🐌 I 🐌

52 7 0
                                    

Semoga hari ini menyenangkan!

🐣🐣🐣

Gadis enam belas tahun berjalan mengitari terminal. Dua puluh menitnya telah terbuang sia-sia di tempat itu tanpa tujuan. Ditambah koper besar merah mudanya menambah beban hidupnya. Ini salahnya, ingin datang ke tempat orang tapi tidak pernah datang ke tempat itu. Diperparah dengan ia yang tidak memberitahukan kedatangannya pada siapa pun.

"Oh astaga, musibah apa lagi ini? Sekarang aku harus membiarkan mata ini melihat adegan adu mulut antar pria? Benar-benar seperti wanita mereka itu!"

Kakinya kembali melangkah, tidak jadi masuk ke dalam kafe lantaran hal pertama yang dilihatnya adalah pertengkaran antara dua laki-laki. Niatnya sekadar membeli minuman dingin pun harus tertunda dan menenggak kasar salivanya.

"Pak, bisa antar saya ke alamat ini?"

Pria tua dengan setelah baju kemeja biru serta celana bahan itu menggeleng cepat lalu pergi meninggalkannya sendiri. Lagi. Lagi-lagi sendiri. Ia menghela napas kasar diselingi gumaman-gumaman tak kasat mata yang hanya mampu dia dengar.

"Baiklah, ini yang ke sembilan. Jika aku tidak ke rumah teteh sekarang juga, gak tau gimana aku tidur nanti malam."

Tiiinnn ....

"Aaaa!"

🐌🐌🐌

"Permisi, assalamu'alaikum."

Sudah lama rasanya ia tidak datang lagi ke rumah itu. Rumah yang selalu membuatnya bahagia dengan canda tawa yang tercipta di dalamnya. Bulan kembali terpajang indah di atas langit, lampu taman di setiap ujung rumah dengan cahaya kekuningan seolah ingin menyaingi sinar rembulan. Gadis itu berkali-kali melihat jam tangannya, sampai tidak sadar waktu cepat sekali berlalu.

Sesekali kedua tangannya menggosok-gosok lengannya. Menahan dingin serta gigitan berbahaya dari para makhluk malam. Nyamuk-nyamuk di situ sangat kejam, menusuk hingga ke ulu kulit terdalam.

"Permisi!" pekiknya setelah sekian lama tidak ada jawaban.

"Iya sebentar ...."

Bibirnya melengkung sempurna, ia sumringah akhirnya mendengar jawaban dari dalam rumah tersebut.

Ceklek ....

"Hai Teteh," sapanya disertai cengiran ala kuda mengawali pertemuan pertamanya setelah sekian lama dengan seseorang yang disebut teteh itu.

🐌🐌🐌

"Lo gila, ya?! Jalan tuh liat-liat dong!"

Frustasi menyelimuti sempurna gadis enam belas tahun itu. Kakinya melangkah menyebrangi jalan tanpa melihat kanan kiri. Maksud hati ingin menghampiri pangkalan ojol di pinggir jalan, namun yang didapati adalah makian dari orang yang tidak dikenalnya.

Giginya menggigit kuat bibir bawahnya. Kedua tangan sudah menempel rapat di kedua telinganya seraya menunduk dan memejam erat matanya. Kakinya bergetar hebat, lututnya lemas seperti maut sudah berada sejengkal dari kedipan mata.

"Lo gak usah emosi. Gak gitu caranya!" pekik suara lain yang diyakini kali ini ada dua suara yang tengah adu mulut.

"Tapi, Bang ... dia--"

Bintik HitamDove le storie prendono vita. Scoprilo ora