🐌 VIII 🐌

9 5 2
                                    

Berperan dalam peran. Skenario dalam skenario. Bermimpilah engkau menjadi apa pun yang kau mau. Because, your life is your responbility.

🐣🐣🐣

Bagus melajukan motornya berekecepatan sedang. Setelah mendapatkan ledekan dari tante Santi ditambah om Andra dan tentunya Tita, akhirnya mereka bisa bebas dari semua itu dan kini menuju sekolah.

Andai saja Cia bisa mengendarai kendaraan minimal sepeda motor, tak perlu repot-repot dirinya meminta dijemput seperti ini. Sialnya lagi, para ojek online yang dipesannya menolak untuk diorder. Gak mau pada punya duit kali. Sedang Tita harus berdiam diri di rumah lantaran mobilnya berada di bengkel.

"Keluarga lo aneh, ya. Pantesan lo begini, gak heran gue," ucap Bagus membuka obrolan. Entah ia merasa bosan tidak bicara atau memang niatnya untuk menjahili Cia masih kental terasa.

"Ya gitu deh," sahut Cia pasrah. Gadis itu masih bad mood, tidak suka jika dibilang berpacaran dengan cowok nyebelin bernama Bagus. Diperparah dengan aksi gila Bagus yang mengiyakan pertanyaan Andra kalau mereka berdua berpacaran. Aneh.

Lima belas menit kemudian, penampakan sekolah SMA Bintang Harapan terlihat jelas di depan mata. Segera saja Cia turun dan menyerahkan helm yang dikenakannya. Kedua tangannya terlihat membawa banyak bahan properti, ia menghampiri kerumuman anak teater yang ada di lapangan itu.

"Ci, sini gue bawain."

"Tumben baik, lo," sambar Cia seraya memberikan sebagian dari tentengannya kepada Bagus.

Bagus tak menjawab, matanya hanya melirik sekilas, lalu berjalan mendahului gadis itu. Di ruangan, ternyata di sana sudah ramai orang. Sibuk dengan segala persiapan di hari pertama, dan hari ini pula akan dilakukan sesi latihan. Sebenarnya nama ekskul mereka lebih keren dari sekadar teater. Dapfilm. Itulah nama singkatan dari Dapur Film. Di mana tempat pembuatan film dilakukan.

"Oke semua, kita akan bawakan tema Nusantara. Cerita yang diangkat adalah Keong Emas, setuju?"

Semua setuju setelah melakukan voting. Antara cerita Bawang Putih dan Bawang Merah, Sangkuriang, Tangkuban Perahu, dan Keong Emas.

"Karena waktu kita gak banyak, dan saya enggak mau ambil peran utama. Jadi, siapa yang mau ambil peran ini sebagai putrinya?" lanjut Lulu setelah semua mengatakan setuju dengn cerita yang dipilih.

Matanya mengedar ke kanan dan kiri, melihat teman-teman serta adik kelasnya yang saling berbisik bertanya siapa yang akan memerankan peran itu. Sedetik kemudian, tangan kanan Cia terangkat, lalu ia bersuara, "Apa saya bisa ambil peran itu?" tanyanya hati-hati. Pasalnya, Cia yang notabennya anak baru di teater, anak kemarin sore yang langsung ingin mengambil peran utama.

Semua mata tertuju padanya, entah apa yang mereka pikirkan. Namun, senyum simpul Lulu tercetak jelas. Dia merasa senang akhirnya ada yang dengan sukarela mencalonkan diri menjadi pemeran utama. Tidak seperti sebelumnya yang harus melakukan seleksi terlebih dahulu.

"Boleh, Cia. Kamu bisa dapat peran itu. Dan pangerannya, saya minta Bagus untuk memerankannya. Kalian anak baru, anggap aja ini tantangan kalian sebelum resmi menjadi bagian dari kami. Baik, rapatnya selesai dan sekarang kita mulai latihan sampai jam lima sore nanti."

Dia bilang apa? Siapa yang jadi pangerannya? Gue? Dan ... dan kenapa putrinya harus dia? Putri cempreng dari terminal. Huh! gumam Bagus dalam hati tak mampu mengelak lagi.

Bintik HitamWhere stories live. Discover now