25 - Kepergian yang Menyakitkan

2.6K 499 131
                                    

H A P P Y R E A D I N G






































SIAPKAN TISU, JIKA MENURUTMU INI ADALAH PART YANG MENGANDUNG BAWANG, CABE, LADA, DAN SEJENISNYA.



























Sepertinya aku akan telat ke rumah sakit kali ini. Sudah hampir pukul dua sore tapi bel pulang belum juga berbunyi. Entah apa yang guru tunggu, padahal ini hari terakhir ulangan juga.

Tak lama, kulihat Pandu dan Sinta keluar dari kelas membawa hasil ulangan. Setelah dari situ bel pulang langsung berbunyi. Akhirnya.

Aku langsung berlari ke parkiran, mengambil sepeda dan beranjak meninggalkan sekolah. Aldi dan Dokter Arnold sudah pasti menungguku di rumah sakit.

Beberapa saat kemudian. Aku sampai di depan rumah sakit, dan langsung masuk untuk menemui Dokter Arnold lebih dulu. Semalam kita sudah janjian untuk membicarakan perkara Aldi yang ingin pulang.

Kuketuk pintu ruangannya.

"Masuk!"

Aku langsung masuk, menyapa Dokter Arnold hanya lewat senyum simpul. Lalu duduk tepat berhadapan dengannya.

"Kasih ini ke Aldi!" Dokter Arnold memberiku kupluk berwarna cokelat.

"Untuk apa, Dok?" Aku sedikit heran. Kenapa Dokter Arnold memberikan Aldi kupluk, bukankah aku sudah memberikan dia syal.

"Untuk dipake lah, masa untuk dibuang. Sana temui dia, dari tadi sudah siap-siap nungguin kamu. Oh iya, saya juga sudah pesankan taxi untuk kalian. Dan ojek saat tiba di desa."

Dokter Arnold. Dia definisi dokter paling baik yang pernah aku temukan. Seperti sosok ayah yang selalu peduli pada anaknya. Dan aku bersyukur bisa ditemukan dengan orang seperti beliau.

Setelah pamit padanya, akupun langsung beranjak menemui Aldi. Lihat saja, dia sampai tidak sabar untuk pulang. Bingung, apa yang dia cari sampai nekat melepas semua pengobatan.

"Aldi!" Aku kaget, diam di tempat beberapa saat.

Aldi, dia sudah kehilangan rambutnya. Lantas, ini alasan mengapa Dokter Arnold memberiku kupluk?

Aldi tersenyum hangat mencoba menghampiriku tapi, segera kutahan. Kondisinya sangat lemah saat ini, itu terlihat jelas dari tatapan mata dan wajah yang pucat.

"Tetap di sini," ucapku, membantunya kembali berbaring.

"Kenapa liatnya gitu, aku jelek, ya?" Aldi menatapku dengan kedua alsi terangkat.

"Emang kamu jelek, siapa bilang kamu tampan?" balasku.

Sontak ia terkekeh, mengacak rambutku dengan pelan. Itu membuatku merasa senang dan sedikit lega, setidaknya Aldi masih ingat kebiasaan itu.

"Uhuk! Uhuk!" Aldi terbatuk hebat, sembari terus menutupi mulutnya.

"Minum," tawarku memberinya segelas air hangat.

Namun, saat ia mendongkak tangannya dipenuhi darah kental. Membuat jantungku berdetak tak karuan. "Aku panggil, Dokter Arnold!"

Namun Aldi segera mencegahnya.

"Aku gak apa-apa," katanya berusaha tersenyum menutupi rasa sakit. "Ayo, kita kembali ke desa."

Aku menggeleng dengan mata berkaca-kaca. Mana bisa, aku meninggalkan rumah sakit dan membawanya pergi dengan kedaan sakit parah seperti ini?

Jemput Aku, Tuhan [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang