(25) Meja

2.6K 282 127
                                    

            Matahari mulai muncul dengan malu-malu di arah timur, tetesan demi tetesan embun terjun ke tanah bak musik, serangga berterbangan mengikuti arah angin lagu pagi, burung-burung berkicau ikut bernyanyi menyambut mentari.

           Disebuah rumah tepatnya di lantai dua atau bisa dibilang kamar, Fang yang sudah siap berangkat sekolah kini asik membangunkan seseorang di tempat tidurnya, dia Halilintar. Fang sudah memanggil dan mengguncangkan tubuh Halilintar sedari tadi, tapi sang empunya tetap menikmati mimpi indahnya, mungkin? Dan saat tangan Fang mencucuk atau menekan-nekan pipi Hali, ada pergerakan dari sang empunya. Akhirnya ....

          Halilintar menyingkirkan tangan Fang, mungkin dia kira itu nyamuk yang mengganggu, tapi Fang kembali melakukannya karena Halilintar sepertinya belum bangun sepenuhnya.

"Hai Hali!" Fang menaikan nadanya ketika Halilintar kembali menutup matanya. Astaga, apa membangunkan Halilintar sesulit ini? Ah tidak, mungkin dia memang butuh tidur lebih lama.

        Asik dengan pikirannya, Fang tidak menyadari ketika Halilintar tiba-tiba menariknya hingga Fang terduduk di lantai dan berhadapan dengannya, Halilintar mengangkat tangannya dan membuat Fang sedikit gemetaran, ingat! Sedikit!

Set!

Puk-puk!

       Oke, Fang gemetaran sekarang, Halilintar tiba-tiba saja menarik kedua pipi Fang dan menepuknya beberapa kali seperti sedang bermain dengan boneka.

'Oi-oi! Apa-apaan ini?!'  batin Fang ketika dirinya kini mulai dicubit (baca : ditarik dengan kuat) oleh Halilintar, lalu berlanjut dengan menarik kedua telinga Fang ke arah berlawanan.

"Sakit oi! Hali! Halilintar!" Fang berteriak dan berusaha melepaskan tangan Halilintar yang ... sadis? Karena dari tadi justru Fang melihat Halilintar hanya membuka matanya sedikit dan ... Oh no! Apa dia tersenyum? Err ... apa menyeringai?

"Diam Cacctus!" ha? Apa Fang tidak salah dengar? Muka uhuk! Tampannya uhuk! Disamakan dengan Cacctus si kucing alien itu?!

"Kau terlalu imut Cacctus, jadi diamlah, aku sedang--"

"Halilintar!!!!" oke, Fang murka saat rambutnya yang sudah tertata rapi kini ditarik, atau lebih tepatnya dijambak oleh orang asing, ah tidak! Maksudnya 'adik kecilnya' ini, fhufhufhu!

'Eeeeeee?!' Halilintar berkedip beberapa kali ketika dirinya membuka matanya lebar saat kedua tangannya menjambak rambut Cacctus, ralat! Fang maksudnya.

"Fang?!" oke, Halilintar tidak bisa mengetahui bagaimana wajahnya sekarang, yang pasti sekarang dia mulai terasa panas, bukan karena marah atau gerah, tapi ... malu?

"Waarrgghhh!!! Landak jadi-jadian!!!" Halilintar mendorong Fang kuat hingga terpental ke belakang.

Duagh!

Bruk!

Brak!

Err ... Apa Fang tidak apa-apa?

"Aish ... sakitnya~" Halilintar beralih melihat Fang yang err ... sejak kapan Fang masuk ke bawah meja belajar? Dan err ... apa dia tersangkut?

"..."

"Eh-eh?! Aku tak boleh keluar! Oh tidak! Aku tersangkut!"

Krik-krik krik-krik

  
Oke, mungkin kalau di situasi Halilintar adalah Taufan, pasti dia  akan tertawa terbahak-bahak, apalagi kalau Balze, mungkin dia sudah ketawa guling-guling melintasi galaksi Bima sakti. Tapi ini Halilintar, dia hanya bisa menahan tawanya ketika melihat Fang yang masuk diantara celah yang seharusnya pijakan kaki, kini dia jadikan tempat bagi belakang lututnya saat dia duduk di paling dalam bawah meja, dan tangannya mengapai-gapai apa saja untuk menarik dirinya keluar, pft!

PERUBAHAN ( Boboiboy halilintar )Where stories live. Discover now