GGSM Sinting!🦋

28.8K 4.2K 495
                                    

Kuota menipis, jadi update sekarang.

Pertama aku mau bilang, happy 45k pembaca LIBRA.
Nggak nyangka banget, cerita ini berkembang sangat pesat. Terimakasih untuk kalian yang mau menyempatkan waktu buat baca cerita aku ini.
Pokoknya i love you ❤️

Ada yang rindu sama Embun sama Libra, nggak?
Atau rindu sama cerita ini?

Sebelum baca sebaiknya vote dulu.

Oke, siap!

°°°

~LIBRA~

"Gue nggak terima sama perlakuan Melva ke Embun," ujar Siti sambil berjalan beriringan bersama Retha.

"Lo pikir gue terima? Gue juga nggak terima liat sahabat gue yang kayak gitu. Kalau lo sih nggak pa-pa," ujar Retha.

"Kalau lo juga kena racun tikus, gue biasa aja," ujar Siti tak mau kalah.

Di saat kondisi seperti ini, mereka masih sempat-sempatnya untuk saling mengejek. Entah apa yang dipikirkan oleh mereka berdua. Niat mereka ingin melabrak Melva dan kedua dayang-dayangnya. Mereka memasuki kelas Melva dengan tampang galak.

"Spada!" teriak Siti yang langsung mendapatkan cubitan di tangannya.

"Yang sopan dong," ujar Retha.

"Sellow aja kali," ujar Siti.

Melva berjalan dan berhenti tepat di hadapan Retha dan Siti. Dia menatap mereka dengan tatapan tajam.

"Berani banget lo, yah, kerjain Embun sampe segitunya," ujar Retha.

"Emang kenapa? Urusan lo apa?" tanya Melva sewot.

"Lah, kok lo nyolot? Santai dong," ujar Siti.

"Lo nggak usah ikut campur," ujar Melva.

Siti berjalan dengan pelan, memutari Melva yang sedang berdiri tegap. Perlahan Siti memegang rambut Melva sambil menatapnya serius. Dengan cepat Melva melepaskan tangan Siti yang bertengger di rambutnya.

"Lo cantik. Tapi sayang, nggak punya otak," ujar Siti di akhiri dengan gelak tawanya.

"Berani banget lo ngomong kayak gitu! Lo tau 'kan kalau gue bisa aja keluarin lo dari sekolah ini," ujar Melva sinis.

"Tanam-tanam ubi, tak perlu dibaje. Bacot lu babi, mending gelut aje," ujar Siti dengan nada animasi Upin Ipin.

Hal tersebut membuat semua murid yang berada di dalam kelas tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Melva ingin sekali menampar pipi Siti. Retha terkekeh geli melihat tingkah laku Siti yang benar-benar absurd.

"Diam lo!" bentak Melva.

"Lo yang diam! Selama ini lo udah remehin gue 'kan? Lo pikir gue cewek bodoh? Gue bakal bertindak kalau lo udah nyentuh sahabat gue!" teriak Siti serius. Siti yang dikenal periang dan suka ngelawak kini menjadi singa betina. Semua orang menganga melihat adegan tersebut. Siti tidak pernah seserius ini.

"Satu kali lagi lo ngerjain Embun nggak pake otak, gue nggak segan-segan buat lo menderita," ujar Siti tegas lalu keluar dari kelas Melva. Retha tak tinggal diam, dia berlari mengejar langkah Siti.

"Lo marah?" tanya Retha.

"Akting gue bagus nggak?" tanya Siti sambil tersenyum tengil.

Retha menyentil dahi Siti dengan keras, membuat sang empunya meringis kesakitan. Siti hanya bertanya hal yang masuk akal tapi yang ia dapatkan sebuah sentilan yang membuat keningnya sakit.

𝐋𝐈𝐁𝐑𝐀 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang