☘ Berkelahi ☘

281 36 1
                                    






Happy Reading








***

Sebenarnya apa yang salah dari Fabian dan Nara, kenapa mereka masih saja menjadi pusat perhatian dari Para murid SMA Pancasila. Saat di kantin pun mereka masih saja saling bisik membicarakan Bian dan Nara.

Nara yang duduk bersama Bian, tidak bisa menikmati bakso yang Bian belikan untuknya dengan enak. Bagaimana bisa enak, Jika kita menjadi tontonan orang-orang.

Bian menutupi sisi wajah Nara. "Jangan lihatin mereka, mending lihatin aku aja. Yang sudah pasti ganteng," pedenya menaik turunkan alisnya.

Nara tersenyum tipis lalu ia menunduk menatap mangkuk bakso yang sudah berubah warnanya karena gadis itu terus saja mengaduk-aduknya. "Kamu nggak nyaman?" tanya Bian.

Nara mengangguk kecil. Fabian menghela napas, ia menoleh kebelakang dan benar saja. Hampir semua yang ada di kantin tersebut tengah memandanginya. Andai ini sekolah lamanya. Di pastikan Bian akan melakukan sesuatu.

Bian kembali menoleh ke hadapan Nara. "Iya yuk. Pindah," ajak Bian.

Nara mendongak menatap Bian yang sudah berdiri. "Pindah kemana?" tanya Nara.

"Aku juga nggak tau, kita cari tempat yang nyaman."

Sebelum mengucapkan sesuatu lagi, Bian sudah menarik tangan Nara untuk pergi dari kantin tersebut.

Namun ketika Fabian melewati para murid yang sedang duduk berkumpul bersama. Tiba-tiba saja salah satu dari mereka. Menjegal kaki Nara, yang membuat gadis itu hampir terhuyung kedepan. Beruntung Bian sigap dan menahan tubuh Nara.

Fabian menatap tajam kearah cowok-cowok yang sedang berkumpul itu. "Ups! Sorry sengaja!" ujarnya lalu tertawa bersama teman-temannya.

Fabian mulai tersulut emosi, ia maju ingin menghajar mereka namun berhasil di tahan oleh Nara. "Kenapa? Lo mau mukul gue? Silahkan! Gue nggak takut." tantangnya

"Gue mau ngerasain, gimana rasanya di hajar sama Fabian Aldrich Efrain. Yang terkenal buat onar di Tri sakti. Atau udah nggak bisa apa-apa! Kan lo di buang! Jadi gembel!" katanya lagi dan tertawa puas bersama teman-temannya. Bian semakin terlihat emosi. Tangannya sudah mengepal kuat.

Matanya memerah. Biasanya dia yang membuat orang malu, tapi kali ini dirinya yang di permalukan di depan orang-orang. "Bian, kita pergi aja. Nggak usah di dengar." bisik Nara di depannya.

Nara menarik tangan Bian menjauh dari kantin tersebut, gadis itu terus menarik Bian hingga mereka kini sudah berada di dekat kelas mereka yang masih terlihat sepi.

Bian bersandar di dinding menetralkan emosinya. Cowok itu meraup wajahnya dengan kasar, Nara yang dari tadi diam memperhatikan cowok itu. Memberanikan diri untuk mendekati Fabian.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Nara khawatir.

Fabian mencoba tersenyum, dan mengangguk pada gadisnya itu. Bian maju dan memeluk tubuh Nara, hanya Nara yang bisa menenangkan hatinya.

Nara membalas pelukan cowok itu, mengusap punggungnya lembut. "Ternyata seperti ini di permalukan?" bisiknya. Nara diam tidak bisa menjawab.

"Rasanya sakit," kata Bian lagi. Nara tidak tau harus berkata apa, yang bisa ia lakukan. Memeluk erat tubuh Fabian.

Bian menikmati usapan lembut dari Nara dan menghirup aroma tubuh gadis itu agar perasaannya lebih tenang.

Fabian dan Nara memilih kembali ke kelas, dan berdiam diri di sana. Bian yang biasanya sering bicara kini hanya diam. Nara menoleh menatap mata Bian yang kini sedang melihat kearah meja dengan pandangan kosong.  "Bian," panggil Nara. Cowok itu masih diam.

BianNa (Fabian & Nara) END Where stories live. Discover now