Ch. 2 - Halte

771 151 5
                                    

"Turunin gue, gue bisa gojek dari sini,"

Melihat tak ada respon dari cowok yang sedang menyetir di hadapannya tersebut, Winter berusaha untuk memperkeras suaranya,

"Nathaniel Yang turunin gue!" teriak Winter tepat di telinga Yangyang.

Tapi tetap saja tidak ada respon dari cowok di depannya itu,

Winter yang tidak kehabisan akal pun akhirnya mencubit lengan cowok itu, ia dapat mendengar decakan dari sang pemilik lengan.

Yangyang akhirnya memperlambat laju motornya, sebelum akhirnya berhenti di depan sebuah halte kosong di pinggir jalan.

"Lo punya otak buat mikir nggak sih? Yakali gue turunin lo di pinggir jalan," cowok itu membuka kaca helm-nya dan mulai berkata dengan tatapan sinisnya.

Winter menciut, ia turun dari jok penumpang motor Yangyang yang tinggi. Mengucapkan terima kasih sebelum akhirnya cowok itu benar-benar meninggalkannya sendirian di halte bus.

Winter menghela nafas panjang, setidaknya cowok itu sudah menyelamatkannya dari pukulan kakak kelas kejamnya itu.

Walaupun Winter juga tidak akan menyangka cowok itu benar-benar menurunkannya sendirian sekarang.

Ia mendumel tidak jelas sendirian, membuka aplikasi ojek online di ponselnya dan bersandar di sandaran halte bus.

Hari beranjak malam dan jalanan masih ramai saja,

Winter harus mengakui cowok itu memang pintar, padahal Winter sudah merengek sepanjang perjalanan untuk diturunkan, dan mereka melewati beberapa halte bus juga,

Dan rata-rata halte bus yang mereka lewati sepi, Winter tidak bisa membayangkan bagaimana jika ia diturunkan di sana dan berakhir menjadi korban penculikan,

"Astaga gue jelek banget," Winter melihat pantulan dirinya di kamera, mata sembab dan hidung yang memerah.

"Mbak Winter?"

Saat sibuk berkaca menggunakan kamera ponselnya, ojek online pesanannya pun datang.

Gadis itu buru-buru memasukkan ponselnya lagi ke dalam tas, menerima helm pemberian bapak ojek dan duduk di jok penumpang.

Tiba-tiba sebuah pemikiran terlintas di otaknya,

"Tadi Haechan bilang, Yangyang nggak suka sama gue soalnya nyaingin dia kan? Terus kenapa-" Winter mendadak takut.

Tak sadar, ia memilin rambutnya dan kaget sendiri,

"Kalau ada rambut gue yang rontok terus dia bawa ke dukun gimana?" Winter bergidik ngeri sambil menatap rambutnya dengan serius sekarang. "Mampus gue di santet,"

"Mbaknya nggak papa?"

Suara driver ojek online menyadarkannya, gadis itu cepat-cepat memukul kepalanya di balik helm merutuki kebodohannya,

"E-eh iya nggak papa kok pak,"

Tapi gadis itu melotot kemudian, menyadari ada sesuatu yang salah.

"Pak astaga itu tempat les saya kelewataaan!"

🍳🍳🍳

"Lo tega sih Yang," Renjun menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya dengan apa yang dilakukan temannya tersebut.

Hari ini memang temannya itu, Renjun absen karena sakit -atau mungkin lebih tepatnya sengaja menghindarkan diri setelah bertengkar hebat dengan pacarnya.

Hanya karena itu,

"Pacar lo nge-chat gue mulu anying," Haechan yang sedang memasak mie instan di dapur Renjun tersebut berteriak dengan kesal,

Dan Renjun pura-pura tidak mendengarnya tentu saja,

"Eh sori-sori dihadang abangnya cewek gue," Jaemin yang baru saja datang itu langsung melemparkan dirinya ke sofa ruang tengah rumah Renjun.

"Sans Jeno juga masih ngebucin kali," jawab Haechan dari dapur yang sekarang meladeni pacar Renjun yang terus saja mengganggunya tersebut.

Yangyang memilih tidak peduli dengan kehidupan percintaan teman-temannya tersebut. Cowok itu melempar tasnya dengan asal, mengambil alih meja panjang menghadap ke kolam renang di rumah Renjun dan mulai berkutat dengan soal di ponselnya.

"Untung gue udah bukan jadi pasangan olimnya dia," Haechan yang kini menyajikan mie yang sudah dimasaknya itu.

"Winter? Tadi dia bilang tuh katanya diturunin di depan halte," ujar Renjun yang kini merebut garpu milik Haechan dan ikut menyantap mie bersama Jaemin yang sudah siap sedia dengan garpu di tangannya terlebih dulu.

"Hah?" Jaemin membelalakkan matanya ternganga hingga garpu yang ia pegang jatuh begitu saja menyebabkan bunyi yang sangat keras sebelum akhirnya Haechan merebut garpunya.

"Ganteng doang nurunin cewek depan halte," Jeno yang baru saja datang itu ikut merusuh berebut garpu dengan teman-temannya. "Eh tapi seriusan?"

"Gue putus dia jadian," sambung Renjun yang membuat Haechan melotot ingin mencolok mata Renjun dengan garpu.

"Yang bener aja anjir ini cewek lo bawel banget minta tolong gue baikan sama lo," ujar Haechan kesal.

"Tapi tuh anak pinter banget sih, ini dia barusan share jawaban sejarah," celetukan Jeno sukses membuat Yangyang menoleh dari tempatnya dan merebut ponsel Jeno.

"Lah anjir di block dong," Jaemin yang mencuri pandang apa yang dilakukan Yangyang terhadap kontak Winter di ponsel Jeno itu melongo,

"Anjir!" Jeno langsung bangun dari duduknya panik, mengecek ponselnya lagi lalu menghela nafas lega, "Untung jawabannya gak lo hapus,"

Yangyang kemudian merebut garpu dari tangan Haechan dan mulai menyantap mie instan di piring dengan tidak santai,

Ia sangat kesal sekarang, mengapa gadis itu selesai duluan daripada dirinya?

Apalagi ini sejarah, pelajaran hapalan yang sangat dibencinya.

Yangyang mendadak menyesal menyelamatkannya dari pukulan Hyunsuk tadi, seharusnya ia biarkan saja gadis itu dipukul walaupun Yangyang sangat benci kekerasan dan juga- kakak kelas itu.

Yangyang sangat membencinya sekarang,

Sementara keempat cowok di hadapannya ini saling bertatapan memandang Yangyang dengan bingung,

TBC

Sunny Side Up | Liu YangyangWhere stories live. Discover now