☘ Jalan-jalan ☘

361 34 1
                                    








Happy Reading






***

"Bian stop, lo ngapain sih cariin baju buat gue?" kesal Nara ketika di ajak ke mall oleh Fabian.

"Baju gue sudah banyak, nggak perlu lo belikan lagi," Bian menghentikan kegiatan memilih baju untuk Nara, lalu memandang gadis itu.

"Kalau baju lo banyak, kenapa lo sering pakai kaos gue?" Nara terdiam tidak bisa menjawab, karena memang gadis itu sering menggunakan kaos milik Bian.

"Mentang-mentang lo tidur di kamar gue, jadinya bebas makai punya gue," sindirnya, Nara hanya mampu tersenyum canggung.

"Atau.. Lo sengaja, biar cium bau aroma tubuh gue? Iya kan? Ngaku dah," Nara mendelik dan memukul lengan cowok itu.

Sementara Fabian tertawa puas berhasil membuat pipi Nara memerah.

Fabian meletakan kaos berwarna hitam dan putih secara bergantian di depan tubuh Nara, menimbang mana yang lebih cocok. "Lo lebih suka warna apa?" tanyanya.

"Hitam,"

"Kenapa hitam? Biasanya cewek sukanya pink." kekehnya.

"Karena hitam menggambarkan kegelapan, kayak hidup gue yang di penuhi kegelapan. Monoton,  dan menakutkan, hitam juga melambangkan kematian seperti apa yang gue selalu harapkan." Bian tertegun, ia menatap Nara yang terlihat santai saat mengucapkan kalimat itu.

"Mulai sekarang ganti, jangan suka hitam!" ujarnya tak terbantahkan. Nara mengerutkan keningnya.

"Kenapa?" tanya Nara heran.

"Karena mulai saat ini, hidup lo bakal penuh warna. Dan nggak ada lagi kegelapan!" Nara tersenyum memandangi Bian.

"Lo yakin bisa buat hidup gue penuh warna?" tantangnya.

"Yakin." jawab Bian mantap. Nara terpana ketika menatap mata Fabian yang sangat jelas jika cowok itu serius dengan ucapannya.

"Maaf, jadi ini mau yang mana ya mas?" Fabian dan Nara terkejut, mereka menjadi salah tingkah ketika karyawan toko bertanya kepada Fabian.

"I-ini aja mbak," Bian menyerahkan beberapa baju dengan model yang berbeda-beda.

Karyawan itu tampak menahan senyum ketika melihat wajah dua remaja yang tengah di mabuk cinta, terlihat jelas jika keduanya salah tingkah.

Selesai membayar Fabian mengajak Nara keliling mall sambil bercerita ringan. Dengan setia Fabian menggandeng tangan Nara.

"Lapar?" Nara mengangguk sambil memanyunkan bibirnya.

Bian terkekeh, lalu mengacak rambut Nara gemas. "Lo mau nggak gue ajak, makan di restoran jepang?" Nara terlihat berpikir.

"Enak nggak? Setahu gue kan jepang makanannya mentah?" lagi Bian terkekeh geli.

"Iya, tapi kalau lo nggak mau nanti bisa pesan ramen aja, gimana mau?" Nara mengangguk dengan semangat.

Bian tersenyum dan merangkul Nara menuju rumah makan bernuansa jepang., bahkan restoran itu di desain sama persis di jepang. Nara menatap takjub ketika sudah duduk di salah satu meja.

Karena ragu dengan rasanya Nara akhirnya memilih mie ramen yang tidak terlalu pedas seperti apa yang Fabian suruh, sebenarnya ia ingin yang sangat pedas, namun Fabian melarangnya dengan tegas.

Nara ingin tau rasanya ramen itu seperti apa. Selama ini kan dirinya hanya bisa melihat makanan itu di televisi saja.

Sementara Fabian memilih Sushi, Sashimi dan Chirashizushi. Nara sampai melongo melihat menu yang cowok itu pesan. "Lo yakin habis makan itu semua?" Bian hanya tersenyum kecil.

BianNa (Fabian & Nara) END Donde viven las historias. Descúbrelo ahora