Part 28

515 32 0
                                        

Enjoy the story..

Keyra pov.

Tubuhku menggigil. Aku kedinginan di tengah padang salju yang kulalui.
Tak ada apapun di sini. Hanya ada salju putih yang menenangkan namun membuatku menggigil kedinginan.
Aku merasa tubuhku sangat ringan tapi kakiku yang menerobos tebalnya salju membuatku sulit berjalan.
Entahlah kemana aku berjalan, aku juga tidak tau. Aku hanya mengikuti kemana pun kakiku melangkah.

Selang mungkin sekitar 15 menit aku terus berjalan mengelilingi padang salju tak berujung ini, aku melihat setitik cahaya berwarna keemaasan. Terlihat temaram seperti lampion kecil yang kuyakini akan hangat saat kudekati.
Aku berjalan ke arah lampion kecil itu, berusaha mendekatinya.
Tapi aku mendengar sesuatu yang membuatku teringat.

Oeeeeek ooeeeekkk...

Aku menoleh kebelakang, tak ada apapun.
Lalu suara bayi yang nyaring kudengar itu asalnya dari mana?
Suaranya semakian memekakkan telingaku, membuatku tersadar akan sesuatu yang sangat kudamba kehadirannya.

"anakku?"
Aku melihat kebawah.
Lebih tepatnya ke perutku yang telah rata.
Kenapa aku baru menyadarinya?
Perutku sudah rata berarti aku telah melahirkan. Sudah jelas bukan?
Lalu dimana bayi yang baru kulahirkan sekarang?
Kenapa aku tak melihatnya dimanapun?

Dan tiba tiba kegelapan menyelimutiku. Hanya ada kegelapan semata yang aku rasakan. Tubuhku yang tadinya terasa menggigil mulai menghangat. Aku merasakan sesuatu diatas tubuhku.
Bergerak gerak dan terdengar menangis kuat. Suaranya suara tangisan bayi.
Apakah yang berada di atasku adalah anakku?
Sosok kecil ini terus meraung membuatku tersadar kalau kehadirannya sangat kuimpikan dalam hidupku.
Meski rasanya tubuhku masih membeku dan sulit digerakkan bahkan hanya untuk membuka mata saja aku kesulitan. Tapi aku memaksakan diri untuk meraih sosok mungil yang kurasakan gerakannya di atas tubuhku.

Aku meraba sesuatu bentuknya seperti kaki tapi mungil sekali.
Gerakannya aktif bahkan beberapa kali kaki mungil itu terlepas dari genggamanku ynag masih lemah. Tiba tiba aku tak lagi merasakan sesuatu diatas tubuhku. Bayi itu diambil dari ku. Mataku memang masih terpejam tapi aku tau kalau bayiku diambil dari atas tubuhku. Aku berusaha membuka mataku sekuat tenaga.
Silau.
Hanya itu yang kurasa setelah kegelapan tadi menelan penglihatanku.

Aku mengerjapkan mataku beberapa kali dengan gerakan kecil untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam mataku.
Sesuatu yang teduh menutupi silau cahaya yang berpendar di atas mataku memudahkanku untuk membuka mata.
Saat mataku benar benar terbuka dengan normal, aku melihat sebuah senyuman.
Senyuman lega dari seseorang yang kurindukan. Seseorang yang mengisi relung hatiku selama ini.

Tetesan cairan bening mengalir dari kelopak matanya menetes jatuh ke pipiku, bukannya membuat wajah tampan itu terlihat cengeng justru malah terlihat gentle bagiku

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Tetesan cairan bening mengalir dari kelopak matanya menetes jatuh ke pipiku, bukannya membuat wajah tampan itu terlihat cengeng justru malah terlihat gentle bagiku.
Senyuman lega itu terus terukir diwajahnya. Dan ia langsung mendekapku.
Kurasa aku tengah berbaring sekarang. Dan alpha damian dengan tubuh besar dan kokoh memelukku dengan erat.
Tanpa kusadari aku membalas pelukannya sambil mengelus punggungnya yang justru semakin bergetar.
Bahuku basah. Mungkinkah ia kembali menangis?

I'm Alpha Damian [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora