☘ Tidak berguna ☘

272 32 0
                                    












Happy Reading






***

"Yan! Lo udah lihat berita terupdate di grub sekolah?" heboh seseorang yang baru tiba di apartemennya.

"Ehm." jawab Bian santai.

"Kok lo santai sih!" gregetnya. Dia adalah Indra yang telah mengetahui beredarnya video Nara dan juga Fabian.

"Terus gue harus apa Ndra! Lo tau kan pelakunya siapa?"

"Iya! Gue tau. makanya ayo kita ngelakuin sesuatu!" Indra menarik Fabian untuk segera berdiri untuk menemui Evan.

"Gue bukan Fabian yang dulu Ndra! Gue nggak bisa apa-apa." kata Bian enggan untuk bertemu dengan Evan.

"Kok lo jadi gini sih!" geram Indra menatap Fabian yang masih di tempatnya dengan santai., ia meraup wajahnya lalu memandang lagi Fabian lebih intens. "Gue tau lo sekarang buka Fabian yang berkuasa, tapi seenggaknya lo harus melakukan sesuatu untuk Nara, katanya lo sayang sama dia. Tapi apa buktinya. lo diam aja!" Indra mengompori Fabian.

Bian memang terlihat diam saja, padahal ia sedang berpikir bagaimana caranya menolong Nara. Cowok itu mengacak rambutnya kesal, kenapa jika ingin balas dendam, Evan tidak langsung ke dirinya saja.

Nara tidak bersalah, gadis itu tidak ada hubungannya dengan masalalunya.

Indra dan Fabian menoleh saat terdengar pintu terbuka. Nara keluar dari kamar memandang Fabian dan Indra bingung. "Ada apa?" tanyanya dengan mengerutkan kening.

Fabian berdeham sebentar. "Nggak ada apa-apa, kamu kenapa bangun?" gadis itu menghampirinya duduk di samping Bian.

"Aku dengar ribut-ribut dari kamar. Ada apa sih?" Nara memandang kedua cowok di depannya ini bergantian.

"Itu Ra, lo."

"Ehm. Itu tadi Indra kalah taruhan, dia kan lagi hobi peliraha ikan cupang, nah dia lagi adu ikannya. Nggak taunya kalah," cerita Bian asal, Indra mendelik tidak terima, hobi macam apa itu pikirnya.

"Oh gitu, kirain ada apa." Nara mengangguk-angguk mengerti, kedua cowok itu saling pandang mendelik satu sama lain.

"Aku lapar, ada yang mau aku buatin sesuatu?" tawar Nara.

"Boleh, mie rebus pakai telor. Cabenya lima," pesan Indra lancar seperti pesan di kantin sekolah.

Fabian geram, lalu menendang kaki Indra kesal. "Aduh! Apa sih Yan." prtoesnya mengusap kakinya yang ngilu.

"Lo pikir ini warung!"

"Dih. Kenapa lo yang sewot! Naranya aja nggak masalah, iya kan Ra." Nara terkekeh pelan, mengangguk mengiyakan ucapan Indra.

"Kalau kamu apa?" kini ia bertanya untuk Fabian.

"Nggak usah, aku nggak lapar." tolak Bian lembut.

"Iya udah, kalau gitu aku ke dapur dulu ya," Bian mengangguk.

Bian terus memandangi punggung Nara yang semakin menjauh. Wajahnya berubah sendu. Kasihan Nara pikir Bian.

Fabian dan Indra sedang melihat isi sosial media dan juga WhatsApp grup yang isinya semua membicarakan Nara. Bahkan Bian membaca banyak yang meminta Nara di keluarkan dari sekolahnya itu.

<𝕭𝖎𝖆𝕹𝖆>

"Bian kamu kenapa sih?" tanya Nara bingung saat mereka ingin berangkat sekolah, Fabian seperti gelisah.

BianNa (Fabian & Nara) END Where stories live. Discover now