🐌 XVII 🐌

15 5 1
                                    

Melihat orang yang kita sayangi bahagia, merupakan salah satu hal yang membuat diri sendiri juga ikut bahagia.

🐣🐣🐣

"Gua pulang duluan, ya, Lu, Dra. Tiba-tiba aja kepala gue sakit banget." Cia tersenyum. Wajahnya pucat pasi, bibirnya sudah memutih sejak rasa sakit itu datang. Ia lalu melangkahkan kakinya keluar ruangan, dan berniat menunggu angkutan umum di depan sekolahnya.

"Lo yakin gak mau kita antar, Cia?" tanya Candra entah sudah ke berapa kalinya. Lulu dan Candra terlihat khawatir dengan teman mereka. Tetapi memang tabiat Cia yang keras kepalanya membuatnya menolak tawaran itu lagi dan lagi.

Cia menggeleng seraya tersenyum. Pelan tapi pasti, ia kembali berjalan meninggalkan Lulu dan Candra berdua dengan sejuta kekhawatiran yang ada.

Sedangkan Bagus, ia masih merasakan kehadiran gadis itu di sekolah ini. Tetapi kenapa sejak tadi mengelilingi sekolah dirinya tidak juga bertemu dengan Cia?

Bagus melewati sebuah lorong, hampir ia menangis karena rasa bersalah yang menghantui. Namun, tiba-tiba seseorang melewati lorong itu dan berjalan berlainan arah.

"Cia?!" pekiknya. Bagus yakin yang dilihatnya adalah Cia. Bagus segera menyusul, berlari dan menghampiri Cia.

"Cia?!"

Cia berbalik badan dan tersenyum pada Bagus. Ia sebisa mungkin bersikap baik-baik saja di hadapan siapa pun. Namun, seketika pandangannya menghitam, ditambah sorot matahari sore yang tidak terlalu panas, menyorot sempurna retina mata Cia.

"Cia, lo baik-baik aja, kan? Gue mau minta maaf sama lo, tapi kenapa lo pucat bang--"

Dengan sigap, Bagus menangkap tubuh Cia sebelum tumbang. Dilihatnya wajah gadis yang tidak bersalah yang harus menerima amarahnya itu lamat-lamat.

"Ci! Cia, lo kenapa?" Bagus menepuk-nepuk pipi Cia, dan tanpa banyak waktu lagi, Bagus mengangkat tubuh Cia dan membawanya ke rumah sakit.

Di rumah Tita, ayah dan ibu Vie baru saja datang pukul empat sore tadi. Mereka tampak senang dengan pertemuan itu. Rumah kini sangat ramai, ada Wulan, Ibnu, Dara, Cia, Tita, Vie, ditambah kedua orang tua Vie yang akan menginap sampai beberapa hari ke depan setelah acara pertunangan usai.

Setelah Tita menghidangkan teh, Tita segera pergi ke tempat yang lumayan sepi. Ia mengangkat panggilan masuk yang sejak tadi tidak berhenti bergetar.

Cia? Kenapa dia? batin Tita.

"Halo, Ci? Lo lagi di mana, sih? Ini orang tua Vie udah dateng. Lo cepet pulang, ya ... daaa ...."

"Eeehh ... Teh, Teh Tita!"

Tita mengernyitkan dahinya. "Bagus? Kok hp Cia di kamu? Cianya mana?"

"Teh, tolong Teteh jangan kasih tau yang lain, ya. Cia di rumah sakit, dia tadi pingsan di sekolah."

Ekspresi Tita berubah panik, ia begitu kaget menerima info itu.

"Kirim lokasi sekarang, Teteh datang!" ucap Tita tegas lalu langsung menuju mobilnya tanpa berpamitan pada keluarganya yang lain.

Bintik HitamWhere stories live. Discover now