🐌 XIII 🐌

11 5 1
                                    

Saat sesuatu terbalaskan, di situlah terdapat kebahagiaan sekaligus rasa bersalah

🐣🐣🐣

Di kediaman Bara, kedua putranya dan seorang putri cantik yang beberapa hari ini telah mengisi rumah dengan ceria. Kehadirannya bagaikan warna baru yang semula abu-abu atau bahkan mulai menghitam. Elena, gadis ceria yang memiliki sejuta beban hati yang berusaha ia kubur.

Pekerjaan Bagas adalah mengembangkan bisnis bersama ayahnya di perusahaan milik Bara. Usianya memang terpaut lumayan jauh dari kedua adiknya, lima tahun. Iya, lima tahun. Namun, mereka bertiga tampak seperti seumuran saja.

"Lena berangkat dulu, ya, Yah," ujarnya seraya memeluk erat sang ayah sebelum pergi. "Love you, Dad!" lanjut Elena tanpa melepaskan senyum dari wajah cantiknya.

"Love you to, Baby!"

Seketika wajah Elena murung, ia memajukan bibirnya beberapa centi. "Lena bukan bayi lagi, Ayah!" ucapnya merajuk membuat Bagus tertawa namun dalam hati, tak ingin ia tunjukkan di depan Bara. Sedangkan Bagus, ia tertawa juga tetapi lebih bebas.

Keheningan terjadi di dalam mobil Bagus. Ia yang biasanya menjemput Cia, kini tidak lagi. Setelah ada Elena, posisi itu tergantikan oleh kembaran Bagus itu.

Sukses membujuk Bara agar Elena satu sekolah dengan Bagus membuatnya merasa menang. Ayahnya itu memang tidak bisa menolak keinginan putri satu-satunya itu dengan alasan apa pun. Ia yang diistimewakan, ia yang dimanjakan. Tapi terkadang, Lena benci akan perlakuan itu. Seolah ia tidak bisa melakukan apa pun tanpa bantuan Bara atau pun kedua saudara laki-lakinya. Bagas dan Bagus.

"Len, lo ke ruang wakasek sendiri bisa, kan? Dari gerbang tinggal lurus aja, mentok belok kanan. Nanti ada tulisannya kok," ucap Bagus begitu mesin mobilnya mati dan mereka sama-sama melepas sabuk pengaman.

Elena sedikit sedih, ia pikir, Bagus akan mengantarnya, menemaninya sampai kakinya menapaki area kelas. Tapi tak apa lah, apa salahnya ia belajar mandiri di lingkungan barunya.

"Oke, Gus. Nanti kalo ada apa-apa gue telepon. Oke?" ucapnya dengan nada ceria.

Bagus mengangguk, lalu keduanya keluar dari mobil dan berjalan menjauhi parkiran. Netranya berhenti pada netra seseorang di samping sebuah mobil yang tidak asing lagi bagi Bagus.

Ia kikung sendiri entah apa yang membuatnya demikian, lalu tanpa aba-aba, sejenak ia melihat Elena. "Len, gue duluan, ya! Lupa ada PR matematika belum dikerjain. Ketemu nanti lagi, bye!"

Bagus berlari meninggalkan Elena yang masih mematung. Lelaki itu berniat menghampiri Cia, namun gadis itu sudah lebih dulu pergi. Cia berlari, ia tahu kalau Bagus akan menghampirinya.

Dia kenapa? batin Bagus.

🐣🐣🐣

"Bu, rasanya Cia gak mau ninggalin Ibu, deh. Cia libur dulu deh sekolahnya hari ini ... ya, ya, ya, tolong lah, Bu ...." rengek Cia yang sedari tadi permintaannya tidak dikabulakan Dara.

"Enggak. Enggak ada libur, enggak ada gak masuk sekolah. Kamu harus jadi anak cerdas, jadi harus sekolah. Udah sana!"

Cia merasa terusir, wajahnya mulai menampilkan kerutan di mana-mana. Ia ingin protes, namun kalah cepat dengan pekikan dari kakak sepupunya.

"Cia ayo berangkat, atau gue tinggal?!"

"Iya sabar, bawel."

Jalanan Bandung di pagi hari seperti biasa dipenuhi banyak kendaraan. Macet di sana-sini membuat tampilannya seperti adik dari ibu kota. Sesekali Tita berdecak kesal lantaran beberapa sepeda motor yang memotong jalannya seenak jidat. Apakah mereka tidak tahu kalau Tita juga sama sibuknya dengan mereka?

"Jangan marah-marah, Teh. Cepet tua loh," kata Cia mencoba mencairkan suasana tetapi malah dibalas dengan tatapan sinis dari Tita.

"Tuh mata silet apa golok sih? Tajem amat."

"Amat aja gak tajem, Cia! Diem aja deh lo!" balas Tita nada suaranya ketus tingkat dewa.

Cia menelan salivanya, ia akhirnya bungkam tanpa berani mengeluarkan satu huruf pun dari dalam mulutnya. Hingga melewati semua kebosanan di dalam mobil, tampilan SMA Bintang Angkasa terlihat di depan mata. Seketika saja Cia turun setelah berpamitan pada Tita.

Dia siapa? batin Cia bergeming.

Sosok yang sangat menyebalkan satu sekolah menurut Cia, kini terlihat akrab bersama seorang gadis. Berjalan berdampingan bahkan tadi Cia juga melihat mereka keluar dari mobil yang sama.

Jadi dia udah punya alasan biar gak ke rumah gue lagi.

"Cia masuk, ya, Teh. Hati-hati di jalan, Teh. Daaa ...."

Cia cepat berlari, detak jantungnya memburu entah karena apa. Ia melihat Bagus berlari ke arahnya dan meninggakan gadis yang bersamanya tadi.

"Huft, sampai juga!" seru Cia seketika saja setelah duduk dan mendapati ada Lulu di sana.

Pertanyaannya, jam berapa Lulu sampai di sekolah? Apa dia menginap di sekolah sehingga datangnya selalu lebih cepat dari Cia? Padahal Cia ingat, Lulu pernah mengatakan rumahnya jauh dari sekolah. Hmm ....

"Kebiasaan sih lo, lari-larian terus kalo masuk kelas!" ucap Lulu ketus. Sepertinya, hari ini adalah hari sial bagi Cia. Pasalnya, sejak dari rumah tadi ia selalu diketusin siapa pun.

"Gue cuma lagi menghindari perkara aja," balasnya santai lalu melepas tasnya.

Sepuluh menit berlalu, seorang guru perempuan datang seiring bel berbunyi dengan gadis yang tadi Cia lihat bersama Bagus. Sontak, dahi Cia mengerut, merasa heran dengan apa yang dia lihat.

"Anak baru, ya?" tanya Lulu yang sama herannya ketika gadis itu berdiri di depan kelas dengan memasang senyum.

Cia menaikkan kedua bahunya, ia juga sama sekali tidak tahu.

"Hai semuanya, kenalin saya Elena Barafada. Saya pindahan dari Amerika, salam kenal," ucap Lena diakhiri senyuman yang semakin manis.

Usai memperkenalkan diri, Lena dipersilakan duduk tepat di samping kursi Cia. Iya, dia duduk bersama Qayla, teman sekelas Cia.

Cia nampak acuh pada nama gadis itu. Dia mendengar tentang perkenalannya, tetapi tidak terlalu peduli. Cia lebih tertarik dengan buku dan pulpen di tangannya. Namun, otaknya seakan memaksa Cia untuk memikirkan sesuatu.

Barafada? Gue kayak pernah dengar nama itu ....

Detik berikutnya, mata Cia terbuka sempurna. Ia mengingat sesuatu. Lantas dengan cepat menengok ke arah Elena, dan seperti biasa, Lena membalasnya dengan senyuman tanpa rasa curiga sedikit pun.

🐣🐣🐣

Mari kita mengenang jasa para pahlawan yang gugur dalam G30SPKI. Tepat hari ini, bendera setengah tiang dikibarkan di seluruh Indonesia. Semoga, di tahun ini, Indonesia bisa segera terbebas dari wabah covid 19. Aamiin😇

30 September 2020

Bintik HitamWhere stories live. Discover now