Akhirnya🦋

28.9K 4K 305
                                    

Yang nungguin cerita ini up siapa aja?
Gak ada, yah? Oke;)

Vote dulu baru baca, sekalian komen juga.


"Lo udah siapin kejutan buat Embun?" tanya Melva.

"Udah. Kita tinggal jalankan rencananya," jawab Zia.

Melva melipat kedua tangannya di depan dada sambil tersenyum sinis. Rencananya harus berjalan dengan baik hari ini. Agar Embun bisa merasakan akibat karena telah berani pada dirinya. Lexa sebenarnya tidak setuju dengan rencana ini, tapi apa boleh buat.

"Cari Embun dan bilang sama dia kalau gue nunggu dia di gerbang belakang sekolah," ujar Melva.

Zia dan Lexa mengangguk lalu pergi mencari keberadaan Embun. Melva sangat tidak sabar melihat Embun yang akan menderita. Kemudian dia berjalan sambil membawa ember yang entah isinya apa.

Lexa dan Zia tak kunjung menemukan keberadaan Embun. Mereka sudah mencari ke sana kemari tapi hasilnya tetap nihil. Karena rasa lelah, mereka berhenti sejenak dan memijat kaki mereka masing-masing.

"Embun di mana, yah?" tanya Zia.

"Kita bilang aja nggak ada," ujar Lexa.

"Jangan. Lo mau kita yang jadi sasarannya?" tanya Zia.

Lexa menundukkan kepalanya, memikirkan sesuatu agar menggagalkan rencana Melva. Tapi dia tak kunjung mendapatkan sebuah ide yang tepat.

"Kita coba cari ke kantin," ujar Zia lalu menarik tangan Lexa.

Lexa hanya bisa berdoa agar Zia tidak menemukan dirinya di kantin nanti.

______

"Gimana?" tanya Bu Nina.

Retha dan Siti berbalik secara bersamaan, menatap Bu Nina dengan tatapan bingung.

"Gimana apanya, Bu?" tanya Siti.

"Kalian masih mau bikin konsep saat ulangan?" tanya Bu Nina.

"Siti yang bikin, Bu. Terus dia ngasih ke saya," jawab Retha cepat.

Embun hanya bisa diam, menahan terikn matahari yang membakar tubuhnya. Ini semua karena Siti yang membuat konsep saat ulangan harian. Dia tidak melihat konsep Siti, tapi dia juga kena hukum oleh Bu Nina.

"Kalau lo nggak minta, gue nggak bakal kasih," ujar Siti.

Retha menginjak kaki Siti dengan keras, membuat Siti memikik keras.

"Argh!" pekik Siti.

Bu Nina terkejut saat mendengar pekikan Siti yang sangat menggelegar. Di saat sedang di hukum, mereka berdua masih saja bertengkar.

"Gue tobat satu kelas sama tempe busuk kayak lo," ujar Retha.

"Astaga, mulut kamu berdosa banget," ujar Siti sok dramatis.

Kepala Embun hampir pecah karena mendengar pertengkaran kedua mahluk ini. Bu Nina juga ikutan pusing sama seperti Embun.

"Kenapa sih lo bisa pindah di kelas gue?" tanya Retha kesal.

"Karena aku pengen deket sama kamu," jawab Siti dengan nada manja.

Retha berdecak sebal melihat tingkah Siti yang selalu membuatnya pusing. Mengapa dia harus satu kelas dengan Siti. Dia sungguh tak tahan satu kelas dengan Siti yang selalu membuat onar.

Bu Nina dan Embun menepuk jidat mereka secara bersamaan. Menghadapi mahluk seperti Retha dan Siti memang membutuhkan kesabaran yang ekstra.

"Bikin ulah lagi kamu, Siti?" tanya Pak Agung yang baru saja datang.

𝐋𝐈𝐁𝐑𝐀 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang