🌸 RSJ 🌸

392 31 0
                                    











^ Happy Reading ^










***

Bian yang lebih dulu bangun pun kini tengah membuatkan sarapan untuk dirinya dan Nara, cowok yang sudah terlihat rapi memakai kaos navy dengan bawahan celana pendek berwarna hitam itu tengah menuangkan bubur ke dalam mangkuk.

Selesai urusan di dapur Bian membawa mangkuk beserta air minum dan obat ke dalam kamar Nara.

Bian tersenyum kepada Nara yang sudah bangun. "Pagi," sapa Bian lalu menaruh nampan di atas meja.

"Gimana keadaan lo? Udah baikkan," tanya Bian dan duduk di tepi kasur.

"Lumayan, tapi ini masih sakit." jawab Nara sambil menyentuh lehernya yang di balut perban.

"Sakit kan. Makanya jangan hobi nyakitin diri sendiri," ledeknya.

Nara memandang Bian kesal, Lalu memalingkan wajahnya. "Yuk sarapan, lo harus cepat minum obat." Nara hanya diam tidak mengalihkan pandangannya dari jendela.

"Yahh ngambek, oke deh gue minta maaf kalau salah ngomong," Nara menoleh.

"Lo nggak salah, harusnya gue yang minta maaf, gue selalu nyusahin lo, selalu ngerepotin lo. Gue cuma buat beban buat lo, Bian. Harusnya.." Bian menatap Nara intens.

"Nara!" potong Bian saat gadis itu belum selesai bicara.

Bian mengusap wajahnya. "Dah lah, gue nggak mau depat sama lo, Buruan sarapan."

"Lo gomong kayak tadi. Siap-siap aja dapat hukuman dari gue!" ancamnya.

Nara yang tau sifat Bian yang tidak bisa di bantah pun hanya pasrah ketika cowok itu membantunya untuk duduk.

Nara memperhatikan wajah tampan Bian yang sedang mengaduk-aduk bubur untuknya. "Tau kok gue ganteng, nggak usah di lihatin terus," ujar Bian yang terlalu kepedean.

Gadis itu tersenyum tipis tidak di pungkiri jika Fabian benar-benar tampan. Dulu dirinya hanya mampu melihat wajah tampan Fabian dari jauh. Namun kini ia sudah bisa melihatnya dengan dekat, Bahkan setiap hari.

"Ak!" suruh Bian yang menyodorkan sendok ke mulut Nara.

"Gimana bubur buatan gue? Enak kan, ya pasti enaklah. Gue kan buat bubur ini khusus buat lo. Pakai cinta" ocehya. Nara terkekeh pelan mendengarnya.

"Enak kok, Bisa nih. jualan bubur ayam khas Fabian," ledek gadis itu sambil menahan tawa saat melihat raut wajah Fabian.

"Wah penghinaan, masa cowok seganteng ini di suruh jualan." Bian menatap Nara sinis. Berpura-pura marah dengan gadis itu.

Nara terkekeh namun hanya sekejap karena terlalu bergerak membuat lukanya terasa sakit. "Tuh akibatnya kalau ledekin pacar. Kualatkan." Nara mendesis kesal menatap Bian dengan sebal.

"Tunggu! Kok gue baru sadar kalau lo nggak pakai baju seragam. Ini jam berapa? Kenapa lo nggak siap-siap Bian." Nara baru tersadar jika Bian menggunakan baju rumahan.

"Malas, nggak ada lo. Ngapain juga gue masuk, mending bolos aja," jawabnya yang sangat santai.

Nara lagi-lagi mendengus kesal. Namun ia enggan berdebat dengan cowok itu. Akhirnya ia pun diam sambil menghabiskan bubur yang di suapi oleh Fabian.

<𝕭𝖎𝖆𝕹𝖆>

"Bian, kenapa lo ngajak gue kesini?" Nara menatap Bian tajam ketika dirinya di bawa ke tempat rumah sakit jiwa.

BianNa (Fabian & Nara) END Where stories live. Discover now