19

3.2K 99 4
                                    

🍁

"Kita naik mobil Sean cs aja ya, cewek pamali bawa mobil jauh-jauh." Kata Joanna.

"Lah, mobil gw? Gw bawa mobil sendiri aja deh."

"Mobil lo taruh aja disini, kan parkiran rumah gw gede anak cantik." Ujar Joanna penuh penekanan.

"Gak deh. Takut ilang, gw bawa aja."

"Heh, satpam nya ada 3 neng. Masa iya mobil lo ilang. Udah deh, gak usah alesan. Debat mulu." Joanna melotot kesal kearah Callie.

"Ya udah. Dohh! Terus si Trixie, sama Gianna mana?"

"Udah on the way kesini, Sean jemput mereka dulu baru jemput kita."

"Satu mobil? Mana cukup. Udah deh kita naik mobil gw aja."

"Cukup, kan mobil nya gede. Lagian biar ntar gak repot markir mobilnya di Villa, Callie Zevanna." Joanna berdecak kesal.

Benar aja, akhirnya Sean and the genk beserta Gianna dan Trixie datang.
Gianna dan Roman duduk paling belakang.

Joanna duduk didepan karena bisa muntah kalo duduk di belakang, dan alhasil Callie, Arthur dan Trixie harus duduk di kursi tengah.

"Trix, lo tengah ya."

"Gw mau banget, cuma gw pusing duduk di tengah, Call. Lo aja ya. Dari pada gw drop sampe di puncak."

"Kan, harusnya gw bawa mobil sendiri aja." Callie mengendus kesal.

"Arthur gak gigit kok, Call. Tenang aja." Kata Sean coba menenangkan Callie.

Dan Arthur terlihat dingin seperti biasa. Tanpa ekspresi.

Mendengar perkataan Sean, membuat perut Callie seperti di gelitik.
Iya, Arthur gak menggigit, cuma bisa merintih. Batin Callie.

Akhirnya dengan terpaksa Callie duduk diantara Trixie dan Arthur.

Sepanjang jalan Arthur hanya diam sambil mendengar music dari hp nya, Trixie sudah tertidur begitu juga dengan Joanna, Roman dan Gianna.

"Tidur aja, Call. Ntar gw bangunin kalo udah sampe." Sean membuka percakapan.

"Gak, gw gak ngantuk."

"Udah lama gw pengen nanya, lo asli jakarta Call?"

"Gak, gw dari Bali."

"Really? Pantas, paras lo gak kayak cewek jakarta."

"Ya gitu deh. Lo asli jakarta?"

"Nope, gw lahir dan besar di Aussie, tapi 2 tahun lalu bokap di pindah tugaskan ke Indo."

"Oia? Jadi sekarang Menetap di Jakarta kalo gitu?"

"Gak pasti sih, bisa menetap bisa pindah lagi."

"Oh. Seru juga."

"Gak seru sih menurut gw, harus adaptasi lagi, teman baru lagi."

"Tapi lo kan friendly, pasti gak susah lah untuk dapetin teman."

"Ya gak susah juga, cuma kan gak selalu cocok sama kita. Dan mau gak mau kita harus nerima."

Baru Callie mau menjawab, Arthur berdehem dan sontak membuat Callie menoleh kearah Arthur.

Arthur tidak bergeming.
Tetap menutup mata nya dan masih mendengarkan music.

"Bokap nyokap di Bali. Call?"

"Iya. Mereka menetap disana."

"Kenapa lo gak kuliah di Bali?"

"Biasa, nyokap mau gw ambil jurusan hukum, dan menurut nyokap Jakarta punya salah satu fakultas hukum terbaik, dan violaaa.. here i am."

Sean terkekeh.
Dari kaca spion, bisa terlihat senyum hangat dan tampan Sean.
Yang baru Callie sadari saat ini.

Jadi kenapa selama ini Callie anti genk Sean?
Sean itu tampan, sopan, dan baik.
Berarti bukan karena Sean kan?

Arthur? Ya, kemungkinan besar.
Tapi kenapa malah Arthur yang Callie pilih sebagai Partner?
Aneh.

"Ternyata lo cewek yang cukup humoris, gw kira lo selalu bersikap ketus kayak biasa nya."

"Gak kenal tanda tak sayang, bang." Callie menjulurkan lidah nya, dan Sean tertawa kecil.

"Udah kenal, jadi sayang. Gitu madsudnya?" Sean menggoda.

"Bisa jadi." Callie tersenyum simpul.

Lagi, Arthur bergerak tanpa membuka matanya.
Membuat Callie memiringkan tubuhnya bersandar pada Trixie.

-TH-

LUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang