Bab 7: Merasa Cemburu ✔

15 2 0
                                    

Oktober 2014

Randi menerima telepon dari Rire. Gadis itu bercerita bahwa kelas mereka mendapati tugas membuat puisi. Rire dengan percaya diri mengatakan pada Randi puisi itu adalah tentang dirinya, tentang mereka.

"Kamu mau baca?"

"Hehehe, mau."

"Iya aku kasiin. Besok ketemu di parkiran."

"Iya, pas pulang, ya."

Esoknya, dengan begitu singkat keduanya bertemu tanpa bicara apa-apa. Rire hanya memberikan kertas puisi itu, kemudian masing-masing saling pergi. Sama saja, malu-malu bila bertemu langsung.

Setibanya di rumah, Randi membuka kertas puisi itu. Sajak-sajak panjang tertulis di sana, sesuai keadaan mereka saat itu. Ada penggalan sajak yang membuat Randi tersenyum sewaktu membacanya.

Hari ke hari
Waktu ke waktu
Tiada keberanian untuk menyapa
Hanya tersenyum dari jauh

[]

Pagi itu hampir pukul tujuh, Angga dan Randi baru saja tiba di parkiran sekolah. Tampak jalannya masih basah karena hujan baru saja reda. Di saat yang sama, Rire juga datang dengan motornya. Namun, tanpa diduga, tiba-tiba Rire terjatuh.

Angga terlihat kaget apalagi mendengar bunyi jatuh yang cukup mengundang atensi, begitu pula Randi. Namun, efek keterkejutan Randi membuatnya mematung di tempat, tidak bereaksi apa-apa selain melihat, sekian detik.

"Woi, Ren! Itu Kak Rire jatuh! Malah Bengong! Ayo tolongin!" teriakan Angga yang begitu gemas membuat Randi seketika tersadar. Keduanya kini berlari menuju Rire dan menolongnya.

Rire berjalan tertatih karena merasa lututnya sedikit sakit, dibantu pula oleh seorang siswi junior yang ia tidak tahu siapa namanya. Sedang Randi lebih dulu memindahkan motor Rire ke tempat parkir.

Rire duduk di bangku panjang yang ada di dekat parkiran. Siswi yang menolongnya kian memastikan bahwa seniornya itu baik-baik saja. "Kakak nggak apa-apa, kan?"

"Iya, nggak apa-apa. Makasih ya udah bantuin."

Bel lalu berbunyi. Siswi itu kemudian bicara, "Kakak bisa jalan sendiri ke kelas?"

Rire mengangguk. Siswi itu lalu bicara lagi, "Kalau gitu aku masuk ke kelas ya, Kak. Takutnya guru udah masuk." Rire mengiyakan dan kedua kalinya mengucapkan terima kasih pada siswi itu.

Di dekat Rire, ada Angga yang sedang berdiri, ikut terlihat syok. Randi lalu tiba dengan memberikan kunci motor Rire. "Motornya udah aku parkirkan di sana."

"Iya, makasih," jawab Rire kaku.

"Asli, aku kaget, Kak," cerita Angga, "kalau tadi aku nggak teriakin Ren, dia nggak bakalan nolongin. Lihat Kakak jatuh, eh dia malah bengong."

Randi tersipu, malu aibnya dibongkar Angga secara blak-blakan. "Aku kaget, Re, lihat kamu jatuh," ucap Randi, "kenapa bisa?" tanyanya.

Rire menunjuk tempat ia terjatuh tadi. "Jalannya licin di situ."

"Tadi Kakak pasti pakai rem kanan, ya?" terka Angga. Rire mengangguk. Baginya menggunakan rem kanan adalah kebiasaan.

Salahku Menempatkan Cinta [TAMAT]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora