Opposite

311 6 0
                                    

Sebuah helikopter mendarat di area pangkalan militer. Beberapa prajurit dengan peralatan lengkap terlihat duduk berjejer di sana. Sepertinya mereka adalah kelompok prajurit baru yang akan ditugaskan di pangkalan ini. Kelompok prajurit yang terbilang masih sangat muda, bahkan mereka mungkin belum menyelesaikan seluruh latihan militer yang diperlukan dalam medan perang. Mereka lebih cocok duduk di bangku kuliah dibandingkan harus mengangkat senjata, melakukan pekerjaan 'kotor' dengan kedok menjaga perdamaian dunia.


Para prajurit muda itu kelihatannya tidak siap, tidak siap untuk menghadapi sebuah pertempuran, sebuah perang. Mereka datang ke sini sebagai tenaga tambahan untuk meredam gerakan pemberontakan yang berniat untuk menggulingkan pemerintahan yang dianggap tidak sesuai dengan keinginan mereka.


Bagi pangkalan militer ini kelompok prajurit muda tersebut mungkin dianggap sebagai tambahan tenaga baru, tapi bagi prajurit baru itu, ini merupakan sebuah tekanan yang besar, mengemban tugas negara ,mencoba menyebarkan apa yang mereka bilang 'demokrasi'.


Kelompok prajurit itu melompat turun dari helikopter, diantaranya adalah seorang gadis. gadis berpotongan rambut pendek dengan poni yang menutupi dahinya, sebuah bola mata yang besar memandang tajam kedepan. Dia berlari mengikuti kelompoknya, langkahnya terlihat gontai, sepertinya badan kecilnya itu cukup kesulitan memikul peralatan yang dibawanya.


Gadis itu berlari menghampiri seseorang yang berdiri tegak sambil memandang ke arahnya. Sosok itu terlihat cukup tua, jelas dia memiliki jabatan yang penting di pangkalan militer ini, terlihat dari banyaknya tanda jasa yang tersemat di dadanya. Nafas gadis itu mulai tidak beraturan, dalam hatinya dia sangat ingin untuk berhenti dan mengistirahatkan badannya namun tatapan dari orang itu seolah olah mengatakan bahwa akan terjadi hal yang buruk jika dia melakukan itu.


"Lapor, Anggota Divisi 11 yang baru datang, Devi Kinal Putri" gadis itu berhenti tepat di depan pria tua itu sambil memberi hormat ala militer


"Hmmm, Kamu tau alasan kamu kesini ?"


"Siap, tahu pak, kami di sini sebagai bala bantuan untuk meredam pemberontakan dari mereka yang menyebut dirinya pasukan revolusi"


"Bagus, semangat khas anak muda, baiklah, kamu lihat orang itu ?" Pria tua itu menunjuk ke arah seorang prajurit senior dengan kacamata hitam lengkap dengan helm di kepalanya "Kamu temui dia, mulai sekarang kamu bergabung dengan kelompoknya"


"Siap, laksanakan pak !" Gadis bernama kinal itu memberi hormat dan bergegas berlari menuju tempat orang yang ditunjuk oleh pria tua itu.


Teriknya sinar matahari merupakan salah satu ujian yang berat untuk gadis bernama Kinal itu. Peluh mulai menetes dari dahinya. Mungkin sedikit aneh melihat seorang gadis yang bergabung sebagai anggota militer terlebih sebagai prajurit lapangan karena biasanya pekerjaan ini selalu di dominasi oleh kaum adam. Tapi sepertinya gadis itu mempunyai alasannya tersendiri, alasan yang membuatnya tetap teguh bertahan menghadapi kerasnya latihan militer, alasan yang mungkin tidak semua orang bisa mengerti.


Gadis itu masuk kedalam sebuah barisan, barisan yang ditunjukkan oleh pria tua tadi. Di depan barisan itu ada seorang yang sedang berbicara, memberikan instruksi pada kelompok itu. Sepertinya orang itu adalah pemimpin regu yang mana gadis itu menjadi salah satu anggotanya. Kinal mencoba memperhatikan pimpinan regunya tersebut. Postur badannya yang tidak terlalu tinggi membuatnya kesulitan untuk melihat wajah orang yang bertanggung jawab atas dirinya itu, hanya suara lantangnya yang mampu dia dengar.

Pojok Ambigu Otak KananWhere stories live. Discover now