Bonus Chapter

16.6K 2K 871
                                    

Seorang laki-laki yang beranjak remaja berjalan selangkah demi selangkah di jalan setapak. Dengan jalannya yang sedikit menanjak juga dalam kondisi licin karena terkena air hujan, namun tak menyurutkan dirinya untuk berkunjung ke tempat peristirahatan terakhir orang yang dikasihinya. Orang yang selalu melindunginya dan memenuhi apa saja yang dia inginkan.

Bersama dengan satu pengawal di sisinya sembari memegang payung agar ia tak kebasahan. Laki-laki remaja yang sudah tumbuh menjadi makhluk adam diidamkan para kaum hawa.

"Nyonya Besar terus menghubungi Tuan Muda. Apa anda tidak ingin menjawab?" Tanya sang pengawal yang gak menghentikan ia untuk melangkah.

Laki-laki itu tersenyum tipis. "Aku akan bertemu dengannya setelah ini. Bilang padanya untuk menunggu sedikit lebih lama." Jawabnya yang langsung di angguki oleh sang pengawal.

Laki-laki remaja itu pun berhenti kala sudah ada di pusara orang yang di cintainya. Dengan bucket bunga yang ia bawa, ia meletakkannya pelan dan sarat akan kerinduan.

Tanpa sadar setitik air mata jatuh di pipinya, namun ia tak berniat menghapusnya dan tetap mengamati makan terawat itu dengan senyum menahan tangisnya.

"Apa kabar? Maaf baru bisa datang lagi, akhir-akhir ini aku sibuk berlatih bela diri." Sang remaja memulai pembicaraan satu arah, namun ia tetap menceritakan apa yang terjadi padanya setelah orang terkasihnya tak lagi ada. Wajahnya yang ceria kala menceritakan bagaimana kehidupannya yang semakin membaik, tak bisa menutupi kesedihan hatinya.

"Ah, aku juga baru menyadari jika aku sangat menjengkelkan dulu. Maaf sudah membuatmu marah setiap waktu dan terima kasih karena tak membuangku walau aku menguras isi dompetmu." Sang remaja kembali melanjutkan cerita dengan sedikit tertawa kala otaknya memutar kejadian beberapa tahun silam. Dimana di usia itu dirinya memang benar-benar membuat hampir semua orang merasa jengkel dan ingin membunuhnya.

Remaja itu menunduk sembari menghela napasnya, berusaha untuk tak berlarut-larut dalan kesedihan ini.

"Aku sering berkunjung kemari dan setiap waktu itu tiba aku tak kuasa menahan tangis. Harusnya aku selalu bisa menjadi tegar karena dirimu sudah bahagia disana, namun rasa rindu ini mematahkan segalanya." Gumamnya yang merasa kesal pada dirinya.

"Hyung, aku sudah melewatkan berapa menit?"

Sang pengawal yang masih setia mendampingi remaja itu pun segera melihar arloji di pergelangan tangannya.
"Hampir lima belas menit, Tuan Muda."

Remaja itu mengangguk mengerti.
"Aku tak punya banyak waktu untuk saat ini, namun akan kuusahakan lain kali aku bisa lebih lama bersamamu." Kemudian ia berdiri dan melangkah pergi meninggalkan pusara yang terukir sebuah nama yang akan selalu ada di dalam hatinya. Bersamaan dengan hujan yang membasahi bunga pemberiannya.

































"Aku tak mengerti mengapa ahjussi dulu menculikku namun akhirnya dia juga yang menyelamatkan kami." Yuan, sang remaja yang baru saja masuk ke dalam mobil bertanya dengan begitu penasaran.

"Aku tidak tahu pasti, Tuan Muda. Namun dari kabar burung yang beredar, orang tua kandung anda mempunyai perjanjian dengan Ketua. Mereka tahu jika mempunyai kekayaan dan kekuasaan yang tak terhitung harganya suatu saat akan menyebabkan mereka harus kehilangan nyawa dan kau. Jadi dengan jaminan kekayaan orang tua anda di bagi setengah untuk Ketua, anda di culik atau dengan kondisi sekarang bisa dikatakan anda di amankan dari kejahatan yang mengintai." Jelas pengawal itu panjang lebar.

Yuan yang mendengarnya mengangguk, sedikit mengerti akhirnya setelah belasan tahun ia mencoba mencari tahu namun tak ada satu orang pun yang mau menceritakan itu semua.

THE BABY AND I [CHANBAEK] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang