Second Chance

757 16 2
                                    

“Naomi tolong bantuin bikin mading dong”

“Gw nyontek tugas lo dong mi”

“Bisa gantiin gw presentasi gak ? gw ada urusan mendadak nih”

Kata kata yang sering kudengar setiap hari. Mereka menganggap Aku Naomi si serba bisa pasti akan membantu mereka. Sebenarnya apa yang mereka pikirkan tidak salah toh pada akhirnya aku pasti membantu mereka.

Yah beginilah kehidupanku sehari hari. Dipenuhi disibukkan dengan kerjaan yang sama sekali bukan kepentinganku. Entah kenapa setiap teman teman dikelasku selalu meminta bantuan untuk mengerjakan tugas tugas mereka, atau hanya sekedar melihat tugas yang kukerjakan dirumah. Apakah aku sepintar itu ? aku rasa tidak, mungkin aku hanya sedikit lebih rajin dari mereka.

Tidak jarang aku harus mengorbankan waktuku untuk menolong mereka. Tidak kah mereka tahu kalu aku juga memiliki urusan juga ? Tidak tahu kah mereka bahwa aku bukan termasuk orang yang memiliki banyak waktu luang ?.

“Oh yaudah mana yang mau dibantu ?”

Senyum, ya senyum palsu yang menjadi senjata andalanku untuk menghadapi mereka. Mungkin senyum bukan jawaban yang tepat untuk semua masalahku. Tapi nyatanya senyum palsu cukup efektif untuk menjaga perasaan teman temanku karena aku tidak bisa menolak setiap permintaan mereka, sigh sampai kapan aku akan terus begini ?.

****

Akhirnya hari yang melelahkan ini berakhir, saatnya untuk pulang ke istanaku. Aku merogoh sesuatu dari dalam tas ku. Sebuah brosur, brosur pendaftaran untuk audisi sebuah grup wanita. Girlband ? aku sempat berpikir begitu karena tertulis dalam persyaratan bahwa harus bisa dance dan bernyanyi, tapi aneh di brosur tidak sedikitpun menyinggung tentang Girlband.

Cukup lama aku memandangi brosur itu, berusaha meyakini diriku untuk mengikuti audisi tersebut. Namun apakah aku mampu ? bukannya aku tidak bisa menari ataupun menyanyi tapi waktu yang menjadi kendala terbesar. Waktuku sudah cukup habis terkuras untuk ‘Menolong’ teman temanku di kampus, belom lagi waktu untuk mempersiapkan diri mengikuti audisi ini, aku tidak ingin datang hanya untuk mempermalukan diri sendiri, Oh tuhan apa yang harus kulakukan ?.

*BRUAKKK*

“….”

“Aduh..” Ucapku menahan sakit karena menabrak sesuatu.

Karena terlalu larut dalam pemikiranku sendiri aku jadi tidak memperhatikan jalanan. Menabrak sesuatu ? tunggu dulu sepertinya lebih tepat menabrak seseorang.

“Maaf aku ngelamun tadi..” Ucapku meminta maaf, dan lagi lagi senyum palsu menjadi senjata andalan.

“…” Pemuda itu hanya diam memunguti barangnya yang jatuh.

Ok pemuda ini cukup aneh. Biasanya para lelaki langsung merespon senyumanku. Yah bukannya sombong tapi banyak orang mengatakan kalo senyumanku mampu menghipnotis khususnya untuk para kaum adam.

“…”

Pemuda itu bangkit setelah berhasil mengambil barangnya yang terjatuh, dan ternyata itu adalah komik. Lalu pemuda itu berjalan menuju selokan di dekatnya dan terlihat merogoh sesuatu.

“Eh..” Aku sedikit heran dengan tingkah lakunya

Ternyata dia mengambil sebuah komik dari dalam selokan itu. Salah satu komiknya pasti jatuh saat dia bertabrakan denganku tadi. Sebenarnya aku tidak terlalu peduli toh aku juga terjatuh dan merasakan sakit. Namun aku mecoba untuk meminta maaf lagi, hanya sekedar pencitraan agar aku tidak di cap sebagai wanita sombong.

“Maaf ya beneran aku gak sengaja” Lagi lagi senyumanku ku keluarkan agar dia melupakan komiknya

“…” Pemuda itu hanya diam tanpa ekspresi.

Pojok Ambigu Otak KananOnde as histórias ganham vida. Descobre agora