Meet Again

426 15 2
                                    

Aku memperhatikan selembar kertas kusam yang bertuliskan sebuah nomer telepon seseorang. 'V' hanya itulah petunjuk yang diberikan oleh gadis itu, sebuah huruf yang bisa berarti apa saja.

Aku mengeringkan rambutku yang basah sambil terus menatap kertas itu, ya karena hujan tak kunjung berhenti mau tidak mau aku harus memilih, tidur di halte atau pulang dengan basah kuyup.

"Telepon...enggak....telepon....enggak....."

Berulang kali aku mengucapkan dua kata itu, mencoba untuk mengambil sebuah keputusan. Aku sedikit penasaran tentang siapa sebenarnya gadis itu ? dia mengaku pernah kutolong tapi aku tidak ingat kapan.

Dia sepertinya mengenal siapa diriku tapi kenapa dia tidak tahu namaku ? kalau dipikir pikir wajahnya sepertinya tidak pernah kulihat di kampus ataupun di sekitar rumahku.

De Javu

Sekaleng kopi, halte, dan hujan. Sepertinya aku pernah mengalaminya, hanya saja aku tidak bisa mengingat kapan, dimana, dengan siapa, dan apa yang terjadi.

Kutinggalkan kertas itu tergeletak begitu saja di meja belajarku, ya aku memutuskan untuk tidak menghubunginya. Bisa saja dia memberikan nomer telepon palsu padaku, tapi untuk apa dia melakukan hal itu ? jika dipikir pikir tidak ada alasan yang kuat untuk dia melakukan hal yang
tidak penting seperti itu.

Badanku mendarat dengan mulus di kasur yang berantakan, sepertinya hari ini cukup melelahkan sehingga kasur yang seperti habis terkena badai ini terasa sangat nyaman. Ya mungkin lebih baik aku mengistirahatkan badanku.

******

Jam 7 tepat, itulah yang ditunjukkan oleh jam yang tergantung di dinding kamarku. Entah kenapa aku selalu terbangun pada jam ini, seolah olah seluruh badanku sudah terprogram untuk memulai aktivitasnya tepat di jam 7 pagi. Selarut apapun aku tidur, selelah apapun yang kurasakan, tubuhku selalu memaksaku meninggalkan alam mimpi tepat di jam ini.

Aku meraih smartphone yang menunjukkan ada sebuah notifikasi pesan masuk. Kugerakkan jemariku di atas retakan retakan layar yang terbentuk akibat kecerobohanku, sedikit aneh pada awalnya memang tapi kini aku sudah terbiasa.

Sebuah pesan dari Grup chat kelasku yang memberitahukan bahwa dosen untuk hari ini berhalangan untuk hadir.
Dengan rambut yang berantakan, aku beranjak dari dari singgasanaku, mencoba mencari sesuatu untuk menenangkan cacing cacing yang sedari tadi memberontak di dalam perutku. Aku harap ibuku memasak sesuatu.

"Kuliah jam berapa hari ini ?" Tanya ibuku sesaat setelah aku menutup pintu
kamarku.

"Dosennya gak masuk"

"Yaudah sana sarapan dulu, ada mie itu di belakang" ibuku melanjutkan menyapu ruang tamu

"Hahaha, makasih bu"

"Masak sendiri tapi"

Aku berjalan menuju dapur dan mengambil sebungkus mie instant yang akan jadi santap pagiku.

Padahal aku sudah berpikir jika di meja makan sudah tersaji sebuah mie kuah dengan asap yang masih mengebul dan siap untuk disantap.

"Bu ada kopi gak ?"

"Gak ada, jangan minum kopi terus terusan, liat itu kantong mata udah gede gara gara tiap malem begadang abis minum kopi"Astaga, pagiku terasa hambar tanpa kopi.

Yah mau bagaimana lagi badan itu terlalu malas untuk berjalan menuju warung terdekat untuk membeli beberapa bungkus kopi. Terpaksa segelas air putih yang jadi temanku menyantap mie kuah panas ini.

Aku kembali ke kamarku setelah menghabiskan sarapanku. Bingung, itulah yang kurasakan sekarang. Aku tidak tahu harus melakukan apa untuk menghabiskan waktu hari ini. Jelas jam segini terlalu pagi untuk pergi ke warnet.

Pojok Ambigu Otak KananWhere stories live. Discover now