1 - Gambar

158 18 0
                                    

Namanya Dahlia Naimara, penghuni kelas 11-C di SMA One High School dan suka banget menggambar meskipun hasilnya masih amatiran

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Namanya Dahlia Naimara, penghuni kelas 11-C di SMA One High School dan suka banget menggambar meskipun hasilnya masih amatiran. Kadang Dahlia mengikuti perlombaan menggambar di sekolah namun sayangnya gagal terus dan terus hingga membuatnya ingin menyerah saja. Di jam istirahat yang tenang nan asri kali ini, Dahlia memanfaatkannya untuk menggambar wajah seseorang di ponselnya menggunakan sebuah aplikasi.

Mula-mula ia menggambarkan sketsa lalu mewarnai dan akhirnya menyempurnakan detail-detail yang sudah ada, kemudian ia posting di sosial medianya. Saking asyiknya menggambar, seorang cowok dengan tinggi 172 cm dan rambut sedikit acak-acakan menghampirinya tak juga ia sadari.

"Lia, gue mau protes," ujar si cowok bernama Hanif Ardian, langsung duduk di atas meja menghadap ke arah Dahlia.

Dahlia berpaling sejenak dari ponsel pintarnya menunggu apa yang akan Hanif katakan kepadanya.

"Protes apaan sih?" tanya Dahlia heran apa yang harus diprotes Hanif kepadanya.

"Gue gak terima saat lo upload gambar ilustrasi gue yang matanya bengkak sebelah terus bibirnya dower. Maksudnya apa?" tekan Hanif menunjukkan salah satu postingan Dahlia ke depan wajahnya.

"Itu percobaan, lagipula kelihatan seksi tau," ungkap Dahlia tak ada yang salah dengan gambar Hanif yang dibuatnya.

"Seksi-seksi mananya? yang ada muka gue–" Hanif mengusap wajahnya gusar tak bisa berkata-kata dengan gambar buatan Dahlia. Ya kalau membuat dirinya semakin keren. Lah ini? malah membuatnya semakin hancur saja. Menyesal waktu itu Hanif menyuruh Dahlia agar memilih menggambar saja untuk mengisi kekosongan waktunya dan sekarang. Hanif hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Nif-Hanif!" Dahlia menangis sesenggukan memanggil Hanif yang tengah mengaduk bubur untuknya makan.

"Lo kenapa nangis?" tanya Hanif sambil memakan bubur itu karena Dahlia terus saja menolak makan.

"Gue sedih gue gak punya bakat," jawabnya.

Astaga! cuma soal bakat saja Dahlia menangis sampai tidak mau makan?

"Bakat itu apa yang lo suka terus lo jalani tanpa beban, dan muncul dengan natural tanpa dibuat-buat bukan paksaan dari orang. Jadi gak usah nangis gitu jelek muka lo, apalagi tuh ingus bleberan kemana-mana, makin ilfil gue di deket lo." Hanif berkata sembari mengambil tisu untuk menyeka air mata Dahlia.

Bukannya semakin mereda tangisannya malah semakin kencang saja membuat Hanif kelabakan menghadapinya.

"Maksud gue lo ada hobi atau apa?" tanya Hanif.

Kertas Cinta [OPEN PRE-ORDER]Where stories live. Discover now