Bab 18: Rasa Sakit ✔

11 1 0
                                    

Setelah putus dari Rire, Randi merasa begitu hampa. Kehilangan, satu kata yang pasti. Namun, Randi bersyukur Rire masih membalas pesannya walau terkesan cuek.

Randi benar-benar menyesal telah membuat Rire kecewa. Perihal hubungan yang sudah berakhir ini pun ia belum siap menyampaikannya pada keluarga. Untuk itu Randi masih diam, seakan semua baik-baik saja.

"Rire kapan pulang lagi, Ran?" tanya Azran pada Randi.

"Nanti kalau ada libur, Pak," jawabnya kaku. Randi tidak berani mengakui bahwa mereka sudah putus.

[]

Saat yang Rire tunggu pun tiba. Ia ingin jujur pada orangtua Randi perihal hubungannya dan Randi, karena Rire yakin Randi tidak punya keberanian untuk mengaku. Tepat malam itu, Randi memberitahunya bahwa ia pergi latihan di sanggar. Dengan kesempatan itu, Rire pun menelepon Runia. Mulanya Azran yang menjawab telepon, "Halo, assalamu'alaikum, Re?"

"Wa'alaikumussalam, Pak. Ibu ada? Rire mau ngomong sama Ibu."

"Oh, iya, ini ada di sebelah Bapak," suaranya kemudian beralih pada suara Runia, "Halo, Re. Gimana kabarmu? Moga sehat, ya."

"Alhamdulillah sehat, Bu. Rire ada yang mau disampaikan sama Ibu."

Kemudian Rire berkata bahwa hubungannya dan Randi sudah berakhir. Runia terdengar syok dengan pengakuan itu. Ia juga mengatakan bahwa Randi sudah memiliki pacar yang lain di sana.

Mereka bicara panjang malam itu. Runia berharap Rire tetap menjalin hubungan baik dengan mereka.

Malam itu Rire lega telah menyatakan semuanya.

[]

Randi pulang dari sanggar lebih awal. Setibanya di rumah, ia dimarahi oleh keluarganya. Mereka memarahinya setelah tahu cerita Rire. Randi merasa semakin kacau.

Inilah yang harus ia terima atas perbuatannya sendiri. Tidak lama setelah itu, Randi sakit. Saat di sekolah, ia seringkali merasa dadanya sesak. Berapa kali Azran menjemputnya ke sekolah agar bisa pulang lebih awal dan beristirahat.

Meski lemah, Randi tetap memaksakan untuk pergi sekolah. Sampai benar-benar ia sakit. Untuk itu ia tidak sekolah beberapa hari. Tubuhnya kurus, batuk-batuk dan demam membuat tubuhnya tidak berdaya.

Sedangkan Rire, ia selalu ada di pikiran Randi. Berat bagi Randi melalui semua sendiri tanpa Rire lagi.

[]

Rire dan teman-temannya berjanji malam itu akan pergi menyaksikan acara festival budaya, apalagi Rire berusaha menghibur diri agar tidak lagi merasa sakit hati. Namun, satu per satu temannya justru batal pergi sebab masing-masing alasan. Tersisa hanya Yuza, mereka pun pergi berdua.

Setibanya di tempat festival, mereka mengunjungi setiap stan yang menjual pernak-pernik. Rire mengingat memorinya bersama Randi sewaktu berada di tempat itu. Mengunjungi stan, membeli syal dan gelang. Tentu tidak mudah baginya melupakan itu. Rire melihat pergelangan tangan kanannya, gelang rotan yang Randi belikan untuknya bahkan masih ia pakai.

"Mau beli apa, Re?" tanya Yuza membuat lamunannya sirna.

"Hm, aku mau beli cincin rotan. Mau cari warnanya yang persis kayak gini," ucap Rire menunjuk gelangnya. Sebuah cincin rotan pun terbeli dan langsung ia pakai di jarinya.

Salahku Menempatkan Cinta [TAMAT]Where stories live. Discover now