16 - Makan

58 14 0
                                    

Dahlia sempat melihat Garuda bersama Arnold di parkiran entah akan pergi kemana sementara Hanif melambaikan tangannya di depan wajah Dahlia yang malah diam mematung tanpa berkedip pula

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dahlia sempat melihat Garuda bersama Arnold di parkiran entah akan pergi kemana sementara Hanif melambaikan tangannya di depan wajah Dahlia yang malah diam mematung tanpa berkedip pula.

"Ada apa dengan Dahlia?" batin Hanif bingung sambil melihat ke arah Dahlia memandang tapi tidak ada siapapun disana.

"Lia, WOY!" Hanif berteriak tepat di sebelah telinga Dahlia yang membuat Dahlia melotot tajam kearahnya.

"Sakit tau kuping gue!" keluh Dahlia mengetuk telinganya pelan.

"Makannya jangan kebanyakan ngelamun liatin apaan lo?" tanya Hanif penasaran.

"Kepo!" ketus Dahlia berlalu pergi.

"Lia tunggu! ya salam malah ninggalin gue tuh bocah." Hanif merutuki Dahlia lalu menyusulnya.

SMA One High School kali ini benar-benar ramai bahkan kantinnya penuh dengan orang-orang kelaparan eh ada juga sih yang cuma cuci mata lihat cowok ganteng mirip di negara wattpad tapi sayangnya agak seram kalau dimiliki.

Dahlia tidak jadi ke kantin karena kehabisan tempat tapi masih ada satu tempat yang belum ia datangi dimana lagi kalau bukan di kantin khusus kelas XII. Waktu itu Dahlia berani kesana karena ada Hanif selebihnya ... jangankan menginjak, melangkah saja rasanya tidak berani.

Garuda sedang membawa minuman alpukat melihat Dahlia sepertinya ragu-ragu untuk naik ke kantin lantai satu dan yakin di kantin ini dia tidak kebagian tempat duduk apalagi makanan. Entah keberanian dari mana Garuda menghampiri kemudian menyodorkan minuman alpukatnya ke hadapan Dahlia.

Dahlia terkejut sebab baru saja akan berjalan langsung ada jus alpukat di hadapan wajahnya lalu ia melirik sebuah tangan yang menyodorkan dan bertatapan dengan wajah Garuda. Dahlia meneguk ludahnya, mimpi apa semalam hingga di beri minuman dari Garuda.

"Lo haus kan?" ucap Garuda.

Dahlia tersenyum canggung mau jawab iya malu mau jawab tidak juga sama–malu.

"Lo gak suka jus alpukat?" tanyanya.

"S-suka." Dahlia merutuki dirinya kenapa bicaranya jadi gagap begini.

"Kalau gitu terima," ucap Garuda menyerahkan jus alpukat ditangannya.

"Buat aku?" bingung Dahlia masih ragu.

"Menurut lo buat siapa kalau gue nyodorin di depan muka lo?" tanya Garuda bernada dingin.

Dahlia tersenyum canggung lagi mengambil jus alpukat dari tangan Garuda malu-malu.

"Ma-makasih kak!" Dahlia kembali gugup.

Garuda mengangguk. "Lo mau makan?" tanyanya.

"Pertanyaan mu kak, membuat ku salah tingkah, tolong dikondisikan!" batin Dahlia menjerit.

"Lia!" panggil Garuda sebab Dahlia tak juga menjawab obrolannya.

"Eh iya kak aku mau–"

"Mau kan? ayo!" ajaknya tanpa menunggu ucapan lebih lanjut dari Dahlia yang sebenarnya akan menolak.

"Buk-–mak... aduh kok gue jadi hilang kata-kata gini sih," lanjut Dahlia membatin mulutnya mendadak kehabisan stok kata-kata.

"Ayo!" Garuda menuntun Dahlia agar segera pergi sebelum bel masuk berbunyi beberapa menit lagi.

Tak terasa Dahlia dan Garuda sudah sampai di lantai satu tempat yang dituju kemudian Garuda mempersilahkan Dahlia untuk duduk mengambil menu agar Dahlia leluasa memilih.

"Lo mau makan apa?" tanya Garuda menatap Dahlia sesaat.

Di meja sebrang Hanif menghela napas berat. Ia kecolongan tapi melihat interaksi Dahlia bersama Garuda tanpa tekanan membuatnya harus menerima kenyataan lagipula Dahlia dan dirinya hanya sahabat. Dalam kamus persahabatan tidak ada sahabat jadi cinta yang ada harus menjaga sampai dia menemukan bahagia.

"Nif sabar ya! gue juga sabar kok," ucap Doni sok sedih melihat Hanif yang diam memperhatikan Dahlia bersama Garuda.

"Apaan lo?" Hanif menepis tangan Doni yang bertengger di pundaknya.

"Oh sabar bro, masih banyak kok cewek mau yang cantik, imut, lucu, rambut warna-warni, semua ada," tambah Arnold seperti orang jualan perabotan dapur.

"Emangnya anak ayam warna-warni?" kata Hanif kesal.

"Mau lo? nanti gue beliin tapi pas gede harus kasih gue soalnya lumayan duitnya," lanjut Arnold ide bisnisnya mulai berjalan.

"Dasar otak perdagangan ilegal!" umpat Doni menggelengkan kepalanya tak percaya.

"Heh kampret! ayam bisa di jual ya bahkan bisa di makan. Lo waras? bahkan tiap hari lo makan mie ayam, bubur ayam, ayam geprek, ayam krispi terus ayam sambal matah, ayam–" Arnold terus membahas aneka jenis ayam yang bisa dimakan untuk di jelaskan kepada Doni.

Hanif tidak memperdulikan pembahasan Arnold mengenai ayam-ayaman dan lebih fokus makan ayam mie.

***

Dahlia makan dengan kenyang ditraktir Garuda lumayanlah hemat uang jajan tapi ketika makannya itu lho, bikin senam jantung karena saat Dahlia melihat ke arah Garuda selalu menemukan Garuda sedang menatap kearahnya. Bukan sekali tapi beberapa kali, keren gak tuh!

"Ini jantung gue kenapa ya kok masih deg-degan sih?" Dahlia memegang dadanya lalu bernapas dengan benar.

"Lia!" panggil Hanif menepuk bahunya membuat Dahlia kembali terlonjak kaget setelah berhasil mengatur napas.

"Ini lagi satu..." gumamnya lalu menoleh pada sang pelaku. "Lo kemana aja sih, Hanif?" tanya Dahlia mengalihkan topik supaya Hanif tidak curiga kemudian meledeknya hingga kesal.

"Gue kumpul bareng teman-teman gue, kenapa kangen lo sama gue?" ujar Hanif menaik-turunkan alisnya.

"Nggak, gue cuma ... ah tau ah, kesel gue sama lo," kesal Dahlia berbalik membelakangi Hanif.

"Lah kok bisa, gue kan baru datang, Lia? masa lo udah kesel aja sama kedatangan gue?" teriak Hanif tidak terima kedatangannya dianggap menganggu.

"Pokoknya gue kesel, bye!" Dahlia mempercepat perjalanannya.

"Lia! kenapa lagi dah tuh bocah?" bingung Hanif padahal ia tak berniat menganggu cuma ingin tahu keadaannya setelah bertemu Garuda. Apa ia salah?

Dahlia masuk ke kelasnya menghindari Hanif yang masih mengejar untung tidak sampai masuk ke kelasnya.

"Cieee ... mau sama siapa Garuda atau Hanif nih?" tanya teman sekelas Dahlia.

"Kalian jangan kepo, sana kerjain aja tugas kalian!" suruh Dahlia kesal.

"Cieeee!" kompak semua murid kelas.

"Enak banget sih jadi lo diperebutkan dua cowok, yang satu inceran cewek satu sekolah, yang satu sahabat dari lama, gue juga pengen guys!" ucap siswi berponi bernama Inara.

"Curhat mbak?" timpal Rasya.

"Lagi ngamen saya bang bukan curhat, btw," ucap Inara kesal.

Dahlia tidak memperdulikan teman-teman satu kelasnya terus menggodanya lebih baik mengerjakan tugas dari guru yang tidak masuk hari ini daripada pusing memikirkan Garuda atau Hanif tapi tanpa dipikir pun Dahlia pasti akan memilih Garuda eh salah maksudnya ... sudahlah Dahlia jadi pusing.

****

Makin bingung Dahlia gengs, ada yang mau bantu pilihin?

Vote dan komentar yuk!

See you next chapter 👋🏻

Kertas Cinta [OPEN PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang