20. PANTAI

256 193 223
                                    

“Di sini, kusalurkan rindu untuk Ibu di sana. Aku rindu akan hangatnya pelukan Ibu. Aku rindu akan manisnya senyuman Ibu. Kuharap Ibu bahagia di sisi-Nya. Selamat hari Ibu. Aku menyayangimu, Bu. Dulu, sekarang, dan selamanya.”
—Han Arum—

🌴🌴🌴

Seperti yang diinginkan Arum, sore ini Arum, Jaebeom dan In Kyung pergi ke pantai. Mereka berangkat sore karena Arum ingin melihat matahari terbenam di pantai.

Saat Arum mengajak In Kyung, dengan senang hati ia langsung menerimanya. Apalagi saat Arum memberitahu jika Jaebom tidak keberatan dengan kehadirannya. Sepertinya, cowok itu mulai membuka hati lagi untuk ibunya.

Jaebeom dan In Kyung duduk di atas pasir beralaskan tikar. Sejak mereka tiba, Jaebeom memilih diam seraya memperhatikan Arum yang sedang bermain di tepi pantai. Cowok itu tersenyum menatap gadisnya terlihat sangat bahagia.

Begitupun dengan In Kyung. Ia bahagia melihat Arum tertawa di sana, tetapi kebahagiaan yang sesungguhnya adalah ketika ia melihat ketulusan dari senyuman Jaebeom, ya meskipun bukan untuk dirinya. Sudah lama ia tidak melihat Jaebeom tersenyum seperti itu.

"Menenangkan sekali melihat senyuman Arum," ucap In Kyung, memancing Jaebeom agar mau berbicara dengannya.

"Hm," sahut Jaebeom singkat. Senyumannya perlahan memudar saat mendengar suara ibunya. Pikirannya kembali mengingat ucapan Arum malam itu. 'Aku ingin kau membagi rasa cintamu itu pada ibumu.' Kalimat itu mampu menggoyahkan pertahanan Jaebeom.

Memang, semua yang dikatakan Arum malam itu ada benarnya. Sudah cukup, Jaebeom tidak boleh lagi menaruh rasa kecewa pada ibunya. Bagaimanapun juga, In Kyung satu-satunya keluarga yang ia punya saat ini.

Cowok itu perlahan menoleh, menatap ibunya yang sedang tersenyum sambil menatap Arum di sana. Jaebeom bimbang, mulutnya terasa kaku untuk bicara.

"Kau ingin mengatakan sesuatu?" tebak ibunya, padahal pandangannya masih lurus ke depan. Wanita itu tersenyum, menolehkan kepala lalu meraih tangan Jaebeom. "Jangan dipaksakan jika terlalu berat berbicara dengan—"

"Maafkan aku, Bu." Jaebeom menyela, menatap Ibunya dengan serius.

In Kyung sontak mendelik, jantungnya berdegup kencang mendengar kata maaf dari anaknya. Beberapa detik setelahnya wanita itu tersenyum lebar. Matanya berkaca-kaca.

"Aku egois, tidak mau mendengarkan penjelasan Ibu dan meninggalkan Ibu sendirian di rumah. Aku tidak peduli betapa sulitnya Ibu untuk bertahan selama ini."

Wanita itu menggeleng, tanpa terasa air matanya mulai menetes. "Kamu yang paling menderita. Maafkan Ibu, Jaebeom. Seharusnya Ibu mendengarkan kamu malam itu. Ibu merasa bersalah meninggalkan kalian berdua di rumah. Ibu juga merasa bersalah pada ayahmu."

"Tidak." Jaebeom menggeleng, tangannya terulur menyeka air mata In Kyung. "Aku yang merasa bersalah pada ayah. Sejak kejadian itu, aku tidak bisa menggantikan peranan ayah di rumah. Ayah pasti sangat kecewa padaku, Bu."

"Ayah pasti senang melihatmu bisa menjadi anak yang kuat seperti sekarang."

Jaebeom tersenyum haru, ia mendekat, memeluk In Kyung dan menyandarkan kepalanya di bahu Ibunya itu. "Maafkan aku, Bu."

BAD [Lim Jaebeom] ✓Where stories live. Discover now