36

80 28 1
                                    

Selamat membaca cerita Ersya dan Ergha 🤍

Budayakan vote sebelum membaca ya kawan kawan

Ersya menendang batu kerikil kecil di sepanjang trotoar, mulutnya sejak tadi tidak berhenti mengoceh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ersya menendang batu kerikil kecil di sepanjang trotoar, mulutnya sejak tadi tidak berhenti mengoceh. Bagaimana bisa ada cowok se-menyebalkan Ergha? Dari jutaan manusia kenapa harus pria  menyebalkan itu yang dia sukai? Sungguh hatinya benar-benar aneh.

Ersya berharap besar kalau Ergha akan menyusulmya, tapi ini sudah 5 menit lebih 2 detik Ersya berjalan. Pria itu masih belum kelihatan. Menyebalkan bukan?

"Awas aja, besok gue nggak bakal ngomong sama si batu. Lihat aja nanti!" Keluh Ersya mengehentakkan kakinya.

Suara deru motor terdengar, Ersya menggelengkan pikirannya. Ergha tidak mungkin menjemputnya meskipun hujan badai melanda, Ersya memilih untuk mengabaikannya saja dan terus berjalan. Bodoamat jika itu Ergha atau bukan, siapa suruh telat datang 6 menit 10 detik.

"Sya." Eh, suara Ergha?! Tenang Ersya, harus jual mahal dikit lah, yakali Ergha aja yang bisa jual mahal.

Ersya melanjutkan langkahnya, Ergha menggeram kesal di balik helm-nya. Entah mendapat bisikan setan bucin dari mana, Ergha turun dari motornya. Kakinya lebih panjang dari Ersya jadi, dia dengan mudah menyamai langkahnya dengan Ersya dan langsung menarik pergelangan tangan mungil itu, memutar tubuh Ersya agar menghadap padanya.

"Kamu telat 6 menit 40 detik," desis Ersya menepis tangan Ergha pelan.

"Lo jalan kecepatan."

Ersya mendelik."Jangan ngadi-ngadi deh kamu, di lihat dari sudut manapun kamu yang salah!"

"Pasal satu, cewek selalu benar. Pasal dua cowok selalu salah, pasal tiga jika cewek salah kembali ke pasal satu. Ternyata itu benar." Ergha menyilangkan tangannya di depan dada.

"Nah, itu kamu tau," balas Ersya masih belum melembutkan cara bicaranya.

"Buruan, gue harus belajar." Ergha kembali meraih tangan Ersya.

"Iyaiya!" Keduanya berjalan mendekati motor Ergha, mungkin kali ini Ergha sudah lebih peka. Buktinya dia memakaikan helmet di kepala Ersya tanpa harus di kode. Baguslah, sudah ada kemajuan.

"Naik," titah Ergha setelah naik ke atas motor, Ersya tersenyum senang, naik ke jok belakang lalu melingkarkan tangannya di perut Ergha, tidak lupa menyandarkan kepalanya di punggung lebar Ergha.

"Nggak mau tau, ini hukuman karena kamu udah telat,"ucap Ersya mempererat pelukannya.

"Terserah lo." Tidak bisa di pungkiri kalau Ergha juga nyaman dengan posisi ini, rasanya hatinya benar-benar nyaman bersama Ersya.

Love Syndrome Where stories live. Discover now