24 Hours

535 27 0
                                    

Melupakan atau dilupakan, sebuah realita hidup yang pasti di alami semua orang. Ketika kita bersikeras ingin melupakan sesuatu tapi menolak untuk dilupakan, hahaha sungguh lucu melihat bagaimana cara ego bekerja dalam diri kita.

Betul kata mereka, tidak ada yang abadi di dunia ini. Bahkan eksistensimu di ingatan seseorang juga tidak akan bertahan selamanya. Ada saat dimana kata 'kita' menjadi tidak ada artinya lagi, tidak lagi memiliki arti yang spesial bahkan seakan akan tidak pernah ada kata 'kita'.

"Bentar, 1 game lagi"

Kalimat itu tiba tiba terngiang di kepalaku. Kalimat yang selalu dia gunakan di kala dia sibuk dengan dunianya. Dunia virtual yang hampir menyita seluruh fokusnya, dunia yang membuat jari jarinya selalu menari dengan lincah di atas keyboard, keypad atau bahkan layar smartphone miliknya, dunia yang sama sekali tidak kumengerti, dunia dimana dia terlihat berbeda dari biasanya.

Aku mengambil sebuah konsol permainan dalam tas ku, konsol yang dulu selalu melekat di tangannya. Aku mencoba memainkannya, mencoba mencari tahu apa yang selama ini membuatnya tidak bisa berhenti bermain.

Ah, aku memang payah, baru berjalan sebentar karakterku sudah mati berkali kali. Hanya beberapa menit memainkannya sudah membuat mataku perih, bagaimana mungkin dia bisa tahan memandangi layar ini selama berjam jam ? mungkin itu alasan kenapa dia menggunakan kacamata yang cukup tebal.

"VERANDAAAAAA !!!!" tiba tiba seseorang sudah berada di sebelahku, seorang gadis dengan rambut pendek, bahunya naik dan turun seperti seseorang yang sedang mengatur nafas.

"Hah ? apaan ?" Aku meletakkan benda yang sedari tadi kugenggam di pangkuanku.

"Ya ampun, daritadi gw panggilin gak nyaut nyaut malah sibuk sendiri" Gadis itu menyilangkan kedua tangannya sambil menatapku dengan bibir yang dimanyunkan, hahaha dimanyunkan bahasa macam apa itu.

"Sorry, gak denger"

"Yaudahlah, tumben elu maen PSP"

"Hah PSP ?" Sepertinya aku pernah mendengar kata itu, hmmmm PSP.

"Iya itu yang tadi kamu mainin" Dia merampas benda yang ada di pangkuanku "PSP punya siapa nih Ve ?"

"Hah ? oh itu punya temen nal, temen lama" aku melihat Kinal yang sudah asik dengan benda yang disebut PSP itu, sekilas mereka bedua benar benar mirip.

"Wah temen lo seleranya bagus juga" Sepertinya Kinal cukup mengerti tentang Video game, mereka berdua pasti akan cepat akrab bila bertemu. "Tapi inikan keluaran lama, liat aja udah banyak lecetnya terus ukurannya terlalu gede buat di bawa bawa"

"Gak tau, nal, gw gak ngerti sama yang gitu gitu" Yah Kinal pasti tau jika aku bisa dibilang awam untuk hal hal yang berbau video game.

"Ini buat gw ya, ntar lo beliin aja yang baru buat temen lo"

"Ehhh jangan, ini barang kesayangan dia, ntar mau gw balikin ke orangnya"

"Yaelah dasar pelit, padahal dia pasti seneng kalo dikasih yang baru" Kinal langsung mengembalikan PSP berwarna putih itu kepadaku.

"Bukan masalah baru atau enggaknya, tapi sejarahnya" Aku beranjak dari tempat dudukku tadi dan memasukkan PSP itu kedalam tas "Ayok buruan, kita kan ada latihan, masa kapten telat dateng latihan"

Tanpa basa basi Kinal langsung berjalan di belakangku. Ya anak itu memang terkadang suka seenaknya sendiri tapi dia teman yang cukup baik kok.

Mengembalikkan, sebenarnya aku berharap untuk benar benar bisa mengembalikan benda ini pada pemiliknya. Bukan bermaksud untuk memiliki benda ini, hanya saja untuk melakukan hal itu tidak mudah, apalagi di saat saat seperti ini. Mungkin saja aku benar benar tidak bisa mengembalikan padanya.

Pojok Ambigu Otak KananWhere stories live. Discover now