10 - Kertas

65 16 0
                                    

Dahlia kena omel tantenya memang sudah biasa namun kena omel pak Tio selaku guru olahraga adalah hal yang sangat langka hanya karena dirinya lupa hari ini ada pelajaran olahraga sehingga baju olahraga tidak dibawa kemudian ia di hukum untuk membuat kertas dari bubur kertas bekas yang di laksanakan kelas 12 dipinggir lapangan.

Malunya memang tak seberapa tapi salah tingkahnya yang diluar batas. Hanif saja yang sibuk memblender hanya bisa geleng-geleng kepala melihat Dahlia. Kenapa anak itu tak meminjam baju kepada teman-temannya atau kelas lain saja? Dahlia menjadi pusat perhatian di sana karena hanya dirinya saja kelas 11 yang tergabung lagipula pak Tio aneh masa berlabel guru olahraga tapi memberikan hukuman mirip guru seni budaya.

Harusnya lari saja keliling lapangan terus Dahlia akan pura-pura pingsan terus ditolong Garuda terus... pokoknya berakhir dengan bahagia deh. Tapi sayang, kenyataan tak seindah keinginan apalagi telah direncanakan oleh pikiran kita sendiri yang biasa disebut menghalu. Halu itu indah tapi sayangnya nol koma sekian nol baru bisa terwujud dengan terencana. Eh bukannya Dahlia akan melupakan Garuda? tapi kenapa pikiran tidak sesuai apa yang harus dilakukan? pokoknya Dahlia akan move on, TITIK. No debat!

"Nih, lo sobek-sobek kertasnya!"

Dahlia mendongak ternyata Hanif yang memberikan satu baskom kertas yang sudah terisi air lalu menyuruhnya apa tadi, menyobek?

"Kenapa gak mau?" tanyanya.

Dahlia masih marah perihal kejadian kemarin tapi buat apa marah toh Hanif kelihatannya juga tidak peka. "Tangan gue mendadak kesemutan," kilahnya.

"Alasannya kok bikin gue geleng-geleng kaki ya!" ujar Hanif.

"Hanif jangan gitu dong, lo kan kakak kelas gue paling baik dan palingggg pokoknya paling diantara paling," puji Dahlia berlebihan.

"Jangan muji gue udah tau gue kelakuan lo," ucap Hanif.

Dahlia nyengir memamerkan giginya yang putih rapi.

Arnold berdeham memerhatikan interaksi Hanif dan Dahlia. "Ada yang panas tapi bukan api," celetuknya menoleh ke arah Garuda.

"Ada yang hareudang tapi bukan lagu," timpal Doni ikutan.

"Ada yang ngomong tapi wujudnya Buto ijo," sahut Garuda ketus.

"Siapa maksud si Garuda? lah, kita berdua dong kacang," balas Doni histeris di telinga Arnold.

"Berisik lo Dino sayurus!" Arnold menutup mulut Doni menggunakan kertas membuat Doni muntah-muntah sedangkan murid-murid yang lain mentertawakan tak terkecuali Arnold sendiri paling bersemangat tertawa atas penderitaan Doni.

Hanif kembali ke kelasnya sementara Dahlia kembali ke Pak Tio setelah selesai menyelesaikan hukumannya. Untung ada Hanif di sana, kalau tidak ada siapa yang akan mengajak Dahlia bergabung membuat bubur kertas lebih baik bubur ayam saja bisa dimakan terus buat perut kenyang. Ini bubur kertas mana bisa di makan? dan kalaupun dimakan di jamin anda keracunan terus meninggal di tempat.

"Dahlia mana kertasnya?" tanya Pak Tio.

"Kertasnya ..." Dahlia berpikir sejenak.

Duh kenapa pak Tio minta kertasnya gue kan gak tau kalau harus di kumpulin?

"Kenapa kamu diem, mana kertasnya? soalnya jam segini pasti sudah jadi karena cuacanya bagus buat menjemur," ucap Pak Tio lagi.

"Itu Pak ketinggalan di sana, saya mau ambil dulu ya pak permisi!" Dahlia pamit segera pergi ke pinggir lapangan.

Benar-benar gawat darurat, Hanif sudah pergi hanya ada Garuda disana sedang mengangkat jemuran kertas masa harus minta sama dia sih?

Dahlia masih marah dan kecewa terus harus meminta satu kertas kepada Garuda, mau disimpan dimana muka Dahlia nanti?

Daripada kena omel pak Tio lagi, Dahlia mencoba memberanikan diri. Itung-itung uji nyali seberapa kuat cinta Dahlia pada Garuda setelah kejadian kemarin.

"Permisi!" sapa Dahlia sopan.

Garuda menghentikan pergerakannya memandang Dahlia yang menunduk dalam.

"Kenapa lo nunduk kepala lo geser?" tanyanya.

Dahlia ingin protes tapi tidak jadi yang harus dilakukan saat ini adalah meminta sebuah kertas ditangan Garuda.

"Boleh saya minta kertasnya, kak?" Dahlia bertanya sopan.

"Buat apa?"

Ada apa dengan Garuda yang penasaran? harusnya berikan saja setelah itu Dahlia akan kabur secepatnya.

"Buat apa?" tanyanya lagi

"Buat dikumpulin," jawab Dahlia cepat.

Garuda mengangguk kemudian memberikan satu kertas kepada Dahlia dan tepat saat Dahlia akan mengambilnya Garuda malah menyembunyikan dibelakang tubuhnya membuat Dahlia menelan ludah saat bersitatap dengan mata Garuda.

"Lo takut sama gue?" Garuda heran dengan sikap Dahlia yang tidak biasanya.

Mati. Dahlia harus jawab apa sekarang? kalau menjawab iya, takut. Dijawab tidak, juga takut, jadinya Dahlia hanya diam mematung kemudian menunduk lagi.

"Nih kertasnya!" lalu Garuda melenggang pergi membuat Dahlia menarik napas lega kemudian memberikan kertas itu kepada Pak Tio.

"Ini pak kertasnya!"

Pak Tio menerimanya dan di kembalikan lagi kertas itu kepada Dahlia.

Lah kok dibalikin?

"Saya pikir kamu tidak mengerjakan hukuman ternyata kamu menyelesaikannya dengan baik," ujar Pak Tio.

"Terus kertasnya pak?" Dahlia memegang kertas dengan bingung.

"Buat kamu, saya cuma ngecek saja," setelah itu Pak Tio benar-benar pergi sedangkan Dahlia mematung di tempatnya. Ia pikir Pak Tio akan menyimpan kertas ini tapi malah diberikan lagi kepadanya.

"Buat apa dong tadi Pak Tio nyuruh gue ngambil kertas ini mending lihat langsung aja ke kelas 12 untung guru tuh bapak-bapak," rutuk Dahlia sedikit berlari ke kelasnya untuk mengikuti pelajaran.

***

Vote dan komentar di persilahkan!

See you next chapter 👋👋🏻

Kertas Cinta [OPEN PRE-ORDER]Where stories live. Discover now