- Estonia Hills And Tree Houses -

14.2K 1.9K 327
                                    

Happy reading!♡

🔮

"Apa ini benar-benar bukit Estonia?"

"Indah sekali!"

Mereka memandang kearah depan mereka, lebih tepatnya hamparan tanaman bunga-bunga yang menanjak sepanjang bukit. Sangat segar dan berwarna-warni. Kebanyakan disini ada bunga Dandelion dan Lavender.

Dari jauh, dibukit atas sana, seorang kakek tua menatap mereka dengan senyum tipis. Elle melihat kakek itu.

'Apa beliau kakek tabib yang harus aku temui?' Tanya Elle dalam hatinya.

"Hei, kalian! Ayo kita hampiri kakek itu," ajak Elle pada teman-temannya yang sedang menikmati keindahan alam.

"Siapa?" Elle menunjuk pada kakek yang masih menatap mereka.

Mereka berjalan menanjak, menghampiri kakek yang berada dipuncak bukit. Dipuncak bukit, terdapat satu gubuk dan juga pohon sangat besar, seukuran pohon beringin besar. Gubuk dan pohon itu dikelilingi oleh bunga tulip yang sedang mekar-mekarnya.

"Kakek tabib itu kan?" Tanya Elle, kali ini kakek itu tersenyum lebar. Tangannya menepuk kepala Elle sebanyak dua kali.

"Istirahatlah, kakek tau kalian sangat lelah dalam perjalanan ini." Mereka mengangguk. Membuka masing-masing tas mereka kecuali Brina tentunya. Tas yang masih dibuka itu, mereka simpan pada akar pohon beringin yang ukurannya dua kali lipat kaki mereka.

Kakek itu berlalu meninggalkan mereka yang duduk santai dibawah pohon beringin. Matahari sedang terik-teriknya diatas sana, dan membuat mereka semakin betah berada dibawah pohon.

"Pohonnya sejuk sekali, dibawah sini seperti terkena sejuknya lemari pendingin, huh." Elle menyandarkan punggungnya pada pohon itu.

"Minumlah." Kakek membawa kayu yang disulap menjadi teko air dan juga membawa beberapa cangkir yang terbuat dari ... daun?

Tanpa disuruh lagi, mereka mengambil cangkir daun dan menuangkan airnya. Meneguk air itu sampai habis.

"Emm, airnya manis sekali!"

"Iya, dingin juga."

"Kakek mendapatkan air ini darimana?"

"Dan ini cangkir yang terbuat dari daun kan?"

"Eh? Kenapa aku tak menyadarinya ya kalau ini daun?" Bingung Brina, mengangkat cangkir daun itu didepan wajah, menelitinya.

"Kakek disini, seorang diri?" Tanya Elle.

"Kakek mendapatkan air itu dari akar tumbuhan liana, sumber air yang selama ini kakek minum. Ya, itu terbuat dari daun yang tebal jadi tak akan sobek jika diisi air. Selama 20 tahun kakek tinggal disini, sendiri," jawab kakek.

"Nama kakek?"

"Panggil saja kakek Dul."

*bukan Dul temen Ijat di Upin-Ipin ya:)

"Tugas pertama dari kakek sekarang adalah kalian harus membuat satu rumah diatas pohon ini, harus ada dua kamar didalamnya. Waktu kalian sampai matahari tenggelam. Jika kalian ingin memotong satu pohon, sebaiknya meminta izin terlebih dahulu." Tatapan kakek Dul menjadi datar, lalu pergi ke dalam gubuknya.

Mereka semua menjatuhkan rahang, baru sampai langsung diberi tugas? Padahal tadinya mereka ingin tiduran dibawah pohon ini.

"Membuat rumah pohon?" Bingung Fedd.

"Sampai matahari tenggelam? Apa waktunya memungkinkan membuat rumah pohon ini?" Tanya Lea.

"Masalah waktu mungkin entah. Tapi, sebaiknya kita mencari bahan-bahan untuk membuatnya. Lebih cepat lebih baik 'kan?" Mereka mengangguk, mau tak mau mereka harus membuat rumah pohon itu.

Magia Academy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang