☘ Penasaran ☘

518 40 2
                                    

Happy Reading

***

Nara terkejut saat melihat cowok yang berdiri di depan pintu toilet, menatapnya dari atas sampai bawah sambil mengunyah permen karetnya, dapat di lihat jika cowok itu seperti sedang mengamatinya, mengabaikan lagi cowok itu Nara acuh dan meninggalkannya.

"Woy. Di tanya malah main pergi!" Nara menghentikan langkah kakinya lalu berbalik menatap datar.

"Bukan urusan lo." jawab Nara singkat dan datar.

Fabian tersenyum miring memperhatikan Nara yang mulai jauh dari pandangannya. "Iya juga sih.. Ngapain juga gue kepo sama cewek aneh," Bian menggaruk tengkuknya yang tak gatal, Ia merasa bodoh dengan dirinya sendiri yang seakan ingin tau urusan gadis itu.

Fabian tadi tidak sengaja melihat Nara berjalan seorang di dengan menundukkan kepalanya sambil memegang tangannya, saat Fabian memperhatikan tangan gadis itu. Ia baru sadar ada bekas darah yang ada di tangan Nara. Itu lah yang membuat Fabian menjadi penasaran.

Dia hanya khawatir jika gadis itu pingsan atau terjadi hal buruk di dalam toilet, tapi dugaannya salah. Saat ia sudah menunggu di depan pintu toilet itu. Ternyata gadis itu baik-baik saja, Mungkin lain kali jika bertemu dengan gadis itu lagi. Dia tidak akan mencoba peduli lagi.

Nara saat ini berada di taman sekolah, sedang menikmati satu bungkus roti. Dan juga satu botol air mineral. Nara lebih suka menghabiskan jam istirahatnya di taman sendirian, selama sekolah di SMA Tri Sakti ia tidak pernah makan di kantin sekolah, bahkan dia juga jarang jajan di sana, biasanya dia akan membawa roti dan minum dari rumah, atau jika memang terpaksa harus beli di kantin, Nara akan beli saat para siswa dan siswi belum terlalu ramai.

Nara bukannya tidak mau istirahat di kantin, Hanya saja ia malas mendengar ocehan tidak berguna dari para siswa atau siswi tentang dirinya.

Lagipula, di sekolah itu Nara tidak punya teman. Jadi untuk apa dia makan di sana, lebih baik di taman ini, sambil menikmati udara segar di bawah pohon.


<𝕭𝖎𝖆𝕹𝖆>

Jam menunjukkan pukul empat sore, Nara bergegas untuk beriap-siap pergi bekerja. Sangking sibuknya hingga tidak ada waktu untuk ia beristirahat, walaupun hanya sebentar saja.

Jujur dalam hati Nara juga ingin bisa menikmati hidup, dan bersenang-senang. Selama ini setelah kejadian di mana ia memiliki rasa takut dan trauma, Nara tidak pernah bisa tertawa ataupun tersenyum bahagia lagi. Yang ada hanya rasa kesepian kosong, hampa dan tidak ada tujuan hidup.

Tapi pertanyaannya, adalah. Apakah ada yang bisa membuatnya tersenyum atau tertawa bahagia, Jika ada. siapa dia? Pasti jika orang itu tau seperti apa dirinya. Orang itu akan kabur, karena melihat kondisinya yang sangat buruk.

Boleh saja orang-orang mengatakan dirinya xantik. Tapi jika mereka sudah melihatnya dari dekat dan lebih dalam lagi, apakah mereka masih bisa mengatakannya cantik. Yang ada orang itu akan mengejek dan melihatnya dengan jijik.

Dulu Nara pernah mencoba mendekati seorang cowok saat ia masih kelas IX. Mereka cukup akrab, cowok itu juga sering mengajaknya pergi, entah kerja kelompok bersama atau berjalan-jalan di taman.

Namun semua berubah saat cowok itu tau keadaan Nara yang sebenarnya, ketika tau dirinya mempunyai phobia dan kebiasaan aneh, akhinya xowok itu menjauh dan tidak mau lagi dekat dengan dirinya, bahkan ketika bertemu, cowok itu seolah menghindar dan menatapnya jijik.

Dari kejadian itulah Nara tidak lagi mau berteman dengan siapa pun, atau dekat dengan siapapun, Menurutnya semua sama. Akan meninggalkan jika mereka tau yang sebenarnya.

"Ra. Ini buang sana, di dalam juga udah penuh." suruh salah satu pekerja di rumah makan tersebut.

Nara hanya mengangguk dan mulai membuang sampah yang ada di kantong besar berwarna hitam.

Nara terlihat mengusap keningnya yang basah oleh keringat. Ia mendongak hari memang sudah malam, Tapi cuacanya sangat terasa panas, tapi itu lebih baik. Dari pada harus hujan yang membuatnya harus tersiksa.

Saat Nara ingin kembali kebelakang dapur, samar-samar ia tidak sengaja mendengar seseorang berbicara, Nara menoleh dan mendapati ketiga cowok yang terkenal di sekolahnya sedang makan di restoran tempatnya bekerja, siapa lagi jika bukan FBI'star ketiga cowok itu sedang menikmati makanan yang mereka pesan, jarak yang tidak terlalu jauh membuat Nara bisa melihat dan mendengar ucapan mereka.

"Enak juga nih tempat makan. Kayak restoran bintang lima." ujar Bara sambil menikmati makanannya.

"Ehmm.. Aunyak... Afha,, lghi.. Grutise.."

"Ngomong apa sih lo nyet.. Telen dulu baru ngomong!" kata Bara kesal, saat Indra bicara sambil mengunyah makanannya yang penuh dalam dalam mulut.

Indra hanya nyegir kuda, lalu tanpa malu ia mengambil nasi lagi yang memang di tempat terpisah.

Fabian yang duduk sambil merokok, melihat kedua sahabatnya dengan jengah. Mereka itu sok cool kalau berada di club malam saja, tapi jika sudah di tempat makan seperti ini, keduanya hanya bikin malu bisanya.

Fabian menoleh. Ia terkejut melihat gadis yang berdiri tidak jauh darinya, saat gadis itu menyadari jika ia sedang melihatnya, Nara buru-buru pergi dari sana.

Senyum miring tercetak di bibirnya, ia menghisap rokok itu lalu mematikannya di dalam asbak. Setelah itu ia berdiri yang membuat kedua sahabatnya bingung.

"Lo mau kemana?" Fabian tidak menjawab, ia pergi begitu saja. Namun sebelum itu ia sudah menaruh uang berwarna merah cukup banyak untuk membayar makanan yang dia makan bersama sahabatnya.

Ternyata Fabian mencoba mengikuti kemana perginya gadis itu, saat ia mencoba memutari tempat makan tersebut, Bian menemukan gadis itu tengah duduk sendiri di belakang area tempat makan tersebut.

Fabian bersandar pada tembok melipat tangannya di dada, memperhatikan gadis itu yang sepertinya sedang melamun.

Bian benar-benar ingin tau ada apa dengan gadis itu, Tapi lagi-lagi pikirannya berubah, untuk apa ia sampai kepo tentang gadis itu, dan untungnya apa untuk dirinya

Saat mata mereka bertemu gadis itu terlihat terkejut dan segera pergi masuk kedalam dapur.

Fabian masih betah berdiri di sana cukup lama sambil menghabiskan satu batang rokok, ketika rokok yang ia isap sudah habis Fabian berniat untuk pergi. Namun niatnya urung ketika melihat Nara menyeret sebuah kantong besar berwarna hitam keluar dari ruangan tadi.

Tampak sekali jika gadis itu kesusahan, bagaimana tidak susah, kantong yang gadis itu bawa sangat besar dan berat, yang membuat Fabian sedikit kesal adalah saat ia melihat dua cowok yang hanya diam dan terlihat senang melihat Nara kesusahan.

Tanpa permisi Fabian membantu Nara, mengangkut sampah itu dan di buangnya. Nara terdiam memandang tidak percaya pada cowok itu.

"Ternyata ini pekerjaan lo? Badan sekecil ini angkut kantong sebesar itu? Badan sama kantong aja masih besaran kantongnya!" ejek Fabian.

Nara diam menatap tajam kepada cowok itu. "Kenapa lo selalu ikutin gue?" tanya datar Nara.

Fabian terbahak sampai memegang perutnya. "Hahaha... Apa lo bilang? Gue ikutin lo?" tanya Fabian menunjuk ke dirinya sendiri.

"Jangan kepedean! Gue di sini lagi makan." ujarnya lagi lalu pergi begitu saja, meninggalkan Nara yang terlihat geram menatap punggung Bian yang kian menjauh.

***

-ᵀᵒ ᵇᵉ ᶜᵒⁿᵗⁱⁿᵘᵉ-

BianNa (Fabian & Nara) END Where stories live. Discover now