38

2.5K 80 0
                                    

🍁

"Udah lama nunggu?" Tanya Callie yang terkejut melihat Arthur turun dari mobil nya yang seperti nya sudah dari tadi berada didepan kost'an Callie.

"Sejam."

"Really? Kok gak telpon?"

"Gak aktif." Jawab Arthur sedikit kesal.

"Oh. Iya sorry battery ponsel gw habis."

Arthur mengikuti Callie menuju kamar kost nya.

Mata nya memperhatikan tampilan Callie yang menggunakan jumpsuit celana pendek berwarna sage green yang hanya menutupi bokong montoknya.

Terlihat berbeda dari Callie biasa nya yang lebih sering menggunakan baju berwarna gelap.

"Masuk." Perintah Callie.

Tanpa aba-aba, Arthur menarik pinggang Callie dan menariknya mendekat.

"Gak sabar?" Tanya Callie.

Arthur tidak menjawab, hanya menatap bibir dan mata Callie bergantian dengan napas yang berat.

"Gw mandi dulu ya. Lengket." Kata Callie. Dan Arthur melepaskan dekapan nya.

"Anggap aja rumah sendiri." Ujar Callie sebelum akhirnya menghilang ke dalam kamar mandi.

Arthur hanya merebahkan tubuhnya di sofa cream milik Callie, sambil memandangi langit-langit kamar Callie.

Beberapa saat Callie keluar, hanya dengan menggunakan handuk.

Membuat mata Arthur membulat dan membeku menatap tubuh Callie yang putih bersih juga padat.

"Balik muka." Perintah Callie.

Arthur hanya mengendus dan menutup mata nya dengan telapak tangan.

"Gw udah pernah liat." Akhirnya Arthur berujar.

"Biarin." Jawab Callie cuek.

"Udah selesai." Kata Callie lagi ketika dia udah berpakaian lengkap.

Celana pendek chiffon berwarna hitam, dan kaos longgar tipis berwarna cream.

"So?" Tanya Callie.

"Gak jadi deh. Udah gak pengen." Jawab Arthur seraya masih berbaring disofa itu.

Sebenarnya dia masih pengen, pake banget.
Cuma kenapa jadi nya harus dia yang lebih sering minta, bukan gadis itu.

Dia berharap gadis itu yang mengajak.

"Mau nonton aja?"

"Kita gak lagi dalam hubungan pertemanan. Jadi gak."

"Lah, terus mau ngapain?"

"Ya udah gw balik deh." Arthur hendak berdiri dan Callie menahan lengan nya.

"Lah, kok Balik? Udah nunggu 1 jam, cuma buat nungguin gw mandi?"

"Ya."

"Udah sini." Tarik Callie membawa Arthur ke atas ranjang nya.

"Mau ngapain?"

"Ngobrol."

"Gak, males."

"Ayo sini, Art. Buruan."

Arthur hanya menuruti dalam diam.

"Ya kan gak ada salahnya coba berteman."

"Lo sendiri yang bilang butuh gw karena gw benci lo. Jadi mau berteman bukan alasan yang makesense."

"Untuk malam ini. Lupain tentang kesepakatan dulu deh. Ok?"

"Terus?"

Callie menghela napas kesal.

"Ceritain tentang diri lo."

"Gak ada yang menarik."

"Gak mungkin. Gimana dimulai dengan alasan lo udah gak join club basket kampus lagi?"

"No comment."

"Art! Kita kan lagi ngobrol."

"Ya udah ceritain aja tentang lo."

"Ya udah. Apa yang mau lo tau?"

"Gak ada."

"Arthur!" Callie mengendus.

"Ceritain apa aja. Gw denger." Arthur menghela napas.

"Itu namanya bukan ngobrol, tapi curhat."

"Jadi mau nya apa?!" Arthur mengendus kesal.

Sikap acuh dan tidak suka basa basi memang sikap bawaan Arthur.
Bukan karena kebetulan.

Tapi ada sebab sehingga membuat Arthur jadi cowok cuek, acuh dan dingin.

"Lo lebih asik pas ng'sex ya daripada ngobrol." Callie balas mengendus kesal.

Beberapa saat Callie memutar otak tentang apa yang harus dia obrolkan supaya Arthur mau merespon.

Dan ide itu muncul di kepala Callie.
Semoga ini berhasil.

"Ok, kalo gitu gw aja deh yang cari bahan."

"Hmm."

"Ceritain tentang,.. Sean?"

-TH-

LUSTWhere stories live. Discover now