🐌 XXIII 🐌

9 3 0
                                    

Apakah aku salah jika mengharapkan suatu keadilan? Aku ingin menyayangi diriku sendiri, kau tak suka? Aku tidak peduli!

🐣🐣🐣

Cia pulang malam itu diantar Bagas. Tak sampai di depan rumah, beberapa meter dari rumah Tita ia meminta turun dari mobil Bagas.

Rumah itu nampak sepi. Pantas saja, saat ini sudah hampir pukul sebelas malam. Cia pasti akan diomeli Dara karena pulang terlalu larut. Ah! Biarkan. Yang penting hatinya tenang.

"Bu ... Ibu kenapa tidur di sini?" ucap Cia sepelan mungkin, membangunkan Dara dari tidurnya yang Cia yakin itu sangat tidak nyaman.

Perlahan, Dara membuka matanya. Ia merasa senang apa yang dilihatnya adalah seseorang yang sejak tadi ia tunggu kehadirannya. Putrinya, putri satu-satunya yang ia miliki telah kembali.

"Cia? Kamu udah pulang, Nak? Kamu baik-baik aja, kan, Sayang?" tanya Dara bertubi-tubi penuh rasa khawatir. Ia mengusap wajah anaknya lalu memeluk Cia lama. "Maafin Ibu, ya, Nak. Ibu gak bermaksud buat marahi kamu tadi. Maafin Ibu juga, Ibu gak menghargai kerja keras kamu selama latihan teater dan seenaknya menghinamu ...."

Satu air mata kembali menetes dari pelupuk mata Cia. Ucapan ibunya begitu menyentuh kalbu. Bukan, bukan seperti ini yang ia harapkan. Cia sangat tidak suka jika ibunya memohon seperti ini. Ternyata, dugaannya salah. Dara malah tidak memarahinya sama sekali.

"Enggak, Bu. Ibu gak salah ... harusnya memang Cia enggak lakukan semua pementasan itu. Gara-gara Cia, hati Ibu terluka, ya? Maafin Cia, ya, Bu ....."

Tak ada lagi kata, kini air mata yang menggantikan untaian kata bermakna. Keduanya saling berpelukan, memaafkan satu sama lain dan melupakan kejadian di hari ini.

"Masuk, yuk, Bu. Ibu pasti kedinginan. Maaf buat Ibu nunggu sampai ketiduran di teras," ucap Cia, tak tega memegang kedua tangan ibunya yang sangat dingin.

Keduanya pun masuk ke dalam rumah Tita. Ibunya segera Cia antar ke kamarnya sampai Dara tidur pulas. Lalu Cia kembali ke kamarnya, kamar yang di dalamnya pasti sudah ada Tita dan Vie. Entah keduanya sudah tidur atau belum.

Ceklek!

Kedua perempuan itu sontak melihat ke arah pintu terbuka. Mereka sejak tadi khawatir dengan adik sepupunya yang tidak ada kabar sama sekali.

"Teh, Cia pulang," ucap Cia kala melihat kedua kakak sepupunya menatapnya sendu. Lampu kamar masih menyala, tak lama setelah itu, Vie dan Tita menghampiri Cia lalu ketiganya berpelukan.

🐣🐣🐣

Usai pensi, sekolah diliburkan selama dua pekan. Akan kembali masuk sekolah ketika usai pergantian tahun.

Siang itu, semenjak pensi tak ada lagi pertemuan-pertemuan anak teater. Tak seperti biasanya, setiap usai pementasan ada review dari Lulu. Namun kini dibiarkan saja tidak ada. Entah apa alasannya.

Elena yang notabane-nya bukan anak teater pun cukup bisa mendalami perannya saat itu. Ia merasakan adanya kekeluargaan yang erat di dalam ekskul itu. Gadis itu berada di depan layar TV besar keluarganya, sembari membawa camilan, ia menonton santai acara di TV tersebut seorang diri.

Ting! Nong!

Suara bel rumahnya berbunyi keras. Ia tengok kanan kiri hanya dirinya yang ada saat ini. Mau tak mau, Elena berjalan menghampiri pintu dan membukannya.

Bintik HitamWhere stories live. Discover now