Bus Stop

366 10 1
                                    

Sebuah bus berhenti di salah satu halte yang ada di pusat kota. Beberapa orang segera turun dari bus tersebut, mereka terlihat buru-buru tidak berbeda dengan beberapa orang lainnya yang masuk kedalam bus tersebut, mereka juga terburu-buru. Mungkin orang orang tersebut terburu buru untuk sampai ke tempat tinggal mereka dan beristirahat sambil ditemani secangkir teh hangat setelah lelah dengan rutinitas mereka.

Di halte tersebut duduk seorang gadis. Seorang gadis berambut pendek dengan poni menyamping yang menutupi sebagian keningnya.­­ Sedari tadi dia memperhatikan bus yang datang silih berganti, menaikkan dan menurunkan penumpang. Beberapa bus bahkan sengaja berhenti agak lama di halte tersebut hanya untuk menunggu kepastian, apakah gadis itu akan menggunakan jasanya atau tidak ?. Gadis itu hanya diam, sepertinya dia memang tidak berniat untuk menggunakan jasa angkutan umum tersebut, sesekali dia melemparkan senyumnya sambil sedikit menundukkan kepala kepada seseorang yang berada di belakang setir bus tersebut, sebagai tanda dia tidak akan menggunakan jasanya.

Perlahan lahan matahari mulai menyembunyikan dirinya. Langit yang tadinya biru cerah kini mulai berubah menjadi keemasan, menciptakan sebuah pemandangan yang sangat indah, mungkin inilah yang disebut lukisan sang pencipta. Gadis itu masih duduk disitu, mata yang tadinya dia arahkan ke jalan raya kini dia arahkan keatas, ke arah langit senja yang indah. Sesaat setelahnya dia langsung menundukkan kepalanya, gadis itu menghela nafas, sepertinya ada sesuatu yang mengganggu dirinya atau lebih tepatnya pikirannya. Reaksinya saat melihat keindahan langit senja jelas menunjukkan bahwa dia tidak dalam keadaan yang baik.

"Apa yang harus kulakukan sekarang...." Bisik gadis itu lirih

Cukup lama dia termenung di halte itu. Sepertinya ada yang menahannya untuk meninggalkan tempatnya sekarang. Gadis itu termenung, wajahnya muram, mungkin dia sedang menghadapi situasi yang menghalanginya untuk tersenyum. Padahal dengan wajah yang dia miliki jelas akan lebih indah bila dia tersenyum.

Satu lagi bus yang berhenti di halte itu. Berbeda dengan bus bus sebelumnya, kali ini hanya ada seorang pemuda yang turun dari bus itu. Pemuda dengan kaos oblong, celana jeans pendek selutut, dan dua sendal jepit sebagai alas kakinya. Pemuda itu duduk di halte tersebut, disebelah gadis itu. Potongan rambut yang rapi, dengan poni hampir menutupi mata serta bekas luka di bawah matanya menampilkan kesan sangar bagi orang orang yang melihatnya. Dia juga menenteng sebuah kantong plastik, entah apa isinya.

Gadis itu terlihat tidak peduli dengan kehadiran pemuda tersebut. Sepertinya masalah yang tengah dia hadapi membuatnya tidak terlalu memusingkan apa yang sedang terjadi disekitarnya. Mereka berdua terjebak dalam kesunyian, tidak ada satupun dari mereka yang berniat untuk mencairkan suasana, memulai sebuah obrolan. Lagipula apa yang bisa diharapkan dari dua orang asing yang tidak saling mengenal satu sama lain.

Pemuda itu mengambil sesuatu dari dalam kantong plastik yang dibawanya. Dia mengeluarkan 2 buah kopi kaleng. Pemuda itu lalu menggulung kantong plastik yang sudah kosong itu lalu memasukkannya kedalam saku celananya. Pemandangan yang cukup langka dimana sekarang ini orang orang lebih memilih membuang sampah tak berguna di sembarang tempat. pemuda itu membuka salah satu kopi kaleng yang dia bawa dan langsung meminumnya.

Sementara gadis itu masih terbuai dalam lamunannya. Tiba tiba dia dikagetkan oleh sesuatu, sebuah kaleng kopi yang berada tepat dihadapannya. Gadis itu menoleh, ternyata pemuda itu menyodorkan salah satu kopi yang dia bawa di hadapan gadis itu. Gadis itu mencoba mengacuhkan pemuda itu. Dia nampak ragu untuk menerima pemberian orang asing di sampingnya. Bisa saja pemuda itu telah mencampurkan sesuatu di dalam kopi kaleng yang dia tawarkan, mungkin itu yang ada di dalam benak gadis tersebut.

Pemuda itu tidak bergeming, dia masih saja meyodorkan sekaleng kopi yang berembun ke arah gadis itu. Kelihatannya pemuda itu tidak berniat untuk berhenti hingga gadis itu menerima pemberiannya.

Pojok Ambigu Otak KananWhere stories live. Discover now