1. Someone in My Kitchen

288K 18.3K 645
                                    

"Liiiiii! Ambilin pakeeet!"

Hari baru menjelang sore, namun rumah di Jagonaraya itu telah berisik akibat teriakan seseorang di lantai dua. Alea yang baru pulang kantor sedang membersihkan make up, sementara kurir telah menekan bel dari tadi.

Dari CCTV yang tersambung dengan ponselnya, Alea bisa melihat si kurir berdiri tak sabaran. Mungkin dia mendengar teriakan Alea, jadi tidak menekan bel lagi.

"Lily!" teriak Alea lagi.

Awas saja jika Lily tidak segera melakukan apa yang ia pinta. Alea tidak akan segan-segan memotong uang saku Lily.

"Bentaar!" Teriakan tak kalah cempreng menyahut dari lantai satu.

Tak berapa lama kemudian, sosok Lily keluar dari pintu. Alea tersenyum dan menutup aplikasi yang ia gunakan untuk melihat tamu itu. Sambil menghapus sisa lipstik yang masih menempel, ia menunggu tak sabaran.

Senyuman langsung merekah begitu Lily mengetuk pintu kamarnya.

"Masuk," ucap Alea.

"Ngapain pulang awal, sih? Ngerepotin aja. Lain kali ambil sendiri, dong!"

Lily meletakkan paket berukuran sedang milik kakaknya itu ke kasur.

Alea telah berkacak pinggang, siap memberi omelan pada Lily. Enak saja dibilang merepotkan. Dia kan belum sepuluh menit kembali dari kantor. Tentu dia lelah dan ingin istirahat.

Tapi belum juga satu kata terucap dari bibir Alea, Lily sudah lebih dulu berlari keluar kamar.

"Mau kemana? Kakak belum selesai!"

"Ngerjain tugas!" jawab Lily di tengah pelariannya.

Alea hanya menatap tangga kesal, tapi tidak berniat mengejar. Dia malah menutup pintu dan tersenyum penuh arti ke paket di kasur. Dia berjalan setengah melompat ke barang yang ditunggunya selama sebulan itu.

Jemari lentik Alsa mengelus sisi luar kardus. Mungkin laki-laki di luar sana akan iri pada kardus paket itu. Dia hanya diam tapi bisa merasakan elusan tangan Alea yang lembut dan terawat.

Alea sampai menutup mulut agar tak berteriak kegirangan ketika paketnya terbuka.

Paket yang dikirim temannya di Singapura itu berisi belasan potong pakaian dalam dan tujuh lembar lingerie dari La Perla. Sudah lama Alea tidak memborong pakaian-pakaian haram ini.

Ia menyebutnya pakaian haram karena memang sangat mengekspos tubuh seksinya. Pernah dia ketahuan memiliki satu potong lingerie murahan dan langsung dibabat habis oleh sang ayah.

Ayahnya bilang, pakaian seperti ini belum pantas digunakan Alea yang belum menikah. Padahal, memakai lingerie tidak ada aturannya. Ayah tidak tahu saja jika lingerie bermerek sangat nyaman digunakan. Jauh jika dibandingkan daster lima puluh ribuan. Ini menjadi salah satu alasan kenapa dulu Alea memilih tinggal terpisah setelah mendapat pekerjaan.

Setelah pindah ke rumah ini, Alea masih meneruskan hobinya memakai lingerie seksi saat tidur. Untungnya Lily bukan tipe pengadu.

Alea menghitung dan meneliti pesanannya itu dengan sangat hati-hati. Meski harga pakaian haram ini jauh di bawah arloji Cartier yang dibelinya dua bulan lalu, Alea tetap memperlakukannya dengan baik. Jutaan, cyin.

Setelah memastikan bahwa semua pesanannya ada, Alea menaruhnya di keranjang cucian. Mengingat bahan lingerie cukup tipis, Alea memasukkannya ke jaring pakaian terlebih dahulu. Jika tidak dari sekarang, Lily yang bertugas mencuci pakaian pasti akan lupa.

Alea beranjak ke kamar mandi beberapa menit kemudian. Jarang-jarang dia pulang siang menjelang sore begini. Maka dari itu, dia akan memanjakan diri dengan ritual mandi yang belum sempat ia lakukan sejak pindah ke sini.

Accidentally SoulmateWhere stories live. Discover now