Bab 2: Pindah ke Kota ✔

42 3 0
                                    

Mei 2014

Saat itu Randi masih kelas tiga SMP. Setelah pulang dari sekolah, ia pun tiba di rumah. Di dapur, terdengar suara Azran dan Runia berbincang di sana, yakni orangtuanya. Randi pun menghentikan langkah di balik dinding untuk mendengar.

"Sebentar lagi Randi ujian SMP. Bapak ragu mau menyekolahkan dia bisa lanjut SMA. Bapak tidak bisa kerja di sini lagi karena kondisinya susah. Kita harus merantau ke kota."

"Tapi, Pak, apa Randi mau tinggal di kota?"

"Kalau sudah terpaksa begini kita bisa apa, Bu? Di sana banyak pekerjaan yang layak."

Randi menghela napas. Sudah sekian kali pembahasan mereka selalu sama, tetapi kenapa aku tidak pernah diajak dalam diskusi itu? Apakah seorang anak tidak bisa memberi pendapat? Bahkan kalau bisa, aku ingin sekali bilang bahwa aku tidak mau pindah, begitu batinnya. Namun, Randi sadar, masa-masa sulit seperti itu memang harus dilalui. Ia harus terima bila di kemudian hari benar-benar pindah.

[]

Juni 2014

Setelah kelulusan SMP, mereka pun pindah ke kota. Mereka tinggal di rumah kontrak yang sudah dipilih oleh Azran. Rumah yang kecil dan seadanya itu membuat Randi merasa tidak nyaman saat pertama kali masuk. Azran berkata padanya, "Ini sementara dulu, Ran. Bapak janji akan pilih rumah yang lebih bagus lagi." Randi mengangguk. Azran seakan tahu apa yang ia rasakan.

Rumah ini hanya ada dua kamar. Satu kamar untuk orangtuanya, dan kamar satu lagi untuk kakaknya dan anaknya yang berusia tiga tahun. Ruang yang tersisa untuk Randi hanya ada di dekat pintu masuk.

Dengan beralas tikar tipis, Randi mencoba untuk tidur. Randi tidak mau memasang kelambu karena cuaca yang sedang panas. Namun, ada banyaknya nyamuk di situ membuatnya akhirnya memasang kelambu.

"Ran," panggil Runia, "kamu nggak mau tidur di kamar Ibu aja?"

"Nggak usah, Bu. Di sini nyaman, kok."

Runia berkata lagi, "Besok kamu daftar SMA, kan?"

"Iya, Bu."

"Nanti Tisa yang antar kamu ke sekolah pakai motornya Bapak," ucap Ibu. Tisa adalah kakaknya. Perihal tentangnya, ia dan suaminya sudah lama bercerai. Ia sendiri yang mengurus Arkan, anak laki-lakinya.

Randi lalu menyiapkan baju yang akan ia kenakan ke sekolah besok. Salah satu SMA Negeri menjadi pilihannya. Semoga saja ia beruntung bisa diterima di sana.

[]

Siang itu, Randi telah tiba di SMA pilihannya. Dengan berbekal rapor dan ijazah SMP, serta satu-satunya sertifikat kejuaraan yang ia miliki, yakni juara satu lomba lari pada ajang pekan olahraga dua tahun yang lalu. Ia optimis dengan adanya sertifikat itu dapat menjadi nilai tambah baginya.

Suasana sekolah cukup ramai. Di sana tidak ada satu pun orang yang Randi kenal. Ia lalu teringat Raja, teman angkatannya yang juga mendaftar di SMA itu, tetapi Randi tidak menemuinya di sana, ia mengira bahwa Raja sudah pulang lebih dulu.

Saat nama Randi dipanggil, ia pun melangkah ke meja pendaftaran dan bertemu dengan salah satu guru, seorang bapak-bapak dengan wajah angkuh dan berperut buncit. Dari wajah itu menampakkan bukan tipikal ramah, begitu pikir Randi.

Salahku Menempatkan Cinta [TAMAT]Where stories live. Discover now