Eyes

485 10 0
                                    

Seorang anak berjalan menyusuri daerah pertokoan. Seorang anak kecil, mungkin masih berumur 10 tahun. Tentu saja dia tidak berjalan sendirian, kedua orang tuanya siap sedia berjalan disampingnya seolah olah sebagai bodyguard yang menjaga anak tersebut dari berbagai macam bahaya yang mungkin akan menghampirinya.

Pemandangan yang indah memang, tapi tidak untukku, aku justru kesal melihat pemandangan itu. Sebenarnya aku hanya iri, iri melihat tawa bahagia anak itu dimana dia bisa menikmati waktu waktu bersama dengan orang yang dia kasihi, iri melihatnya merasa aman karena ada dua malaikat yang selalu ada untuk melindunginya.

Siapa aku ? mungkin itu yang ada di benak kalian, untuk apa kalian mengetahui siapa aku ? apakah itu penting bagi kalian ?, ok tadi hanya bercanda. Baiklah namaku Thalia namun orang orang biasa memanggilku Tata. Banyak orang mengenalku sebagai sosok idola, sosok yang selalu dipuja, sosok yang mampu menginspirasi banyak orang, sosok yang serba bisa. Mereka tidak salah, karena memang pekerjaanku menuntutku untuk menjadi sosok yang seperti itu, seorang gadis yang selalu tersenyum dan bisa mereka temui setiap hari.

Namun tahukah mereka ? tahukah mereka jika dibalik itu semua aku juga memiliki kehidupan ? sehebat apapun aku dimata mereka nyatanya aku tetaplah manusia biasa. Aku tetaplah seorang siswa yang berkewajiban menimba ilmu disekolah, aku tetap seorang anak yang harus selalu berbakti kepada orang tua, dan aku tetaplah seorang gadis yang ingin merasakan bagaimana rasanya mendapatkan perhatian khusus dari seorang laki laki, oke mungkin untuk yang terakhir terkesan terlalu dramatis tapi memang begitulah adanya.

Anggap saja aku sudah terlalu lelah dengan semua ini. Yah mungkin memang aku bukanlah orang yang pintar dalam memanajemen waktu. Aku kesulitan untuk membagi waktu antara pekerjaan, sekolah, keluarga dan istirahat. Bagaimana dengan bermain ? ya mungkin aku sudah lama melupakan hal itu, melupakan bagaimana indahnya bermain dengan teman teman yang seumuran denganku.

Sebegitu buruk kah pekerjaanku ? kalau itu pertanyaan kalian jawabannya tidak. Ya aku bisa mengatakan karena aku juga memiliki keluarga disana, memiliki teman teman seperjuangan yang sama sama bekerja keras hingga bisa berada di titik ini, berada di titik dimana kalian bisa mengenalku, titik dimana seluruh orang menginginkannya, titik dimana kamu merasakan apa yang disebut Popularitas.

Entah kenapa semakin memikirkan itu emosiku semakin meluap, ditambah melihat anak kecil yang bahagia tadi, mungkin jika ada seseorang yang menabrakku sekarang maka tanpa segan aku akan menyemprotnya habis habisan, kalian pasti tahu apa yang kumaksud dengan menyemprot.

Terkadang aku berpikir, apakah lebih baik kusudahi saja karirku sampai disini, untuk apa melakukan sesuatu yang tidak membuat kita bahagia ?. Bukan kali ini saja aku berpikiran seperti ini, mungkin sudah beribu ribu kali hingga aku malas untuk menghitungnya dan membiarkan pemikiran itu datang dan pergi dengan sendirinya.

Lantas apa yang akan kulakukan apabila aku berhenti sekarang ? tentu saja aku kembali ke kehidupan lamaku, dimana aku memiliki banyak waktu luang untuk mengerjakan apapun yang aku mau dan yang lebih penting agar aku dapat melihat, melihat hal hal baru, melihat dunia dari kacamataku sendiri.

Wacana, semua itu hanya wacana. Apalah artinya sebuah wacana tanpa ada kemampuan untuk merealisasikannya. Mungkin itu yang membuatku kesal, membuatku marah karena aku tak mampu merealisasikan apa yang sebenarnya aku inginkan.

*BRAKKK*

Seseorang menabraku, mungkin aku terlalu terlarut dalam pemikiran pemikiran bodohku. Namun siapapun yang menabrakku maaf saja karena ini mungkin adalah hari sialmu.

“Maaf..Maaf gak sengaja” Ucap seseorang yang menabrakku, dari suaranya kurasa dia adalah seorang pemuda.

“Loe buta ya ?!! jalan liat liat dong” Aku mulai memarahinya

Pojok Ambigu Otak KananWhere stories live. Discover now