2. GUDANG SEKOLAH

599 343 437
                                    

Di sini mereka berada, di gudang belakang sekolah, basecamp G7. Jaebeom membawa Arum secara paksa ke tempat ini. Ia bahkan tidak memberi waktu pada Arum untuk menjelaskan lebih dulu.

Kedua tangannya dilipat di bawah dada. Jaebeom menatap Arum dengan tatapan mengintimidasi. Gadis itu terus memalingkan wajah ke arah lain agar tidak bertatapan dengan Jaebeom.

"Bisa kau jelaskan, kenapa benda milikku ada di dalam tasmu?" tanya Jaebeom dengan suara rendah.

Arum berdecak pelan. Sejujurnya ia kesal. Apalagi harus mengalami hal ini dengan Jaebeom langsung. Teman-teman Jaebeom yang lain juga menunggunya di depan ruangan.

"Tidak ada yang bisa aku jelaskan, karena aku memang tidak tahu jika benda itu ada di dalam tasku." Sudah terlanjur kesal, nada bicara Arum terdengar menjengkelkan di telinga Jaebeom.

"Nyalimu tebal sekali, gadis lugu," ucap Jaebeom sambil melangkah maju dengan pelan. "Kau bahkan berani menatapku selama itu."

"Tidak sengaja," sahut Arum sontak membuat Jaebeom terkejut. "Siapa sebenarnya gadis ini? Apa dia tidak tahu siapa diriku?" batin Jaebeom bertanya dalam hati.

Ia mendenguskan tawa. Tidak tahu harus bereaksi bagaimana atas pertanyaan itu. "Bicara yang benar jika kau ingin selamat," kata Jaebeom seolah memberi peringatan.

Sudut bibir Arum terangkat sebelah. Ia berdecih merespon perkataan Jaebeom. Hal itu membuat Jaebeom langsung marah hingga tanpa sadar ia mencengkram pergelangan tangan Arum.

"Kau membuatku mencari-cari benda milikku, lalu dengan beraninya kau menatapku selama itu, dan sekarang—" Jaebeom menggantungkan kalimatnya, ia tertawa seakan tidak habis pikir dengan apa yang terjadi. "Sekarang kau bersikap seperti ini seolah aku adalah hal yang mudah, begitu?"

"Aku tidak bilang begitu," jawab Arum, sambil menahan sakit pada pergelangan tangannya. "Itu hanya pikiranmu saja, kau terlalu serius dengan ucapanku."

Semakin tidak mengerti ke mana jalan pikiran gadis itu. Jaebeom menyipitkan matanya, menatap gadis itu dengan tatapan bingung. "Apa kau tidak takut denganku?" Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulutnya.

"Tidak." Jawaban yang terdengar tegas dan meyakinkan, membuat Jaebeom sedikit terkejut. Ia merasa harga dirinya sedikit jatuh karena gadis ini. Untung saja teman-temannya berada di luar sana. Jika mereka di sini juga, pasti mereka sudah mentertawakan Jaebeom saat ini.

"Jika kau berprestasi dan menjadi sainganku dalam belajar, mungkin aku akan takut. Tapi lihatlah, kau bahkan tidak masuk sepuluh besar," ucap Arum meremehkan.

Amarah Jaebeom semakin memuncak. Jika Arum cowok, sudah pasti Jaebeom akan memberikan satu bogem mentah di wajahnya.

"Bisa lepaskan tanganmu?" tanya Arum. Ia merasakan sakitnya semakin menjadi. Namun sebisa mungkin ia menutupi rasa sakitnya itu.

Jaebeom masih diam, mencengkram pergelangan tangan Arum. "Sakit, bukan?" tanyanya. Arum tidak menjawab, karena Jaebeom semakin kuat mencengkramnya.

Jinyoung yang tidak sengaja mengintip dari celah pintu langsung membelalakkan matanya. Ia masuk ke gudang tersebut lalu melepaskan cengkraman tangan Jaebeom.

"Kau tidak apa?" tanya Jinyoung pada Arum. Teman-temannya yang lain ikut masuk ke dalam gudang. "Ayo, aku antar ke kelas." Jinyoung membawa Arum keluar dari gudang tersebut. Meninggalkan Jaebeom yang masih dipenuhi amarah.

"Ada apa dengan raut wajahmu, Hyung?" tanya Yugyeom.

Jaebeom menunduk, menarik rambut dengan jari-jari tangannya. Ia mengumpat sambil menendang bangku di sampingnya hingga patah.

BAD [Lim Jaebeom] ✓Where stories live. Discover now