19 - Di ajak pulang

59 15 0
                                    

Dahlia sedang mendengarkan guru menjelaskan materi hari ini tanpa mengalihkan pandangannya kemanapun

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Dahlia sedang mendengarkan guru menjelaskan materi hari ini tanpa mengalihkan pandangannya kemanapun. Ini ia lakukan agar dirinya dapat rangking cukup bagus nantinya supaya tidak malu lagi saat ditanya 'kamu rangking berapa di kelas?'

Dahlia waktu itu masih tidak mengerti sistem rangking tapi sekarang tentu saja ia sudah memahaminya. Berbekal pengetahuan dari internet dan ... Hanif. Oh iya, dirinya juga baru ingat sebuah kertas dari Garuda yang tidak ia gunakan apapun. Seharusnya kertas ini ia gunakan menjadi sesuatu yang berguna namun rasanya sayang jadi untuk kertas itu Dahlia pinggirkan saja dahulu.

Tugas hari ini menumpuk membuat Dahlia tidak bisa datang ke kantin walaupun Hanif mengirimkan pesan beberapa kali dan tanpa disangka Hanif datang menemuinya sambil membawa mie ayam kesukaan Dahlia.

"Makan!" kata Hanif menyimpan bungkusan di depan Dahlia.

"Serius?" tanyanya.

"Lo suka aneh, gue beliin makanan pasti bilang serius. ya iyalah serius kalau bohong ngapain juga gue bawa ke hadapan lo," ujar Hanif kesal.

"So sweet mau dong jadi pacarnya," ungkap Dahlia meminggirkan dulu tugas yang sedang dikerjakan.

"Tipe pacar gue bukan lo jadi coba lagi," ujar Hanif.

"Lo nolak gue?"

Hanif berdeham. "Makan sana! terus belajar yang rajin, jangan sibuk pacaran nanti lo gak fokus, nilai lo ancur, nangis, nyalahin gue," jelas Hanif geleng-geleng kepala.

"Oke kapten!" sahut Dahlia mulai makan.

Hanif tahu ucapan yang Dahlia lontarkan tadi hanya candaan belaka namun ia cukup terhibur setidaknya Dahlia tertawa dan bahagia.

"Gue ke lapangan ya," pamit Hanif setelah menemani Dahlia makan.

"Ngapain?"

"Latihan lah, lo lupa tim voli dua hari lagi ada pertandingan," jawab Hanif heran dengan otak Dahlia.

"Oh yang lawannya berat-berat itu ya?"

"Cuma di lawan doang gak perlu diangkat."

"Gue serius ih."

"Gue juga, kalau gitu gue keluar jangan lupa abisin makanannya!" Hanif beranjak dari kelas menuju ke lapangan.

"Tenang kalau ada dua lagi juga gue masih kuat!" teriak Dahlia setelah Hanif diambang pintu.

"Dasar perut karet!" cibir Hanif berbalik sebentar.

"Biarin!"

Hanif pergi ke lapangan sesuai instruksi pak Tio Garuda dan lainnya sudah menunggu.

"Darimana aja lo Nif?" tanya Doni baru melihat keberadaan Hanif.

"Dari kantin lapar gue," jawabnya santai.

Semua ber-oh ria menanggapi.

"Ayo latihan-latihan semangat!" ucap Pak Tio.

Latihan kali ini harus benar-benar serius sebab lawan SMA One High School punya skill yang khusus dan kuat. Banyak SMA-SMA lain kalah tanpa sempat membalas sehingga menjadi catatan penting untuk SMA One High School kedepannya.

----

Dahlia sedang menghapus papan tulis kemudian keluar dari kelasnya. Hari ini Hanif sibuk latihan di lapangan, membuatnya harus pulang sendirian. Sebenarnya bisa menunggu tapi mengingat tantenya yang akan marah-marah kalau Dahlia sampai pulang telat sehingga mengakibatkan hal yang buruk terjadi.

"Lia!" Hanif memanggil lalu menghampiri Dahlia buang sedang berjalan di koridor.

"Hanif lo–"

"Garuda mau nganterin lo pulang mau gak sama dia?" tanya Hanif memotong keterkejutan Dahlia.

Dahlia melotot tajam ke arah Hanif. Sejak kapan Hanif–menyebalkan.

"Kok diem, gak mau ya?" tanya Garuda.

"Mau," jawab Dahlia cepat dan tidak enak.

"Oke hati-hati kalian!" ucap Hanif lalu pergi ke lapangan kembali.

"Lo mau kemana?" tanya Dahlia menghentikan Hanif.

"Latihan!" teriak Hanif sudah menjauh.

Dahlia mau tidak mau berjalan beriringan ke arah parkiran bersama Garuda untung suasananya lagi sepi murid-murid, kalau ramai bisa jadi bahan gosip satu SMA nanti.

Tanpa aba-aba Garuda memasangkan helm di kepala Dahlia membuat Dahlia mematung menatap wajah Garuda dengan jarak sedekat ini.

"Lo lama, ayo naik!" katanya.

"I-iya kak," gugup Dahlia segera naik ke atas motor.

Motor melaju ke arah rumah Dahlia yang kebetulan tantenya belum pulang membuat Dahlia menarik napas lega.

"Mau mampir bentar kak?" tanya Dahlia sedikit basa-basi.

Garuda menggeleng. "Besok sebelum gue berangkat ke Bandung buat voli lo bisa nemuin gue gak?" tanyanya.

"Dimana kak?"

"Di taman biasa lo bisa datang kan?" Garuda memastikan Dahlia akan menerima ajakannya atau tidak.

"Bisa,"

"Gue tunggu."

Dahlia masuk ke dalam rumahnya namun aneh karena kondisinya kacau ada maling kah di dalam rumahnya sebelum ia memastikan Dahlia mengambil sapu untuk senjata. Ia berjalan mengendap-endap menuju kamar tantenya dan tantenya sedang tergeletak bersimbah darah.

"Tante!" Dahlia panik segan keadaan tantenya. "Tante kenapa?" tanyanya lagi namun tidak ada jawaban.

Tanpa pikir lagi Dahlia segera menghubungi ambulans untuk membawa tantenya ke rumah sakit.

***

Garuda tersenyum tipis membuat Arnold, Doni, dan Hanif keheranan diikuti Arsen dan Arsan lalu Raja.

"Kenapa dia?" tanya Arnold heran tak biasanya Garuda senyam-senyum sendiri.

"Fall in love," jawab Doni asal.

Semua ber-oh ria kecuali Garuda.

"Lo tau darimana deh sok tau banget sih lo orang lo jomblo juga," tambah Hanif tak percaya ucapan Doni yang ngawur.

"Gue pakar telekomunikasi yang terpercaya dan terakreditasi jadi kalau soal begini kecil," kata Doni menjentikkan jarinya.

"Serah lo dah," ujar Raja pasrah.

"Sukses Gar!" ujar Arsen diangguki Arsan.

Garuda berdeham.

"Pajak jadiannya bisa kali," tagih Doni.

"Gak ada pajak-pajak emang bangunan harus pake pajak gak ada jangan berisik lah Garuda lagi seneng tuh," timpal Hanif.

"Nif lo gak mau makan gratis?" tanya Arnold.

"Mau lah," jawab Hanif.

"Terus kenapa nolak?" tanya Arsan.

"Lo pada bahas apaan dah mending latihan lagi kuy biar tambah jago," ujar Raja sudah tidak berminat membahas tidak penting.

"Ayo!" kompak semuanya.

*****

Detik-detik terakhir cerita ini finish

Akhirnya😄

See you next chapter 👋🏻

Kertas Cinta [OPEN PRE-ORDER]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin