🐌 VI 🐌

17 5 0
                                    

Masalah akan cepat selesai jika insan mau bekerja sama memecahkan apa yang menjadi sumber masalah.

🐣🐣🐣

Semenjak keluar dari ruang rapat, emosinya semakin menjadi. Cia menahannya dengan tidak berbicara pada siapa pun. Sekali saja ia bicara pada orang lain, maka siap-siap saja orang itu akan menerima semburan dari emosi Cia.

Seperti biasa saat sang kakak sepupu tidak bisa menjemput, tukang ojek online-lah yang bersedia mengantarnya pulang. Di rumah ada tante Wulan yang memang sudah tidak lagi bekerja dan fokus dengan pekerjaan rumah.

"Eh, Cia udah pulang, Sayang?" Wulan menghampiri keponakannya, niat hati bertanya bagaimana dengan sekolahnya hari ini, ia justu sudah lebih dulu menerima jawaban Cia.

"Maaf, Tante. Cia lagi menahan emosi, jadi Cia mohon banget, Tante. Jangan bicara dulu sama Cia, yah. Cia takut emosinya malah ke Tante, maaf, ya, Tan," lirih Cia sangat jujur menjelaskan isi hatinya saat ini.

Untung saja Wulan memahami dan meminta Cia segera masuk ke dalam kamar. Dirinya tidak bisa terima begitu saja dengan perlakukan lelaki itu. Membuatnya seperti tidak berguna di dalam rapat, dan menjadikan lelaki itu sebagai pemenang. Belum lagi, besok dirinya harus rela berjualan lagi bersama laki-laki menyebalkan itu. Huft!

"Tita pulang!" seru Tita ketika baru saja memasuki rumah. Ia berbincang sedikit dengan ibunya lalu melangkahkan kaki menuju kamar.

Mendapati Cia tertelungkup serta selimut miliknya yang sudah menutupi sempurna seluruh tubuh mungil Cia. Entah apa yang dilakukan gadis itu.

"Cia, gimana jualannya? Laku banyak, kan?"

"Teteh diem aja deh kalo enggak mau Cia ngamuk!"

Tita tertegun mendengar suara Cia penuh emosi. Ternyata benar apa kata ibunya tadi, Cia sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.

Langkah Tita semakin mendekati Cia walau gadis itu berkali-kali memberikan larangan keras namun Tita tidak peduli. Suara tangis tertangkap sempurna di gendang telinga Tita. Walau bagaimanapun, Cia tetaplah saudaranya yang bilamana ada masalah sampai menangis, hati Tita akan perih seperti teriris. Ia seperti punya tanggung jawab atas Cia.

"Sayang sini peluk Teteh, ceritain ada ap--"

Dekapan hangat menghampiri tubuh Tita sebelum dirinya menyelesaikan ucapannya. Tita mencoba memahami, perlahan ia mengusap lembut rambut Cia, membiarkan adiknya menangis sepuasnya.

"Jadi, ada apa?" tanya Tita dirasa Cia sudah mulai tenang dan menghentikan tangisnya setelah melerai pelukan di antara mereka.

🐣🐣🐣

"Gue enggak mau tau, donatnya harus dibagi dua. Lo dapat enam dan gue dapat enam. Tenang aja, gue udah bawa kotak versi lebih kecil. Jadi, nih ... silakan berjualan," ucap Cia bicaranya seperti bicara tanpa titik koma kemudian menyerahkan sekotak mini donat pada Bagus. Lelaki itu menerimanya tanpa bergeming.

Mereka berdua menentukan target yang akan membeli. Kali ini sasarannya adalah kelas yang baru usai olahraga. Mereka berdua turun langsung ke tempat target dan mulai berjualan lagi.

Terlihat setengah dari donat Bagus sudah laku terjual. Entah apa karena para pembeli tertarik dengan paras tampan Bagus atau memang tertarik pada donatnya, Cia tidak mengerti.

Bintik HitamOnde histórias criam vida. Descubra agora