🐌 XVIII 🐌

14 4 1
                                    

Keretakan kembali terjadi pada kita. Tidak, aku tidak akan membencimu. Tapi berikanku jawaban atas kehilangan ini.

🐣🐣🐣

Satu bulir air mata menetes disusul bulir-bulir lain yang kini menjadi tangis. Ia sama sekali tidak menyangka, kalau ayah Bagus lah yang telah membakar toko orang tuanya waktu itu.

Memorinya melanglang buana kembali ke kejadian dua tahun yang lalu. Saat itu, usia Cia baru saja menginjak empat belas tahun.

"Mas, Cia mana?" tanya Dara panik. Wajahnya sudah menghitan di beberpa bagian. Rambutnya acak-acakan, sangat tidak enak dipandang. Beberapa pakaiannya juga ada yang ikut terbakar.

"Hah? Saya kira Cia denganmu."

Dara berpikir sejenak, kemudian kembali tersadar. Matanya yang merah ditambah Dara yang melotot membuatnya sangat seram. "Mas, Cia masih di dalam, Mas. Tadi dia lagi di toilet! Mas tolong selamatin anak kita, Mas ... tolong Mas ...." rintih Dara memohon. Dirinya sudah melemas dan jatuh terduduk di tanah.

Beberapa warga juga telah turun tangan membantu memadamkan api dan satu petugas pemadam kebakaran yang dikerahkan.

Tanpa pikir panjang, Indra--ayah Cia segera menyampir kain dan menerobos api menyelamatkan buah hatinya.

"Mas hati-hati!" pekik Dara. Setelah Indra pergi, di ujung sebuah pohon Dara melihat lelaki itu tersenyum licik. Di tangannya memegang sebuah jeriken bensin dan sebuah korek gas.

"Baraa ...."

Dara kembali melihat ke arah suaminya pergi. Tak lama, merek kembali. Namun, hanya Cia yang berhasil keluar.  Cia didorong kuat Indra sebelum sebuah balok besar penuh api jatuh menghalangi jalan mereka.

Sedangkan sang ayah membiarkan diri terjebak dalam kepungan api karena tidak ada jalan lain.

Cia memejamkan matanya mengingat masa lalu. Sampai sekarang ia masih merasa bersalah karena tidak bisa menolong ayahnya.

"Tega sekali ...." lirih Cia.

🐣🐣🐣

"Cia, semalam ke mana aja lo? Bukannya senang-senang, lo malah menghilang.

Untunglah sekarang hari minggu, Cia masih bisa meneruskan lamunannya sejak semalam sampai ia belum tidur.

"Gimana bisa gue senang-senang sedangkan ibu gue dalam tekanan, Teh ...." ucap Cia tanpa berniat melihat ke arah Tita.

Tita dan Vie mengernyitkan dahi. Vie yang baru saja datang sehabia mandi dengan rambut yang terbungkus handuk itu tak tahu apa pun.

"Maksud lo apa, Ci?" tanya Vie yang mulai mendekati Cia.

Gadis itu tertidur menghadap tembok dan matanya perlahan kembali menggulirkan air mata.

"Gue tau sekarang, penyebab toko ibu terbakar dan ayah meninggal."

Sontak, mereka berdua sangat terkejut. Pasalnya, Vie dan Tita yang lebih dewasa saja tidak diberi tahu apa pun mengenai siapa pembakar kios, tetapi Cia malah sudah tau lebih dulu.

Bintik HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang