Bab 20: Masing-masing Jalan ✔

6 1 0
                                    

Beberapa bulan kemudian, Februari 2018

Rire pulang saat libur akhir semester lima. Ia ingat bahwa malam itu ada acara ulang tahun sekolahnya, maka malam itu ia pergi ditemani Aya.

Suasana sekolah cukup ramai, bukan hanya dihadiri siswa dan alumni, sebab siapa saja bisa hadir di sana. Rire mengenakan masker kain untuk menutup wajah, sudah terbiasa baginya bila bepergian.

Rire dan Aya duduk di kursi, menyaksikan acara yang sedang berlangsung. Sambutan dari kepala sekolah, pengumuman hasil juara lomba, dan lainnya. Setelahnya, Aya menemui temannya yang tidak jauh dari situ, kemudian Rire pun duduk sendirian.

[]

"Di mana? Ke sekolah nggak?" ucap Farid saat menelepon Randi. Randi saat itu sedang menemani ibunya berkunjung ke rumah keluarga. "Iya, bentar lagi aku ke sana," jawabnya.

Setelah mengantar Runia pulang, Randi pun menuju sekolah. Tampak ia mengenakan kaos lengan panjang berwarna putih.

Di sekolah, Randi bertemu teman-temannya, seperti reuni kecil. Ada Farid, Endi, Ardit, Raka dan lainnya, sedang Angga tidak ada di sana. Kabarnya ia masih belum libur kuliah, sehingga belum kembali pulang.

Randi menyaksikan acara itu sembari mengobrol dengan teman-temannya. Hadir di sekolah itu membuatnya teringat banyaknya kenangan, apalagi kenangan tentang perempuan yang tidak bisa ia lupakan.

Rire, apa kabarnya sekarang? batin Randi.

[]

Rire merasa tubuhnya mendadak panas dingin. Randi terlihat baru saja tiba di sana. Rire berusaha tetap tenang dan berzikir. Masker di wajahnya pun sedari tadi belum ia lepas. Ia yakin dengan begitu Randi tidak akan melihatnya.

Rire memandang lagi laki-laki itu, masih tampak sama seperti dulu. Rambutnya, tatapan sendu matanya. Rire kembali mengalihkan pandangan, berusaha menjaga.

Setelah acara selesai, Rire dan Aya lalu menuju parkiran. Rire pun berkata, "Aya tadi lihat nggak?"

"Lihat apa, Kak?"

"Tadi ada Randi."

"Hah? Serius, Kak?"

"Iya, dia bareng sama teman-temannya."

"Dia ada lihat Kakak juga?" tanya Aya. Rire menggeleng. Aya kembali berkata, "Aya pengen ketemu lagi sama Bang Randi. Dia baik, Kak. Sesekali DM Aya, nanyain kabar Kakak." Rire hanya menghela napas saat mendengar ungkapan itu.

Kini Rire dan Aya bersiap pulang, berboncengan di motor. Meski Rire mengenakan masker, ia tidak tahu bahwa ada seseorang yang sekilas mengenalinya, tetapi itu bukan Randi.

[]

Sepulang dari acara itu, Farid berkunjung ke rumah Randi. Seakan kabar penting, dengan antusias Farid berkata, "Ran, tadi aku lihat Kak Rire. Dia juga datang ke sekolah, pas di parkiran aku baru lihat dia."

Randi terkejut, padahal ia ingin sekali bertemu gadis itu. "Kamu nggak manggil dia tadi?"

"Nggak, aku buru-buru pakai motor, cuma lihat dia sekilas. Sayang ya, kalian malah nggak ketemu."

Pandangan Randi menerawang. Ia mengira Allah belum mengizinkan keduanya bertemu.

[]

Satu tahun kemudian, Februari 2019

Berlainan tempat, tetapi persis sama. Randi dengan aktivitas kuliah semester empat dan kajian rutin di masjid. Begitu pula Rire dengan kesibukannya menyusun skripsi tepat di semester delapan dan selalu mengikuti kajian di masjid.

Keduanya saling memperbaiki diri dalam kesendirian. Walau sudah tidak lagi saling memberi kabar, dalam diam mereka seringkali mendoakan kebaikan. Dalam sepertiga malam, hening membawa tangis pilu kala mengingat dosa yang pernah dilakukan di masa lalu.

[]

Mei 2019

Ulang tahun Randi baginya sama seperti ulang tahun sebelum-sebelumnya, selalu teringat tentang Rire. Sudah bertahun-tahun mereka berjauhan dengannya, Randi hanya bisa menahan rindu. Bersyukur hingga saat ini ia tahu Rire baik-baik saja, dengan bertanya pada Dita maupun Aya via Instagram. Sesekali ia melihat akun sosial media milik Rire, Facebook atau Twitter, tetapi ia tidak berani menyapa. Sungguh malu, takut. Cukup Allah yang menjaganya.

[]

Salahku Menempatkan Cinta [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang