Bab 23: Bertemu Kembali ✔

9 1 0
                                    

Juli 2020

Novel yang Rire tuliskan akhirnya selesai, tepat dua hari sebelum hari ulang tahunnya. Usahanya dalam menyelesaikan novel itu baginya merupakan hadiah ulang tahun yang Allah berikan padanya paling awal.

Tepat ulang tahunnya yang ke 23, ia mendoakan semoga Allah memberkahi usianya saat ini, juga memudahkan setiap ibadah dan urusannya. Sebagai rasa syukur, Rire dan orangtuanya membeli makanan untuk diberikan kepada yayasan anak-anak yatim. Setelah berdoa bersama, anak-anak tampak senang saat menerima makanan itu, mereka makan dengan lahap dan gembira.

Saat itu, Rire lalu teringat Arkan, maka ia berniat menemui Tisa di kantor tempatnya bekerja. Sudah sangat lama mereka tidak bertemu, kurang lebih lima tahun lamanya. Lebih dulu ia mengirim pesan pada Tisa bahwa ia akan bertemu.

Tibanya di sana, Tisa melihat Rire sudah sangat berbeda, sebab tampilannya dengan gamis dan kerudung panjang. "Kakak hampir nggak ngenal kamu lagi, Re," ucap Tisa usai keduanya bersalaman.

Mereka berbincang panjang di depan kantor. Rire lalu memberi bungkusan makanan padanya. "Kak, ini buat Arkan. Rire titip sama Kakak, ya. Hari ini Rire ulang tahun."

"Alhamdulillah, makasih. Barakallah, Re. Panjang umur, sehat, dapat jodoh yang baik," doanya.

"Aamiin. Makasih, Kak."

Tisa pun mempunyai ide, "Kamu lagi nggak sibuk, kan?"

"Nggak, Kak. Kenapa?"

"Kamu tunggu di sini sebentar. Kakak mau ambil helm dulu," ucap Tisa lalu beranjak. Ia kembali menemui Rire dengan membawa helm, "yuk, sekarang kamu ke rumah Kakak."

Rire terkejut. Tentu ia ingin sekali bertemu Ibu dan Bapak, tetapi bagaimana jika ada Randi di sana? Ia belum siap menemui Randi secara langsung. "Eh, Kak, tapi ...."

"Udah, yuk. Buruan. Kakak kasih tahu jalannya," ucap Tisa lalu duduk di motor Rire.

"Kakak kan masih ngantor. Nggak apa-apa, nih?"

"Nggak apa-apa. Udah izin, kok."
Rire tidak bisa mengelak. Mereka pun pergi. Bila ini adalah kunjungannya ke rumah Randi setelah sekian tahun lamanya, maka ini juga seakan menjadi hadiah ulang tahun untuknya.

[]

Di dalam gang itu, sebuah rumah kayu tampak baru berdiri. Rumahnya cukup besar dengan luas halaman yang kecil. "Ini rumah kami, Re. Di dalam ada Ibu sama Bapak. Kalau Randi mungkin masih ke kampus," ucap Tisa sambil meraih tangan Rire, mengajaknya masuk.

Melihat kedatangan seseorang yang sangat dirindukan membuat Runia menghampirinya, memeluk dengan begitu sayang. "Ya Allah. Senang bisa ketemu kamu lagi, Re. Ayo sini duduk. Ada Bapak juga," ucap Ibu. Ia lalu memanggil Azran yang berada di halaman belakang, "Pak, Pak. Ada Rire datang."

Rire tersipu, merasa disambut dengan begitu baik. Mereka berkumpul di ruang tengah. Arkan juga ikut di sana, menerima makanan yang Rire berikan untuknya. "Makasih, Bibi," ucap Arkan malu-malu. Rire tersenyum, baru kali itu Arkan memanggilnya dengan sapaan Bibi. Rire mengusap kepalanya, "Iya sama-sama, Arkan."

"Jadi kamu ulang tahun hari ini, Re? Wah, harusnya kita bisa masak-masak di sini," ucap Azran.

"Boleh juga. Kebetulan Ibu tadi habis belanja," sahut Runia.

Mereka mulai memasak. Rire merasa kembali pada masa di mana ia pernah memasak bersama Tisa, juga makan bersama dengan keluarga kecil itu.

Sesekali Rire mengedarkan pandangan pada rumah itu. Sejuk, tenang, tidak ada kebisingan. Sebuah kamar dengan pintu tertutup di dekat dapur entah mengapa mengundang Rire melamun menatapnya.

Salahku Menempatkan Cinta [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang