Bab 8: Aktif di Sanggar Seni ✔

13 2 0
                                    

Keesokan harinya saat di sekolah, Randi dihampiri oleh seorang siswa dari kelas X-2. "Kamu ingat aku nggak? Aku Farid. Kita pernah main bola sama-sama pas istirahat," ucapnya.

"Oh, iya. Aku Randi," balas Randi lalu berjabat tangan, "kenapa, Far?"

"Jadi gini, aku lagi cari teman buat ikut sanggar seni. Aku lihat kamu pas tampil acara akustik, jago juga main gitarnya."

"Ah, nggak jago-jago amat, Far. Cuma hobi aja."

"Hehehe. Gimana? Minat ikut nggak?"

"Hm, boleh, sih."

Keduanya lalu bertukar nomor telepon dan berjanji malam nanti untuk pergi ke sanggar bersama-sama.

Malam harinya, saat menunggu Farid datang menjemput, Randi mengisi waktunya sambil berbicara pada Rire lewat telepon.

"Nggak capek apa belajar terus?" tanya Randi saat tahu bahwa Rire sedang belajar. Randi menyadari bahwa Rire sangat rajin belajar.

"Kan udah kewajibannya anak sekolah. Gimana, sih? Kamu sendiri nggak belajar? Nggak ada PR besok?"

"Ada, sih. PR Sejarah, tapi nanti aja ngerjakannya, pas subuh."

Baru saja Randi hendak bicara, sambungan telepon lalu terputus. Setelah Randi mengecek, ternyata sisa pulsanya nol rupiah. Bersamaan dengan itu, Farid lalu tiba menjemputnya. Dengan menggunakan sejumlah bonus jatah kirim pesan, Randi mengirim pesan pada Rire, "Maaf, pulsaku habis, makanya tadi teleponnya putus."

"Pantasan. Iya deh, nggak apa-apa. Nomormu kayaknya boros banget, ya, Ran? Sering kehabisan pulsa gitu."

"Nggak tahu. Maklum sih, nomor lama belum diganti. Re, aku pergi dulu, ya. Mau ke sanggar sama Farid."

"Wow, sejak kapan ikut sanggar?"

"Baru aja malam ini. Farid yang ngajak."

[]

Latihan di sanggar menjadi rutinitas Randi saat ini. Kadang-kadang ia pergi bersama Farid, kadang-kadang pergi sendiri dengan menggunakan motor Azran. Biasanya jadwal latihan dimulai setelah Isya hingga waktu pulang yang tidak menentu, bisa jam sepuluh bahkan jam sebelas malam. Hal itulah yang seringkali membuat Runia mengomelinya setiap kali pulang latihan karena terlalu larut.

Malam itu sudah jam sebelas. Randi yang baru pulang dari sanggar lalu menelepon Rire. "Kenapa belum tidur?" tanya Randi.

"Nungguin kamu pulang," jawab Rire. Sudah terbiasa bagi Rire menunggu Randi pulang barulah ia bisa tertidur, "sekarang udah di rumah?" tanyanya.

"Udah, tapi belum masuk, masih di halaman depan," kata Randi. Posisinya saat itu masih di atas motor.

"Kok gitu?"

"Kalau aku masuk sekarang, aku nggak bisa nelepon kamu. Orang rumah kan udah pada tidur. Kalau pun bisa, mesti bisik-bisik, susah."

Rire tertawa kecil. Kemudian Randi bicara lagi, "Tapi kita coba, ya. Aku mau masuk dulu. Kamu jangan matiin teleponnya."

"Oke."

Salahku Menempatkan Cinta [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang