Tinggal Bersama🦋

31.6K 4K 691
                                    

Hallo.

Jangan lupa jaga kesehatan, yah.

Vote dan komen juga jangan lupa.

"Siti?" panggil Kakek Siti.

Hari ini Kakek Siti datang berkunjung ke rumah Siti. Sudah lama sekali ia tidak bertemu dengan cucunya yang litmid edition seperti Siti.

"Iya, kenapa?" tanya Siti.

"Kamu punya pacar?" tanya Kakek Siti.

Boro-boro punya pacar, cintanya saja selalu ditolak oleh Lintang secara sadis.

"Nggak, Siti nggak punya pacar," jawab Siti.

"Kamu ini masih sekolah, jadi nggak usah pacaran dulu," ujar Kakek Siti.

"Aku emang nggak mau pacaran , Kek. Pacaran 'kan dilarang agama," ujar Siti.

Kakeknya Siti mengangguk-anggukkan kepalanya, membenarkan perkataan Siti.

"Pinter," ujar Kakeknya Siti.

"Makanya aku sering ngehancurin hubungan orang, biar dapat pahala," ujar Siti.

"Nggak gitu juga, Siti!" teriak Kakeknya Siti geram. Ia pikir Siti sudah berubah menjadi dewasa, tapi ia salah besar. Siti masih sama aja.

Mendengar teriakan sang Kakek, Siti berlari dengan cepat meninggalkan Kakeknya sambil tertawa terbahak-bahak.

******

"Calon mama mertua aku mana?" tanya Libra.

"Lagi di Bogor," jawab Embun singkat.

Libra nampak memikirkan sesuatu. Jika Pricilla berada di Bogor, lalu bagaimana dengan rencananya untuk melamar Embun. Tidak, rencananya harus berjalan dengan mulus malam ini. Tidak boleh ada hambatan.

"Siap-siap sana," ujar Libra.

"Mau kemana?" tanya Embun bingung.

"Jemput calon mama mertua aku," jawab Libra santai.

"Kok gitu? Terserah bunda dong mau pulang kapan," ujar Embun.

Libra menghela nafas panjang. Jadi Embun tidak memikirkan dengan lamaran nanti malam. Dasar.

"Aku mau lamar kamu nanti malem. Kalau nggak ada calon mama mertua aku, gimana ceritanya? Aku nggak mau nunda-nunda mulu," jelas Libra.

Jadi ini sebabnya Libra ingin menjemput Pricilla. Ditunda satu hari saja kenapa tidak bisa. Semakin hari Libra semakin gila.

"Dengerin aku baik-baik. Menunda rencana kamu satu hari aja bisa 'kan," ujar Embun, mencoba memberi pengertian pada Libra yang keras kepala ini.

"Nggak bisa, sayang. Kalau nanti malem kamu kabur bareng Rava, terus ninggalin aku, gimana?" Libra bangkit dari duduknya dan berdiri membelakangi Embun.

Mendengar perkataan Libra barusan membuat Embun melototkan matanya dengan sempurna. Pikiran Libra sampai sana?

"Astaga, aku nggak bakal kabur bareng Rava. Aku 'kan cinta sama kamu," ujar Embun.

"Kamu bisa aja ngomong kayak gitu sekarang. Tapi kalau beneran kejadian, gimana?" tanya Libra kesal.

Daripada harus berdebat dengan si kepala batu ini, Embun lebih baik mengalah demi kesejahteraan semuanya. Biarkan Libra yang menang, dia tidak peduli.

Saat ingin pergi untuk bersiap-siap, ponsel Embun berdering. Nama Pricilla tertera dengan jelas di layar ponsel Embun.

"Hallo, Bunda," sapa Embun.

𝐋𝐈𝐁𝐑𝐀 [End]Where stories live. Discover now