20 - Kertas Cinta

54 16 0
                                    

Dahlia masih menunggu kepastian dari dokter mengenai keadaan tantenya yang belum juga sadar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dahlia masih menunggu kepastian dari dokter mengenai keadaan tantenya yang belum juga sadar.

"Dengan keluarga pasien?" Dokter keluar menanyakan.

"Iya saya keluarganya dok," jawab Dahlia.

"Pasien agak membaik untung kamu cepat menghubungi rumah sakit. Kalau begitu saya permisi ya," pamit dokter membuat Dahlia mengangguk.

Dahlia melihat Resa terbaring di brankar rumah sakit lewat kaca jendela. Ia tidak tahu apa yang terjadi tapi ia yakin tantenya akan baik-baik saja. Sekarang ia pulang dulu setelah itu kembali ke rumah sakit untuk menemani sang Tante.

Saat tiba di rumah Dahlia kembali merasa mencekam, bukan karena rumah tantenya berubah menjadi rumah hantu tapi entahlah ada seseorang masuk dan tidak tahu siapa.

Dahlia mengambil payung untuk menjadi senjata membela diri saat ini dan begitu menemukan sosok itu menepis payung yang Dahlia pegang sampai terjatuh.

"Siapa lo?" tanya Dahlia sedikit ketakutan.

"Lo yang siapa?" bentak seorang pria paruh baya. "Oh lo anaknya Resa kan?" lanjutnya.

"Aku–iya kenapa ada masalah?" tantang Dahlia bingung apa yang diinginkan si pria asing.

"Bayar hutang,"

"Hutang apa?" bingung Dahlia.

"Ibu lo minjem duit ke gue 15 juta dan sampai sekarang belum juga di balikin."

"Kasih saya waktu sampai besok," ucap Dahlia spontan.

"Besok? baiklah, awas aja kalau nggak ada gue bakalan bakar rumah ini." Pria asing itu mengancam lalu pergi begitu saja.

Dahlia meneguk ludahnya bagaimana mendapatkan uang dalam satu malam apalagi nominalnya belasan juta? Dahlia bingung, sangatlah bingung.

Ia ingat memiliki celengan berbentuk ikan akan dipecahkan karena keadaan mendesak lalu ia membantingnya dan uang berbagai macam berhamburan untuk Dahlia kutip.

Setelah dihitung uang yang terkumpul hanya lima juta saja sisanya Dahlia harus mencari kemana?

Hanif, tidak ia tidak mau merepotkan cowok itu lagi. Waktu laundry saja sudah satu juta dan sekarang 10 juta bisa-bisa Hanif bangkrut nanti. Lalu kemana ia harus mencari pinjaman?

----

Dahlia tidak berangkat sekolah karena menjaga tantenya di rumah sakit. Ia sudah izin ke guru yang bersangkutan agar tidak di tegur karena tidak masuk sekolah.

Garuda sudah di taman menunggu Dahlia menemuinya tapi tetap saja tidak menunjukkan tanda-tanda akan datang padahal ia sudah menyetujui dan sekarang mengapa sepertinya Dahlia melupakan janjinya.

Sudah satu jam Garuda menunggu namun Dahlia masih belum datang juga dan lima menit lagi dirinya berangkat ke Bandung.

"Please Lia datang!" mohon Garuda pelan. Ia sudah putus asa menunggu.

Dahlia melupakan sesuatu dan itu ... Garuda. Dahlia buru-buru berangkat ke taman dan waktunya cukup mepet karena Dahlia terlambat menyadari hal ini. Ini pasti gara-gara uang sepuluh juta yang harus Dahlia cari tapi belum juga didapatkan.

Dahlia bergegas pergi walaupun waktunya akan tidak cukup untuk sampai di taman apalagi jarak taman dari rumah sakit lumayan jauh. Seharusnya Dahlia menghubungi Garuda dahulu agar janjian di tempat terdekat dan masalahnya mana punya Dahlia nomor telepon Garuda.

"Kak Garuda tunggu aku sebentar lagi," ucap Dahlia setelah menaiki angkot lalu turun mencari jalan pintas.

Dengan napas tersengal-sengal Dahlia berlari ke arah taman dan disana tidak ada siapa-siapa kecuali dirinya. Itu berarti Garuda sudah pergi. Bahu Dahlia merosot, capek-capek ia datang Garuda sudah pergi tanpa menunggunya sebentar lagi.

"Maafin aku kak!" lirih Dahlia masih ngos-ngosan.

"Lia!"

Dahlia menoleh. "Kak Garuda kakak belum pergi?" tanyanya tidak percaya.

"Belum, ini buat lo." Garuda menyerahkan sebuah kertas.

"Kertas?" Dahlia menerimanya.

"Iya gue berangkat ya soalnya satu menit lagi busnya bakal pergi." pamitnya.

"Iya kak hati-hati."

Garuda berdeham kemudian berbalik lagi. "Peluk jangan?"

"Maksudnya?" Dahlia belum konek apa yang dikatakan oleh Garuda.

Garuda memeluk Dahlia tanpa aba-aba. "Gue tahu lo capek abis lari-lari dan itu cukup membanggakan," lanjutnya

"Apaan sih," ujar Dahlia bersemu malu.

"Iya lo lari entah darimana sampai kesini dengan waktu yang mepet dan gue bangga." Garuda kembali mengapresiasi apa yang Dahlia lakukan. "Oh iya doain gue ya supaya dipertandingan nanti gue dan tim menang."

"Amin!" setelah itu pelukan keduanya terlepas.

"Bye!" ucap Garuda melambaikan tangannya.

Dahlia juga melambaikan tangannya menatap Garuda yang sudah menghilang masuk ke dalam bis sekolah khusus tim voli. Kemudian Dahlia duduk di salah satu bangku taman untuk melihat kertas yang di berikan Garuda.

Untuk Dahlia,

Kertas cinta ini gue buat khusus hanya untuk lo seorang. Bisa lihat kan desainnya nampak aneh dan itu memang limited edition. Karya gue sendiri.

Ah iya, gue juga mau minta maaf soal kertas yang gue sobek waktu itu dan gue memang kesal beneran waktu itu sampai gue sobek tanpa mikirin perasaan lo. Namun sekarang, gue buat kertas ini lagi tapi bukan bertuliskan jodoh tapi Garda kepanjangan dari Garuda Dahlia.

Lo bisa buat surat balasan ke gue pas gue datang dan gue harap isinya bisa buat hati gue tenang.

Tolong jawab pernyataan ini Lia

Gue suka sama lo dan lo?

Gue gak pandai rangkai kata-kata tapi demi lo gue buat surat ini, semoga lo balas ya!

Garuda Albiansyah

Dahlia tersenyum membacanya walau sedikit aneh sebab tak pernah mendapatkan surat cinta seperti ini dan ia akan membalasnya langsung diberikan pada Garuda yang pulang dari pertandingan voli.

"Semangat Garuda!" gumam Dahlia menatap ke arah langit.

****

Kertas Cinta [OPEN PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang