakutan yang menggunung?

Detik itu Sherira menatap tidak suka. Wajahnya dingin, datar. Well, gadis ini tidak suka bercanda jika sudah bersangkutan dengan pelajaran, atau teman. Dia akan sangat sensitif dengan hal tersebut. "Apa maksudmu, Arsya?" Arsya tidak menjawab, wajahnya hanya terus menatap Odite dengan tatapan aneh, tidak seperti biasanya, berbeda. "Apa kau tidak suka dengan Odite?" To the point, itulah Sherira.

Arsya tertawa kecil mendengarnya, ia menyilangkan tangan di bawah dada. Wajahnya kembali datar tanpa ada senyum cerah seperti biasa. Padahal biasa wajah gadis ini sangat cerita sekali. Dengan wajah tidak suka, gadis ini menjawab, "Kalau iya, apa kalian akan marah? Aku tidak percaya dengan semua ramalan yang ia sampaikan. Terdengar seperti bualan konyol yang mampu membuat perutku geli mendadak." Menatap sekitar sejenak, Arsya memainkan anak rambutnya. "Aku tidak suka dengan Odite dan ramalannya, aku tidak percaya, tidak akan pernah."

Sudah cukup, Arsya seperti tengah kesurupan saat ini. Aneh sekali. Tidak biasanya Arsya bertingkah aneh seperti saat ini. Sekiranya, itulah pemikiran beberapa anak yang tersisa. Pergerakan dan gaya bahasannya membuat yang lain bingung, apalagi Odite yang merupakan sasaran utama, ia bingung dengan suasana awkward ini. Kalau bisa Odite mengeluarkan jurus seperti yang ada di televisi, ia pasti akan berkata, "Apa? Apa aku salah? Di mana letak kesalahanku? Apa kau melihatnya? Ayo katakan lebih keras! Katakan peta!"---tidak mungkin Odite harus berkata seperti itu, bukan?

Tara berkacak pinggang. Wajahnya memandang Arsya tidak suka. Tatapan matanya seperti berkata, gemas ingin gigit! "Apa kau telah bergurau? Bermain drama?"

"Benar, aneh sekali. Tidak biasanya kau seperti itu. Apa ini adalah salah satu konten tik tok?" celetuk Rinai.

Jesi justru tertawa. Namun, tangannya dengan cepat menahan suara yang tidak henti keluar. "Di mana kamera? Apa ada kamera tersembunyi? Hei! Aku Jesi!" Tentu saja Jesi langsung mendapatkan sebuah pukulan geram dari Sona.

Jesi yang malang. Berbeda dengan Jesi yang menganggap lucu ucapan Rinai, Jean justru mengangguk setuju dengan pernyataan Rinai dengan serius. Sepertinya ia sedang mode serius, tidak ingin bersifat bodoh untuk sementara. "Sepertinya ini prank? Apa Odite akan ulang tahun? Setahuku sudah lewat, deh."

Di saat teman-temannya menganggap ini konyol, hanya Achi yang berpikir jernih. Kemungkinan besar, walau minim sekali kebenarannya. "Teman-teman, sudah. Kita harus mendengar penjelasan Arsya lebih dahulu."

Tidak ada jawaban dari bibir Arsya, gadis itu diam memandangi Odite dengan aneh. Tatapannya tajam, mematikan dan aneh. Menghela napas sedikit, Odite berusaha setenang mungkin saat ini. "Apa salahku?" Akhirnya Odite membuka suara setelah berpuluh-puluh tahun terdiam. Ralat. Setelah beberapa menit terdiam.

"Kemampuanmu. Aku benci saat menyadari bahwa kau memiliki kemampuan seperti itu." Gadis ini menunduk sejenak, kemudian mendongak kembali. "Sudahlah, aku ingin kembali ke asrama, di sini tidak akan ada yang percaya padaku." Aneh sekali, setelah mengatakan hal tersebut, Arsya benar-benar pergi dari tempatnya. Gadis itu berjalan sendiri entah ke mana. Mungkin kembali ke kamar asrama atau---entahlah.

The Tale of CynoenixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang