☘ Di Banding-bandingkan ☘

317 40 2
                                    







Happy Reading

***

"Kenapa Mbak?" Bian merasa bingung ketika seorang pelayan mendatanginya.

"Maaf Mas, kartunya tidak bisa di gunakan," Fabian mengerutkan keningnya.

"Masa sih Mbak?"

"Iya Mas. Atau Mas punya kartu lain?" Fabian memejamkan matanya kesal sekaligus malu. Kartu kredit yang biasa ia gunakan tidak ada satupun bisa di pakai. Ini pasti ulah sang Papa.

"Saya cash aja Mbak," pelayan itu pun memberikan bil pembayaran pada Bian.

Fabian terkejut dengan jumlah yang harus ia bayar, Fabian takut uang cash yang ada di dompetnya tidak cukup.

Bian mengeluarkan dompet dan melihat isi dompet tersebut. Fabian mengeram kesal, tebakkannya benar uangnya tidak cukup.

Cowok itu mulai gelisah. Bagaimana dia harus membayar. Seolah tau apa yang sedang terjadi pada Fabian. Nara pun mengeluarkan dompetnya dan memberikan isinya pada cowok itu.

"Bian. Ini aku ada uang simpanan, Kamu pakai aja." Bian ragu namun ia juga tidak bisa menolak.

Nara yang masih menyodorkan tanganya, tersenyum dan mengangguk pada Bian.

Fabian menghela napas kesal. Ia pun menerima uang dari Nara, lalu di jadikan satu dengan miliknya tadi. Selesai menerima uang dari Fabian, pelayan itu pun pergi.

Suasana menjadi hening, Nara hanya menunduk sambil memasukkan dompetnya kedalam tas selempangnya. Sementara Bian tengah mengatur perasaan, antara marah, malu dan juga sedih.

Nasibnya benar-benar berubah, dan ini yang harus ia hadapi. Fabian memandang Nara yang masih betah menunduk.

"Makasih ya," Nara mendongak lalu mengangguk memberi senyum pada cowok itu.

Fabian ikut tersenyum walaupun tipis, ia merasa bersalah. Tadi Bian mengajak Nara ke cafe untuk melupakan kekesalan yang terjadi tadi siang. Namun bukanya mereda. Kemarahannya semakin menambah pada Papanya, Fasilitasnya di cabut.

"Kita pulang," ajak Bian. Nara mengangguk setuju dan mulai berdiri.

Di perjalanan, Bian melihat ada sebuah mobil yang mengikutinya. Dia tau mobil siapa itu.

Fabian menginjak gas agar bisa lolos dari mobil tersebut.

"Bian, kita kayaknya di ikutin."

"Ehm, Aku tau."

"Nara. Pegangan!" Nara menurut, gadis itu mencengkram kuat sabuk pengaman.

Nara tidak berani membuka matanya ketika ia merasa jika Fabian tengah melajukan mobilnya sangat kencang.

Suara deru mobil terdengar mengerikan di telinganya. Tubuhnya tergoncang saat Bian membelokkan kekiri dan kanan mobilnya secara tajam.

Fabian menatap tajam pada mobil yang berada di samping kanannya. Ia mengeram kesal saat mobil itu berhasil menyalipnya dan kini sudah berhenti di depannya, Membuatnya harus berhenti mendadak.

Bian menahan tubuh Nara dengan tangan kirinya agar tubuh sang gadis tidak terbentur dashboard depan saat mengerem mendadak. Bian menoleh melihat Nara yang memejamkan matanya rapat-rapat. "Nara, kamu nggak apa-apa?" Nara memberanikan diri untuk membuka matanya.

Ia hanya mampu mengangguk, Nara masih terasa syok dengan kejadian beberapa menit yang lalu.

Tok! Tok! Tok!

BianNa (Fabian & Nara) END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang